KALIURANG

680 14 0
                                    

Bulan duduk di sebuah bangku taman. Lapangan Pancasila begitu rindang dengan pohon kelengkengnya. Bulan sudah lama menunggu tapi kawannya tapi belum juga muncul. Sementara sore hampir habis. 

Walmiki tiba-tiba muncul lagi. Senyum di hati Bulan pun terbit. Begitu Walmiki melihatnya, Bulan memasang wajah angker. 

"Bulan sedang apa?" 

"Menunggu kawanku. Mau menginap di rumahnya." 

"Dia belum datang?" 

"Belum. Kami sudah berjanji, mungkin dia lupa." 

"Rumah dia dimana?" 

"Kaliurang, tapi dia ajak kami ke Pakem dulu tempat Neneknya." 

"Sebentar lagi bis terakhir disana." 

Bulan kalang kabut. Ingin membatalkan, tapi Bulan sudah terlanjur izin menginap dari kepala asrama. Bulan akhirnya nekad. 

"Sepertinya aku harus kesana sekarang." 

"Sendiri?" 

"Entahlah, aku harus kesana." 

"Aku akan temani kamu ke atas." 

Bulan tak punya alasan menolak pertolongan pemuda kribo yang agak tengil itu. Mereka lalu mencari bis di jalan Colombo. Beruntung bis masih ada dan mereka naik. Begitu bis melintasi Jalan Kaliurang, Jogja mendadak hujan deras. 

***

 Malam di Jogja akan bertambah dingin. Bulan pun segera tertidur pulas disisi Walmiki. Bulan terlelap dengan damai. Tepat di pundak Walmiki. Setelah membayar ongkos bis sampai ke Pakem, Walmiki ikut tertidur pulas juga. 

Mereka terlelap dan ketika sampai Pakem, kondektur bus lupa bangunkan mereka. Bus akhirnya terus melaju sampai Kaliurang. Dan di Kaliurang ini mereka dibangunkan. 

"Mas, Mbak, sudah sampe." 

Mereka berdua bangun, lalu melangkah keluar bis. Hari sudah gelap dan hujan terus turun. Mereka lalu berlari ke tempat yang teduh. Pakaian mereka berdua basah oleh hujan. Mereka menunggu sambil kedinginan. 

"Sial. Ini Kaliurang. Bukan Pakem." 

"Apa?" 

Bulan nampak ketakutan. Hari sudah malam. Tak ada kabar dari kawannya. Bulan tak bisa kembali ke Jogja lagi karena hari sudah malam. 

Bulan lalu mencari penginapan murah. Wamiki menemaninya. Mereka berjaan dibawah hujan deras. Kaliurang begitu dingin. Penginapan yang mereka temui penuh semuanya. Mereka terus mencari. Akhirnya, penginapan yang agak murah mereka temukan, namun hanya ada satu kamar. Bulan langsung memesannya. 

Bulan lalu masuk dan Walmiki mengikuti. Walmiki akhirnya memilih duduk di luar dan Bulan masuk. 

"Aku kedinginan." 

Walmiki hanya diam menahan dingin saja mendengar kata Bulan itu. 

"Kau tidur dimana? Kau tidak kedinginan? Masuklah."

 Walmiki mendadak malu pada Bulan. Namun akhirnya Walmiki tetap masuk ke dalam kamar. Bulan kedinginan karena belum mengganti pakaiannya yang basah. Mereka menutup pintu dan kamar yang mereka sewa agak hangat meski tubuh mereka tetap kedinginan. 

"Boleh aku lepas bajuku?" 

Bulan hanya mengiyakan saja keinginan Walmiki itu. Bulan sudah terbiasa dengan laki-laki yang membuka bajunya. 

"Kamu tidak dingin Bulan, bajumu basah. Kamu tidak bawa baju ganti?" 

"Semuanya basah." 

Bulan hanya sibuk menahan dingin. Walmiki lalu melihat selimut di kasur. 

ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang