Dua Belas

14.5K 556 21
                                    

Bersikaplah dewasa dan berpikirlah matang, orang yang baik pada diri kira maka seharusnya kita juga harus berbuat baik pada orang tersebut. Seharusnya begitu, hanya saja perhatian dan kasih sayang Daniel pada Yusuf membuat keduanya bimbang, Daniel masih meragukan Yusuf, dan begitu juga dengan Yusuf yang masih meraba sikap Daniel itu tulus atau tidak? Jika memang keduanya selalu beranggapan buruk maka yang ada jalan keluar sulit untuk didapat.

Semakin dipikir oleh Yusuf kalau dirinya juga tidak boleh bersikap keras pada Daniel yang sudah mau berbuat baik padanya, ikhlas atau tulus tidaknya tergantung diri kita yang menilai. Toh, Daniel juga memang dari awal sudah bilang kalau pria tampan itu suka padanya, jadi Yusuf hanya bisa berpegang pada kemungkinan 30% untuk mempercayai ucapan Daniel itu. Hanya persenan kecil saja, sisanya hanya hal naif yang selalu Yusuf tunjukan pada Daniel. Tidak masalah, bagi Daniel takdir sudah mengatakan bahwa Yusuf tercipta hanya untuknya.

Meskipun berat dan susah bagi Daniel untuk bisa meyakinkan Yusuf, namun hasil akhir tetap ada di tangan Yusuf. Apakah anak itu mulai bisa menerima Daniel?

Di ruangan ketika waktu kerjanya masih berjalan, sempatnya Daniel memandang sebuah foto di layar monitor kerjanya. Sebuah foto lama yang Daniel dapat ketika Yusuf masih menginjakkan kakinya di bangku Sekolah, dengan celana abu-abu dan seragam putih polos, melihat foto itu membuat Daniel merasakan hal yang luar biasa. Sudah cukup lama, sampai saat ini waktu terus berjalan dan Yusuf telah menjadi seorang karyawan dengan kemeja bebas dan celana bahan hitam. Yang membuat Daniel sedih bukanlah karena Yusuf belum bisa menerimanya, hanya saja Daniel sedih karena sampai saat ini dirinya belum bisa membahagiakan anak itu ketika berada didekatnya.

Ketika Daniel melihat Yusuf, hal yang pertama ia rasakan adalah senang, itu pasti, namun ketika dirinya melihat kalau Yusuf mulai menghindarinya, itu sangat menyakitkan. Daniel sudah berusaha baik, apapun telah ia lakukan untuk anak itu, bahkan ketika Yusuf menyuruhnya pergi dan dengan kebodohannya Daniel pun melakukan hal itu. Namun ketika takdir sekarang kembali mempertemukan mereka, maka Daniel mulai paham kalau Tuhan memberikannya tugas untuk bisa menjaga anak itu agar selalu tetap berada didekatnya. Anugerah terbesar Daniel adalah ketika melihat senyuman tulus yang terukir indah di bibir Yusuf.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan kerja Daniel, lantas pria itu menengok siapa orang yang masuk. Entah kebetulan atau memang sengaja, kali ini yang masuk ke ruangannya adalah Yusuf, anak itu membawa sebuah map dan beberapa dokumen. "Permisi," Ucap Yusuf dengan agak membungkukkan badannya seraya menghormati Daniel sebagai menejer di kantor itu.

Anak itu berhasil menutup pintu, kemudian ia mendekati Daniel yang masih terjaga duduk di kursi kerjanya sambil memandanginya. "Aku membawa dokumen Payment bulan September dan Oktober, Tuan. Sisanya bukti pembayaran AJS sedang diproses oleh Pak Ganteng, eh... Maksud saya Pak Arman." entah kenapa malah Yusuf ikutan memanggil Arman dengan sebutan Pak Ganteng, benar sih, tapi menurutnya itu tidak sopan karena ini masih jam kerja dan ia harus menjaga ucapannya pada Daniel sebagai menejernya di kantor ini. Yusuf langsung memberikan beberapa dokumen yang ia bawa itu pada Daniel.

Mendengar itu Daniel hanya bisa terkekeh pelan, terlihat kalau ia mengusapkan jarinya ke hidung beberapa kali sambil segera menerima dokumen itu dari Yusuf. "Pak Ganteng? Ck, emangnya aku kurang ganteng ya di mata kamu?" Daniel bermaksud membahas si Arman di hadapan Yusuf. Dia sedikit tidak terima.

Yusuf pun diam karena tidak bisa menjawab petanyaan dari pria itu, "Kalau begitu aku permisi, Tuan Grayson." Yusuf lantas bergegas untuk angkat kaki dari ruangan itu.

Habis sudah kesabaran Daniel, "Tunggu," Daniel mulai menhentikan langkah anak itu. "Sepulang dari kantor, Gue mau lo tinggal di rumah gue sementara... Paham?"

Yusuf mendengarnya, ini seharusnya tidak dirinya lakukan. "Maaf?" Yusuf masih belum mengerti. Kenapa harus tinggal di rumah pria itu?

Daniel memandang anak itu dengan serius. "Anggap aja gue bakalan ngasih lo tugas tambahan, dan gue mau lo kerjain tugas itu di rumah gue, ngerti?" Daniel malas kalau harus menggunakan kata-kata baku lagi, ini sudah jadi kebiasaan kalau dia menjadi seorang menejer yang enjoy.

"Tapi..."

"Gue menejer lo, dan lo nggak boleh nolak tugas dari gue!"

Yusuf diam ketika mendengar ucapan dari Daniel barusan, apa yang sebenarnya dia rencanakan, Yusuf belum mengerti. Tapi sepertinya ini memang tugas, setidaknya Yusuf taunya begitu.

•••°°°°•••

Yusuf

•••°°°°•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••°°°°•••

Daniel

<note> Maaf updatenya dikit-dikit, ya namanya juga cerpen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<note> Maaf updatenya dikit-dikit, ya namanya juga cerpen. Soalnya kerjaan lagi banyak dan membuatku susah membagi waktu nulis, kerja, dan istirahat. Maaf ya, makasih yang udah masih mau baca cerita abal-abal dari aku ini. Love u all :*

Anugerah Cinta - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang