#03

15.2K 927 11
                                    

Drttttt

Hazel menggeram kesal akan getaran ponselnya yang berbunyi di saat yang tidak tepat. Dengan malas, dia mengangkat telepon dari orang yang menganggu kegiatannya itu.

"Hazel!" Suara atasan Hazel terdengar.

"Apa?" tanya Hazel datar seperti biasa.

"Kau sudah bunuh Jeff?" tanya atasan Hazel.

"Aku hampir saja membunuhnya namun kau menggangguku dengan menelponku."

"Baiklah, lanjutkan tugasmu!"

Telepon itu terputus...

Jeff yang berada dalam cekalan Hazel mengkeret ketakutan. Dia menatap Hazel memohon. Hazel menyunggingkan senyum yang biasanya dia perlihatkan ketika akan mencabut nyawa korbannya.

Kemudian...
DOR! DOR! DOR!
Suara tembakan pistol terdengar diiringi oleh erangan kesakitan Jeff. Kemudian tubuh Jeff melemas. Dia telah meregang nyawanya. Peluru yang ditembakkan Hazel benar-benar telak dan tepat. Satu peluru di bagian perut, satu peluru di bagian dada kiri, dan satu peluru di dahi.

Setelah memastikan Jeff telah mati, Hazel meninggalkan tempat itu. Dia membuka kostum serba hitam yang dipakainya. Dibalik kostum itu, ternyata Hazel memakai kaos dengan celana pendek khas anak muda zaman ini. Sepatu boot hitam dengan gerigi tajamnya pun diganti dengan sepatu flat. Sekarang penampilannya benar-benar seperti remaja seumurnya saat ini.

Hazel melangkahkan kakinya ke dalam sebuah kafe. Dia duduk di salah satu sudut kafe itu dan memesan secangkir kopi capuccino. Setelah pesanannya datang, Hazel duduk menyeruput kopi capuccino sambil menatap tajam ke arah sisi lain kafe.
Hazel memfoto seorang wanita berpenampilan menor secara sembunyi-sembunyi. Lalu foto itu dikirimkan ke markas untuk dikonfirmasi.

Setelah mendapat konfirmasi dari pusat bahwa itu adalah targetnya, Hazel mulai menampilkan seringainya. Hazel meraba saku celana pendeknya yang terdapat sebuah revolver mini yang redam suara. Saat wanita itu beranjak meninggalkan kafe. Hazel pun mengikuti dalam jarak yang cukup jauh namun tatapan Hazel selalu terarah tanpa ketara kepada wanita yang sedang berjalan menuju sebuah mobil. Hazel masuk ke mobil yang terparkir di depannya untuk mengikuti mobil targetnya. Mobil ini sudah dipersiapkan oleh markas. Hazel menginjak pedal gas pelan. Mobil yang dikemudikan Hazel melaju pelan. Hazel menatap mobil yang ditumpangi wanita itu tiba-tiba melesat. Hazel langsung menginjak pedal gas dalam. Mobilnya langsung melesat memburu mobil di depannya.

Kini jarak mobil Hazel dengan mobil targetnya hanya berjarak 4 mobil saja. Hazel melihat jalanan macet di depannya. Mobil targetnya berhenti karena tidak ada celah untuk melaju dalam kemacetan padat di depannya.

"Kau terperangkap." gumam Hazel dalam hati.

Hazel membuka ponselnya sambil menunggu mobil targetnya bergerak. Di ponselnya tertera biodata sang target. Sang target adalah seorang mucikari bernama Violin Gracy Muller. Baru-baru ini dia menculik seorang gadis untuk menjadi sumber pendapatannya. Sayangnya, yang dia culik ternyata adalah anak gadis dari seorang pengusaha sukses. Pengusaha sukses itulah yang menyewa Hazel dengan bayaran tinggi untuk membunuh Violin.

"Poor you." Hazel menatap data di ponselnya dengan datar.

"Dia benar-benar bodoh soal memilih korban." pikir Hazel.

Hazel menatap mobil hitam mengkilat yang mulai bergerak di tengah kemacetan di depannya. Hazel meletakkan ponselnya, lalu mulai membelokkan mobilnya dengan tajam membelah celah sempit di sampingnya. Mobil Hazel meliuk dengan tajam dan membuat pengemudi di sekitarnya menekan klakson kencang. Bunyi klakson meraung dan bersahutan namun Hazel tak peduli. Dia tetap menyalip mobil demi mobil di depannya. Mobil buruannya mengebut dan berusaha kabur dari mobil Hazel.

"Sepertinya aku ketahuan. Kalau begitu ini harus secepatnya diselesaikan." ucap Hazel.

Hazel memancing mobil buruannya melaju di tempat sepi, lalu Hazel menembak roda mobil yang ditumpangi Violin. Mobil itu oleng dan berhenti. Seketika itu juga, Hazel keluar dari mobil dan menembak kaca mobil itu serta orang-orang di dalamnya hingga mati tak bersisa.

Hazel menyalakan earphonenya kemudian dia menguhubungkannya dengan atasannya.

"Mission completed." ujar Hazel.

"You are free until tomorrow, Blank." kata Jose, atasannya.

Hazel hanya terdiam.
Hmm dia libur hingga besok namun dia tidak punya hal untuk dikerjakan. Karena biasanya dia hanya membunuh, membunuh, dan membunuh atau latihan. Hazel memutuskan untuk latihan. Hazel kembali ke markas. Dia mengganti bajunya menjadi baju training. Kemudian, Hazel masuk ke dalam ruang latihan. Di dalam ruangan itu ada berbagai macam senjata dan alat-alat untuk menunjang latihan bela diri, menembak, dll. Hazel mengambil sebuah senapan dan membidik sasaran di depannya.

DOR

Peluru itu melesat tepat menuju sasarannya. Kemudian Hazel meletakkan senapan itu kembali. Rasa bosan menyergapnya. Hazel tidak suka menembak jika sasarannya benda mati, Hazel hanya senang menembak sosok yang memiliki nyawa dan akan mengeluarkan darah jika tertembus peluru. Pekerjaan Hazel membuat Hazel kadang haus akan darah. Haus bukan dalam artian untuk diminum tetapi untuk dilihat. Hazel sangat menikmati pemandangan darah segar yang mengalir dan bermuncratan kemana-mana, apalagi bau anyir darah yang sudah seperti bau jus yang menggiurkan bagi Hazel.

Hazel terduduk di lantai ruangan latihan. Tatapan Hazel yang kosong menatap lantai kayu di bawahnya.

"Kenapa hanya aku yang hidup seperti ini? Setiap hari mempunyai rutinitas yang sama. Membunuh, latihan, membunuh, latihan."

Seorang rekan sesama pembunuh seperti Hazel masuk ke ruang latihan.

"Hey, Blank! Kau dipanggil Jose." ujarnya lalu melangkah pergi.

Hazel berdiri dan berjalan ke arah ruangan Jose. Di dalam ruangan Jose sudah menunggunya. Seperti biasanya, Jose memberinya sebuah misi lagi. Namun kali ini misinya adalah misi dengan target waktu yang sangat sempit. Misi ini harus diselesaikan kurang dari satu jam atau misi ini akan gagal. Hazel bersiap-siap dengan kilat. Dalam waktu kurang dari dua menit dia sudah memakai kostum serba hitam andalannya.

Jose menatap manik mata milik Hazel.

"Jadi dalam misi yang urgent ini, kau harus......."

To be continue

Haii! New update is coming out.
Don't forget to vote and comment

Thx for reading

GIRL ACT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang