#18

6.7K 458 0
                                    

Enjoy

Orlando menatap Hazel sendu, "Kau tau aku berpikir tepat sepeti itu. Itu adalah satu-satunya harapan bagimu. Kita sudah dijebak, Hazel. Itulah jalan terbaik."

Hazel mengangkat alisnya tinggi-tinggi,"Kita dijebak??! Are we??"

* * * * * * *

Hazel mengambil sebuah remote kecil dan menekan tombolnya. Saat itu juga terdengar ledakan keras disusul oleh gumpalan asap yang pekat. Hazel dan Orlando tidak membuang-buang waktu. Mereka berlari menuju pintu keluar yang hanya tinggal menghitung beberapa meter di depan mereka. Hazel dan Orlando berhasil keluar. Selanjutnya mereka tinggal melewati pagar. Jika dilihat sekilas, pagar berwarna hitam di depan mereka tampak seperti pagar pada umumnya. Namun, siapa yang tahu bahwa pagar itu dialiri listrik ribuan volt yang siap memanggang orang yang memegangnya hidup-hidup.

"Kita tidak akan bisa melewati pagar ini tanpa sarung tangan dan kabel." ujar Hazel.

"Aku tahu, kurasa kita harus mencari jalan lain. Biasanya tempat-tempat seperti ini mempunyai beberapa pintu keluar." usul Orlando.

Hazel menggeleng tidak setuju, "Tidak, kita tidak punya cukup waktu untuk mengelilingi tempat ini dan mencari pintu keluar yang lain."

Orlando mengangkat," Habis mau bagaimana lagi. Kita tidak bisa melewati pagar yang ini tanpa menjadi dendeng."

Hazel berjalan mendekati pagar dan menunjuk tembok kecil yang membatasi pagar. Tembok itu berukuran sekitar 40-50 cm, tingginya sekitar 2,5 meter, dan berkata,"Kita lewat sini."

"Tapi itu terlalu tinggi. Kita tidak mungkin meloncatinya, kita juga tidak bisa berpegangan pada pagar disampingnya." ujar Orlando.

"Berapa tinggi badanmu?" tanya Hazel.

"183 cm." jawab Orlando.

"Kalau begitu itu sudah lebih dari cukup. Coba kau gendong aku di atas pundakmu!"

Orlando mengangkat Hazel di bahunya, lalu Hazel berhasil berdiri di atas tembok itu.

"Lalu aku bagaimana?" tanya Orlando yang masih di bawah.

"Take my hand!" kata Hazel sambil mengulurkan tangannya.

Orlando dan Hazel berhasil keluar dari pagar setelah memanjat tembok pembatas itu. Setelah itu mereka menghapus jejak mereka dengan bepergian kesana-kemari tanpa tujuan. Setelah itu barulah mereka menginap di hotel lain. Mereka tidak mungkin kembali ke hotel mereka yang lama karena mereka berdua yakin tempat itu sudah diawasi.

Orlando dan Hazel terpaksa melakukan tindak kejahatan lagi. Kali ini, mereka bukan membunuh tapi mencuri. Hazel memilih sebuah mobil kereta sebagai lokasi aksinya. Ketika seorang anak remaja sedang menelpon, Hazel mendekatinya. Kemudian, saat anak remaja itu memasukkan hp-nya ke dalam tas dan menutup tas-nya, Hazel menunggu disebelahnya. Baru ketika anak itu mengalihkan pandangannya ke jendela, tangan ahli milik Hazel mengambil hp si remaja. Kemudian, Hazel dan Orlando turun dari kereta itu. Tak satupun orang di kereta menaruh kecurigaan dan menyadari perbuatan Hazel karena tidak sampai 5 detik, hp itu sudah berada di saku Hazel.

Hazel menyerahkan hp itu kepada Orlando. Orlando memencet nomor telepon seseorang.

"Halo!" Suara berat di seberang telepon menyahut pada nada dering kedua.

"Halo, Kito! Aku Orlando."

Begitu mendengar kata Orlando, suara Kito berubah menjadi santai,"O. . . .rupanya ini kau. Ada perlu apa menelponku?"

GIRL ACT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang