Erick dan Ariel terduduk di bangku dengan posisi yang berhadapan dengan lambang ikan yang tengah menyemburkan air (air mancur). di pinggiran kolam tersebut di hiasi lampu-lampu kecil berwarna-warni menambah kesan indah taman ini.
Dengan sengaja Ariel mencolekkan es krim coklatnya di pipi Erick.
"Ah, elo. ngajak perang ya? makan nih es krim gue," Erick gantian mencolek es krim di pipi putih Ariel yang bersih tanpa komedo atau bekas jerawat sekalipun.
"Erick! kotor pipi gueee,"gerutu Ariel sambil menghapus colekan es krim di pipinya dengan tangan.
"Lo yang mulai duluan. ya gue balas. pipi gue di kasih es krim fine-fine aja tuh. nggak gue lap malah. liat nih," Erick memajukan wajahnya beberapa centi ke hadapan Ariel. jarak mereka sangat dekat sekali. hidung mereka hampir bersentuhan karena keduanya memiliki hidung cukup mancung. Ariel bisa merasakan napas Erick mengenai wajahnya.
Deg deg deg!
Jantung Ariel berdetak cepat
melebihi ritme normal. bagaimana tidak. wajah Erick sangat dekat sekali. seperti akan melakukan kiss di bibir atau pipi Ariel. orang yang tidak tahu pasti akan berpikiran bahwa mereka akan berciuman. padahal tidak!Jantung gue kenapa gini? gue nggak mungkin jatuh cinta sama Erick. nggak mungkin dan nggak akan pernah. gue nggak boleh copot gelar gue sendiri sebagai siswi jomblo anti cowok ter-happy di SMA National High. gue harus pertahanin gelar gue. tapi kayaknya gelar ini bakalan copot dari gue sebentar lagi. bulan ini juga. gue jamin, batin Ariel sambil menatap Erick dengan jarak dekat.
"Eh, temen-temen! liat deh, mereka baru aja jadian. udah mau kiss aja. cieee cieee ...," goda seorang anak kecil laki-laki kepada ke empat temannya yang laki-laki juga.
Sadar akan ucapan itu, baik Erick maupun Ariel langsung memundurkan tubuhnya. mereka bergerak canggung.
Erick mengusap tengkuknya, "Kalian apaan sih. masih kecil juga. lagian siapa yang mau kiss?"
"Ya kalian berdua, Kak. mending nggak usah pacaran deh, Kak, kata Nenek aku pacaran itu dosa. langsung nikah aja supaya bisa berduaan terus tanpa takut kena dosa," temannya yang menggunakan topi berkata.
"Huss, ngarang. kayaknya kalian salah paham nih. kenal sama ni cowok aja baru beberapa minggu. mending kalian pulang ya. di cariin Mama sama Papanya loh," usir Ariel halus. kalau tidak di usir bisa semakin menjadi anak-anak sok tahu plus sok pintar ini. gawat itu.
"Nggak perlu ngusir juga kita akan pergi kok, Kak. kita nggak mau lama-lama di sini. takut jadi obat nyamuk kalian. maaf deh kalau kita ganggu kalian. peace," anak berkacamata mengacungkan jari telunjuk dan tengah bersamaan sehingga membentuk huruf V. "Kalau nikah jangan lupa kasih undangan ke kita-kita ya, Kak. kita siap ngabisin jamuan di resepsi kalian. dengan senang hati malah. satu lagi, semoga di restui sama Mama-Papa kalian. hahahah ... cabut guys! kita mau di lempar pake sendalll!" tambah anak laki-laki berkacamata itu siaga ketika melihat Ariel melepas kedua sendalnya dan bersiap melemparnya ke anak-anak sotak ini. anak-anak itu lari kocar-kacir.
"Hahaha, dasar! gue gemes nih sama anak-anak tadi. pengin gue lakbanin mulutnya satu-satu. enak aja gue nikah sama lo," Ariel memakai sandalnya kembali.
"Namanya juga anak kecil. lagian lo beneran nggak mau nikah sama gue? padahal gue cogan loh," Erick menaik turunkan alisnya, lalu ia menyisir rambutnya ke samping dengan ke lima jari tangan. menampakkan kesan ke cool-annya.
Buset dah ni cowok. bikin hati gue makin terbang aja. gaya nyisir rambut dia tadi bikin gue makin naksir. bikin gue makin gigit jari. eh, apa? gue naksir? oke oke gue akuin gue naksir sama lo, Rick, batin Ariel sambil menatap wajah Erick lekat-lekat. mulutnya sedikit terbuka ketika melihat Erick menyisir rambut dengan jari. sumpah keren banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu
Teen FictionCinta tidak selamanya mencintai seseorang yang sempurna, tapi mencintai dengan cara yang sempurna. Cinta tak selalu memandang rupa, tapi memandang hati. Begitulah yang dirasakan Ariela Manopo dan Erick Yunanda