9

2.1K 115 2
                                    

Di perempatan jalan, keenam sahabat itu berpencar sesuai tujuan masing-masing. Bisma dan Maya berbelok kearah kanan, Justin dan Rayna berbelok ke kiri sedangkan Erick dan Ariel berjalan lurus.

Dalam perjalanan, hening menyelimuti. baik Ariel maupun Erick mengunci mulut. tapi ini bukanlah kemauan Erick. dia ingin bukan hening yang menyelimuti suasanan saat ini.sedangkan Ariel, inilah kemauan Ariel. diam. tidak mengeluarkan sepatah katapun. karena saat ini mood bicaranya sedang buruk. Ariel hanya berjalan cuek dengan kedua tangan masuk ke saku jaket.

Erick melirik Ariel sekilas. gadis itu tengah memandang lurus ke depan. merasa dirinya di perhatikan, Ariel menoleh dan mendapati Erick tengah memandanginya.

"Kenapa?" tanya Ariel.

"Eh," Erick buru-buru membuang muka. menatap jalanan yang lenggang. Ariel menatap Erick dengan tatapan bingung. sudah memperhatikan, di tanya, nggak di jawab lagi.

"Oi, gue tanya. jawab kek," protes Ariel.

"Tanya apa?" tanya Erick pura-pura polos. padahal dalam hati ia tengah gelisah dan malu karena kepergok memandangi Ariel.

"Hhh. gue tanya lo kenapa liatin gue? ada yang aneh di muka gue?" tanya Ariel. kali ini dengan nada lebih kencang.

"Oh. siapa yang liatin?" tanya Erick cuek. padahal dalam hati, mati gue.

"Ikan. ya elo lah siapa lagi," balas Ariel.

"Nggak. gue liat pohon deretan situ. bukannya liatin lo," Erick memajukan dagunya menunjuk deretan yang ia maksud. "Udah ah. lupain aja."

"Cowok mah mana ada yang mau ngaku kepergok liatin cewek. dih," Ariel membuang muka. "Loh, loh, lo mau kemana?" Ariel menahan tangan Erick ketika Erick akan berbelok ke kiri.

Jantung Erick berdebar-debar ketika merasa tangan Ariel menempel di tangannya. refleks ia menoleh ke Ariel ketika di tahan tangannya.

"Apaan lagi sih lo? lagi-lagi liatin gue kayak gitu," Ariel melepas tangan Erick.

"Apaan lagi? lah jelas-jelas lo yang nahan gue. emang apa salahnya sih natap lo?" balas Erick.

Gue salting, Rick, batin Ariel. tapi manamungkin ia berkata jujur. "Kembali ke awal. lo ngapain belok?" Ariel mengalihkan topik pembicaraan sambil membuang muka. menghindari tatapan Erick yang entah kenapa semenjak pertama kali bertemu, Ariel selalu salah tingkah. aneh. padahal ini hal biasa. hanya di tatap oleh sesama manusia tapi lain jenis.

"Gue belok karena ini tamannya. kita udah sampe. ya makanya gue belok. sekarang gue tanya kenapa lo nahan tangan gue?" gantian Erick yang bertanya. bola matanya menatap Ariel lekat-lekat. kedua tangannya memegang pundak Ariel. sementara jarak mereka sangatlah dekat. Ariel menjadi semakin salah tingkah. jantungnya tiba-tiba bekerja tak seperti biasanya ketika berdekatan dengan cowok. melebihi ritme yang standar.

Duh, udah di liatin, bahu gue di pegang lagi. berlebihan banget sih. tanya ya tanya aja. nggak usah kayak gini, batin Ariel dengan jantung yang masih berdebar-debar.

Erick menaikkan alis kanannya. menanti jawaban Ariel. masih dengan kedua tangan yang di menempel di kedua bahu Ariel.

"Gue nggak tau kalau kita udah sampe. sekarang lepas tangan lo dari sini," Ariel mengisyaratkan dengan matanya menatap tangan Erick yang ada di bahunya.

"Eh, sorry. yaudah yuk masuk! taman ini udah di renovasi loh. pasti lo belum tau bentuk taman sekarang karena baru satu bulan yang lalu selesai di renovasi. banyak yang berubah. lo pasti bakal takjub," Erick menggandeng Ariel tanpa minta ijin kepada sang pemilik tangan yang tiba-tiba ia raih tangannya dan menggandeng begitu saja.

Ariel sedikit terkejut. ia tak protes. jujur, nyaman sekali di gandeng seperti ini. Ariel merasa hatinya di banjiri bunga-bunga. ia hanya menatap tangannya yang menempel di tangan Erick.

Suasana taman tak terlalu ramai oleh pengunjung. hanya saja yang membuat Ariel heran banyak sekali cewek-cowok yang lalu-lalang berduaan sambil bergandengan tangan. di kursi-kursi juga banyak yang mesra-mesraan. satu dua cewek bersandar di bahu sang cowok. Ariel bergidik geli. mungkin ia dan Erick datang ke tempat yang salah.

Di pandangnya Erick. ia terlihat santai sekali. karena tak fokus dengan jalannya, Ariel tersandung sebuah anak tangga. dengan sigap, Erick menangkap punggung Ariel. tatapan mereka bertemu. tak satupun ada yang mau mengalihkan pandangan ini.

Jantung Ariel berdebar-debar tak karuan memandang Erick sedekat ini. sepercik perasaan tumbuh di hati Ariel. apa ini yang namanya cinta?

"Bebep Erick ..." panggil seseorang dengan nada cemprengnya yang khas. Ariel tahu itu Sasha.

Mendengar nama Erick di panggil baik sang pemilik nama maupun Ariel langsung kembali ke posisi semula. Ariel berdehem untuk menghilangkan rona merahnya sambil menyapu seantero taman.

"Bebep, kok tadi kamu meluk Ariel sih?" tembak Sasha sambil melirik Ariel. "Hati incess sakit loh liatnya. ape lu liat-liat?"

"Idih, nggak boleh? orang lo juga liat-liat gue. tuh gue bolehin. lagian lebay amat sih. ih, geliii," Ariel menggidikan bahunya.

"Cih," desis Sasha, lalu kembali menatap Erick. "Kok nggak incess aja yang bebep ajak jalan sih? kenapa harus dia?""

"Ck, suka-suka guelah. gue maunya ngajak jalan Ariel dan gue nggak mau ngajak jalan lo. ayo, Riel!" Erick kembali mengenggam tangan Ariel, menggandengnya. "Hati-hati. ntar kesandung lagi," pesan Erick.

"Iiihh, sebel! kenapa harus Ariel yang di gandeng? kenapa nggak incess aja? cantikan juga guelah," Sasha mengibaskan rambutnya sombong.

"Udahlah, Sya. percuma ngedumel gitu. Erick udah jauh. nggak akan denger," ucap Cindy.

"Terus tujuan kita kesini apa? ugh, banyak nyamuk. mending ke kafe aja. di sana dingin, bisa makan, bisa ..." Mimi menghitung jari-jemarinya satu per satu. belum selesai Mimi bicara, sudah di potong oleh Alyya.

"Bisa liatin para cogan!" potong Alyya histeris di telinga Sasha.

"OI. JANGAN DI KUPING GUE KALI!" bentak Sasha sambil memegangi telinga kanannya yang penging.

"Lagian kalau urusan cogan semangat banget," sambung Delvi menoyor bahu Alyya.

"Tau. nyesel lo nyampe kafe yang ada bapak-bapak lagi meeting semua," tambah Rissa.

"Siapa bilang? kudet lo, Riss. di kafe kan tongkrongannya para cogan," balas Alyya. "Udah yuk! gatel ah gue di sini. banyak nyamuk. ntar kulit gue merah-merah lagi. gue kan udah abis duit banyak buat perawatan," Alyya menggaruk-garuk anggota badannya akibat tergigit nyamuk.

"Lebay ah lebay," cibir Cindy.

"Kayak lo nggak lebay. mirror kek," balas Alyya tak mau kalah.

"Gue mirror keles. gue tuh selalu ngaca dulu sebelum kritik orang. nggak kayak yang pake baju pink," sindir Cindy. yang ia maksud adalah Alyya karena Alyya seorang yang memakai baju pink.

"Heh, kok jadi adu mulut! jadi nggak ke kafenya. liat tuh si incess lumutan nunggu kalian kelar," lerai Mimi yang memang cinta damai. menurutnya berantem hanya buang-buang tenaga. nggak ada gunanya pula.

"Nggak usah bawa-bawa gue, Mi. udah ah tinggalin aja mereka berdua. sampe besok pagi juga mereka masih adu bacot. yang ada kita jadi patung di sini," Sasha berjalan duluan. di ikuti Mimi, Delvi, dan Rissa di belakangnya.

"Sasha lebih bela gue di banding lo yang mentel selangit! iya nggak, Sya? loh yang lain kemana? kok goib sih," Cindy menyadari Sasya, Mimi, Delvi, dan Rissa nihil. tak ada di sampingnya lagi. Alyya hanya garuk-garuk kepala menyadi beberapa temannya hilang.

Keduanya serempak mengucapkan,"Gara-gara lo!"
lalu berlomba-lomba berlari kencang meninggalkan taman dan menuju kafe tempat tongkrongan genk mereka.

●●●

Vote yah ^^ aku butuh vote kalian dan jangan lupa follow aku. thankyou :D

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang