Ariel tengah berselfie ria sendirian di balkon kamar. rumah berlantai dua yang terletak di sebuah kompleks perumahan mewah di kota Jakarta.
Cekreekk ... cekreekk
"Selfie mulu kerjaannya. galeri lo penuh lama-lama sama foto alay lo," Alvin-kakak lelaki satu-satunya Ariel-bersandar di balkon. memandangi adiknya yang masih asyik selfie.
Perkataan Alvin barusan tak di jawab sepatah katapun oleh Ariel. gadis itu sibuk dengan ponselnya sambil berganti-ganti gaya.
"Woi, jawab, kek."
"Apaan sih, bang? jangan ganggu gue kenapa. sana, ah," Ariel menatap Alvin kesal.
"Wah, wah, ngusir ya? yaudah gue pergi. gue pergi selamanya," Alvin memanjat balkon.
"Heh, bang! ngapain lo? turun-turun! lo mau cari mati? turuuunn, bang," Ariel menarik kaos Alvin dengan kencang. Alvin hampir terhuyung ke belakang karena tarikan Ariel yang ekstra kuat terhadap kaosnya.
"Kaos gue sobek nanti. lepasin! aduuh."
Breebett ...
Alvin memanyunkan bibirnya, turun dari teralis balkon. ia membungkuk membuat sudut 90°. diperhatikan kaos hitam kesayangannya. robek!
"Yaahh, kaos guee. eh, tanggung jawab. lo udah ngerusak kaos gue," tuntut Alvin. "Liat! rusak."
"Yailah, bang, kualitas kaos lo nggak bagus. masa ditarik gitu doang robek. murahan sih kaosnya. pasti beli di obral baju deket pasar ayam," balas Ariel asal.
"Enak aja! ini gue beli di Bali waktu study tour gue kelas 10. liat! ni tulisan gedue banget masih belum kebaca?" Alvin menunjuk-nunjuk tulisan Bali berukuran besar di motif kaosnya. "Makanya pake kacamata. gue saranin lo pake kacamata kuda."
Ariel mencubit pinggang Alvin, "Ih, gue pake itu malah kagak keliatan, bang. plus bonus ketawaan dari orang-orang. lo mau gue dikatain orgil? tega bener."
"Nggak mau tau pokoknya lo harus ganti. ke Bali sonoh. dateng aja ke Denpasar. tapi gue lupa persisnya di mana. banyak deh kaos kayak gue di sana. murah lagi."
"Ke bali cuma buat gantiin kaos lo yang robek? ogah, mending ngasih makan kambingnya Kakek. bang, gue mau upload foto kece gue di ig, entar jangan lupa di like ya. awas kalo nggak like, gue kasih bogem," ancam Ariel sambil mengepalkan kedua tangannya persis di mata Alvin.
Bukannya takut Alvin justru tertawa terpingkal-pingkal, "Sok banget mau mukul gue. emang lo bisa?"
"Wah, ngeremehin ya? mentang-mentang gue cewek gitu? gini-gini gue ikutan klub taekwondo di sekolah. mau bukti?" Ariel memasang kuda-kuda, ia berloncat-loncat layaknya petinju yang hendak menyerang lawannya.
"Ampuun gue nggak takut," Alvin memasang ekspresi menjijikan.
"Oke nggak takut ya?" Ariel bersiap menghajar kakaknya.
"Riel, Riel, liat tuh. bagus banget. liat deh!" Alvin menunjuk-nunjuk langit.
"Mana? ada apaan sih?" Ariel menyipit. matanya memandang langit biru dan gumpalan-gumpalan awan putih. hanya ada itu.
"Ada gajah terbang. yes! satu monyet berhasil gue tipu. aseekk, satu kosong. bhay," Alvin bergegas lari meninggalkan Ariel yang tengah sibuk melihat langit.
"Wah gue ditipu. liat aja ntar."
●●●
Ariel tengah membawa tumpukan buku-buku Kimia milik perpustakaan. guru Kimia telah meminjam buku Kimia perpustakaan untuk buku pendamping. katanya sih buku Kimia perpus lebih lengkap daripada yang kita punya. daaann karena Ariel piket akhirnya dia mengemban tugas untuk mengembalikan buku-buku ini."Ugh, masa kagak ada yang mau bantu gue sih? si Bisma yang juga kebagian ngembaliin buku bareng gue malah kabur. Rayna sama Maya juga kemana lagi?" keluh Ariel.
Ariel sedikit kesusahan melihat jalan sebab tumpukan bukunya menjulang tinggi sehingga jalanan sedikit tak terlihat hingga ia tersandung anak tangga. daaaannn ....
Bruukk ....
Tak hanya tersandung, Ariel juga menabrak seseorang dan jatuh bersamaan dengan orang yang tak sengaja ia tabrak. buku-buku juga berserakan di lantai. yang Ariel tabrak ternyata seorang cowok! sesaat, pandangan mereka beradu. satu detik, dua detik, lima detik, mereka bertatapan dalam posisi sang cowok di bawah dan Ariel di atas dada sang cowok.
"Eh," Ariel tersadar, ia segera bangkit dari dada cowok itu. "So-sorry. gue nggak sengaja."
Cowok itu tersenyum, "Nggak pa-pa. santai aja."
"Emm," Ariel bingung ingin membalas apa. akhirnya ia segera memunguti satu per satu buku Kimia yang tercecer di lantai.
Cowok itu membantu Ariel memunguti buku. "Gue bantu ya."
"Eh, i-iya."
Tinggal satu buku yang masih terkapar di lantai. Ariel hendak mengambilnya, sang cowok juga berkeinginan begitu. secara bersamaan, Ariel dan sang cowok mengambil satu buku itu. alhasil tangan mereka bertumpukan. tangan Ariel di bawah sedangkan tangan sang cowok di atasnya.
"Em, maaf," ujar cowok itu. Ariel mengangguk sebagai respons, kemudian keduanya berdiri.
Ariel membaca name tag cowok itu. Erick Yunanda. "Nama lo Erick? kenalin, gue Ariel."
Keduanya bejabat tangan.
"Hmm, Ariela Manopo. nama yang cantik dan keren, Riel," Erick membaca name tag yang terpasang di seragam Ariel ketika berjabat tangan.
"Thanks. nama lo juga keren, Rick. btw lo anak baru ya?"
Erick mengangguk sembari tersenyum, "Iya. gue kelas X-1. lo?"
"Gue X-2. kelas kita sebelahan," balas Ariel. "Oh. iya! sorry, gue nggak bisa ngobrol lama-lama. gue harus ke perpus, Rick."
"Gue bantu," Erick mengambil beberapa tumpukan buku Kimia dari tangan Ariel. kelihatannya Erick lebih banyak membawa.Ariel jadi tak enak hati.
"Nggak repotin? gue bisa sendiri kok."
"Nggak. yakin nih lo bisa sendiri? yakin nggak kesandung lagi dan nabrak orang?"
Ariel diam.
"Udah, ah. biarin gue ngebantu lo. lagian gue nggak ada kerjaan lain dan gue pengin tau perpus sekolah ini. yuk!" ajak Erick. senyumnya kembali merekah.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu
أدب المراهقينCinta tidak selamanya mencintai seseorang yang sempurna, tapi mencintai dengan cara yang sempurna. Cinta tak selalu memandang rupa, tapi memandang hati. Begitulah yang dirasakan Ariela Manopo dan Erick Yunanda