12

2.1K 106 4
                                    

Erick mengambil ponselnya dari dalam saku baju. mengetikkan nomor Ariel di papan ketik panggilan, lalu menekan tombol hijau. nada sambung terdengar.

Ariel pulang dari rumah Maya pukul 5 pagi di karenakan Ariel lupa membawa baju seragam. sebenarnya Maya menawarkan agar Ariel mandi di kamar mandi kamarnya, setelah itu kembali memakai baju lama Ariel. soal seragam Ariel bisa pulang ke rumah setelah mandi di rumah Maya. tapi keputusan Ariel sudah bulat. ia akan mandi di rumahnya sendiri.

Saat Ariel tengah menyisir rambut panjangnya, alunan lagu Love Me Like You Do terdengar dari ponsel Ariel. pertanda ada panggilan masuk. tanpa meletakkan sisirnya, Ariel meraih ponsel yang tergeletak di meja belajar dengan layar berkedip-kedip menampakkan nomor sang penelpon tanpa di sertai nama penelpon.

Ariel menggeser tombol hijau.

"Hallo! siapa ini?"

"Gue Erick," balas orang di sebrang yang ternyata Erick.

"Hmm, tau dari mana nomer gue?"

"Ah, nanti aja bahasnya. lo udah siap kan? cepet keluar! ada taksi di depan rumah lo. gue ada di dalemnya. buruan keluar!"

Ariel mengintip dari jendela kamar. benar saja di depan gerbang ada taksi.

"Oke! gue udah siap kok.tunggu gue,"Ariel menggeser tombol merah, lalu menyambar tas punggungnya.

Ariel menuruni anak tangga dengan cara berlari. membuat Alvin yang sedang duduk santai di sofa ruang TV menengok ke tangga. tapi dia sudah dalam kondisi memakai seragam SMA-nya. mereka berdua telah berdamai sejak pukul 5 pagi. ketika Ariel pulang dari rumah Maya.

"Jangan sambil lari-lari! lo udah pake kaus kaki. licin. ntar jatuh nggelinding," nasehat Alvin.

Tapi Ariel menyebut itu bukanlah nasehat. dia cuek. tetap berlari.

"Mana Papa sama Mama?" tanya Ariel berhenti tepat di samping Alvin.

"Papa udah berangkat. Mama di kamar. sarapan gih pake roti. ntar berangkat bareng pake motor gue," balas Alvin.

"Gue sarapan di kantin aja dan lo berangkat sendiri. gue udah di jemput sama temen. pamitin ke Mama gue berangkat duluan. nggak sempet pamit. buru-buru soalnya. oke? bye!" Ariel berlari lagi.

Ia buru-buru memakai sepatu hitam bertalinya dengan posisi berdiri. setelah itu menghampiri taksi di depan gerbang.

Dari dalam taksi Erick membukakan pintu.

"Masuk!" perintah Erick.

Ariel tersenyum sambil mengangguk. ia segera masuk dan menutup pintu kembali.

"Jalan, Pak!" perintah Erick dengan sopan.

Supir taksi itu mengangguk, lalu memacu taksinya dengan kecepatan sedang.

"Kenapa lo jemput gue?" tanya Ariel.

Erick menoleh, "Kan gue pacar lo. sorry gue jemput pake taksi. gue males bawa motor. besok-besok aja pake motor."

"Emang lo punya motor?" Ariel meremehkan Erick. tapi itu tidak serius. Ariel hanya bercanda.

"Punyalah. bukan Erick namanya kalau nggak punya motor," jawab Erick membusungkan dada.

"Songong. tapi gue nggak pernah liat tuh lo bawa motor ke sekolah. gue selalu liat lo di anter sama bokap lo naik mobil."

"Gue jarang bawa motor ke sekolah. males. di jalan macet lagi," terang Erick. "Fine, kalau lo masih nggak percaya besok gue jemput lo pake motor."

"Oke. gue tunggu besok," respons Ariel. ia melipat kedua tangannya di dada.

Taksi terus berjalan di jalanan raya yang sedikit lenggang. supir taksi patut mengucap syukur karena kondisi jalanan hari ini tidak macet.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang