Pisau Ketujuh

1K 24 0
                                    

"Tiada gunanya kau minta kepadaku, kecuali kau mau memberitahu nama tempat itu kepadaku."

"Asal aku memberitahu, Popo lantas kau kembalikan?"

"Malah kau akan kubelikan banyak mainan dan pakaian baru, kue-kue enak yang paling kau sukai."

"Baiklah, ku beritahu kepadamu. Tempat itu berada di.........."

Belum lagi Siangkwan Siau-sian sempat menyebutkan tempat itu, mendadak Thi Koh menukas: "Nanti dulu, tunggu sebentar."

"Kenapa?"

"Karena tempat itu kau hanya boleh memberitahu kepadaku saja, sekali-kali tak boleh didengar orang lain."

Terdengar seorang batuk-batuk kecil di luar pintu, tampak Nyo Thian melangkah masuk sambil mengempit Yap Kay. Sim Koh beriring melangkah masuk, di belakangnya adalah Ting Ling.

Thi Koh menarik muka, bentaknya beringas: "Siapa suruh kau membawa mereka kembali?"

"Tidak di bawa pulang, memangnya mau diapakan?"

"Memangnya kau tidak bisa bunuh mereka?"

"Keduanya dibunuh?"

"Siapa yang masih ingin kau tinggalkan?"

"Sekarang juga dibunuh bagaimana?"

"Baik, sekarang juga bunuh!"

Yap Kay meringkuk di tanah, kelihatannya seperti orang mati, Ting Ling memang masih hidup, namun pandangan matanya mendelong kaku, orang bilang hendak membunuh dia, dia seperti tidak mendengar.

Sim Koh menghela napas, katanya: "Laki-laki sebagus ini, sungguh aku tidak tega membunuhnya."

"Nyo Thian menyahut dingin: "Aku tega!"

Sim Koh meliriknya, katanya tertawa genit: "Kau cemburu?"

"Buat apa aku cemburu dengan orang mati?"

"Baik! Nah, golok ini kuberikan kepadamu."

'Klontang....' sebilah golok jatuh di lantai.

Nyo Thian membungkuk mengambilnya, dipandangnya Ting Ling lekat-lekat, katanya tertawa dingin: "Kau pernah membunuhku sekali, sekarang akupun akan membunuhmu sekali, hutang piutang ini terhitung lunas, tak perlu kau menebusnya di lain penitisan."

Ting Ling mengawasi golok di tangannya, sedikitpun dia tidak memperlihatkan reaksi apa-apa. Terpancar nafsu membunuh pada sorot mata Nyo Thian, kontan dia ayun goloknya membacok.

"Tunggu dulu!" sekonyong-konyong seseorang berseru mencegah.

Lekas Nyo Thian tarik tangannya, dengan mengerut kening dia berpaling, ternyata yang menyerukan dia berhenti adalah Wi Thian-bing. Entah kapan Wi Thian-bing sudah siuman, pelan-pelan dia merangkak bangun dan duduk di pembaringan.

"Kenapa kau suruh dia menunggu?" tanya Thi Koh mengerut alis.

"Apa kau pasti hendak membunuh ke dua orang ini?" kata Wi Thian-bing.

"Ya, harus dibunuh."

"Di sini juga membunuhnya."

"Di tempat ini juga."

"Di dalam ruang pemujaan yang ini boleh membunuh orang?"

"Yang kita punya memangnya dewa pembunuh."

Wi Thian-bing menghela napas, katanya: "Aku tahu kau tidak akan membiarkan Yap Kay hidup, tapi orang she Ting ini...?"

"Kau ingin mempertahankan jiwanya?"

Rahasia Mo-Kau Kaucu (The Flying Eagle in the Ninth Month) - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang