Pisau Kedelapan

1.1K 25 0
                                    

Sebuah benda bundar kemilau ketika menggelundung keluar dari dalam pecahan boneka itu, kiranya itulah sebuah kepelan baja yang dibuat sedemikian bagusnya dengan pegas-pegasnya yang kuat.

Kedua tangan Yap Kay masih memeluk perutnya, saking sakit keringat dingin berketes-ketes, ingin bicara mulut hanya megap-megap.

Siangkwan Siau-sian memonyongkan mulut, katanya: "Coba lihat, kau banting hancur Popoku, tak heran perutmu kesakitan."

Yap Kay mengawasinya, sorot matanya mengandung takut dan keheranan. Mendadak dia menggerung: "Kau......" belum banyak ucapannya dia sudah roboh tersungkur.

Thi Koh pun berubah air mukanya, perubahan yang beruntun ini sungguh amat mengejutkan hatinya.

Hanya Nyo Thian saja yang berdiri adem-ayem mengulum senyum simpul, sebelah tangannya masih memeluk Sim Koh.

Sekilas Thi Koh melotot kepadanya, lalu dia berpaling mengawasi Siangkwan Siau-sian.

Siangkwan Siau-sian sedang berseri tawa, tawa yang manis dan genit, sikapnya yang linglung kekanak-kanakan tadi sudah tak berbekas lagi dimukanya.

"O, kau! Kiranya kau!" ujar Thi Koh menghela napas.

"Kaupun tak mengira bukan?" tanya Siangkwan Siau-sian.

"Sungguh, mimpipun tak pernah kukira."

"Kaupun mengagumi aku?"

"Tak mungkin aku tidak mengagumi kecerdikanmu."

Siangkwan Siau-sian tepuk tangan gembira: "Tak nyana ada juga orang yang mengagumi aku, sungguh senang ke pati-pati."

"Yap Kay juga pasti mengagumimu." ujar Thi Koh, "sepenuh hati dia melindungi kau, tak nyana bahwasanya kau tidak perlu dilindungi, dengan seksama dia berusaha mencari biang keladi orang yang hendak mencelakainya, tak nyana orang yang dicari-carinya adalah kau sendiri." setelah menghela napas dia berkata pula: "Yap Kay, Yap Kay, kau kira dirimu pintar, anggap dirimu jempolan, yang benar seujung jari orangpun kau bukan apa-apanya."

Siangkwan Siau-sian cekikikan, ujarnya: "Apa kau sudah lupa aku ini putrinya siapa?"

"Sejak mula seharusnya aku ingat......" sahut Thi Koh getir.

Memang putri keturunan Siangkwan Kim-hong dengan Lim Sian-ji mana mungkin seorang linglung.

Tabir malam mulai menghilang, sinar lampu menjadi guram. Sinar mata Siangkwan Siau-sian malah menyala, siapapun yang melihat dirinya sekarang, takkan percaya bahwa gadis gede yang semula dianggap seperti boneka ini adalah gadis linglung yang berjiwa kanak-kanak.

"Agaknya Ah Hwi pun kau kelabui."

"Memang laki-laki dilahirkan untuk ditipu oleh perempuan."

"Mereka kira kau ini linglung, orang pikun, justru kebalikannya yang pikun bukan kau, tentunya dalam pandanganmu, mereka itulah baru benar-benar orang pikun."

"Laki-laki yang tidak pikun memang sedikit jumlahnya," ujar Siangkwan Siau-sian.

"Nyo Thian bukan?"

"Sudah tentu dia bukan."

"Hanya kau yang tahu rahasianya?"

"Seorang gadis harus punya laki-laki yang menjadi sandarannya, kalau tidak bukankah dia akan selalu kesepian?"

"Lalu siapa yang menulis surat itu? Kau atau dia?"

"Sudah tentu dia yang menulis, tulisannya lebih elok dari tulisanku."

"Agaknya rencanamu memang sempurna, tak heran Yap Kay sendiripun kau kelabui."

"Untuk mengelabui dia memang bukan kerja yang gampang."

Rahasia Mo-Kau Kaucu (The Flying Eagle in the Ninth Month) - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang