Pintu kamar di bawah tanah ini berada di bagian atas dan suara orang ini terdengar dari atas. Waktu Han Tin berlalu tadi, mereka terlalu asyik bercumbu rayu sehingga lupa memalang pintu dari dalam, kini untuk menutupnya sudah terlambat. Habis suaranya, orang itupun sudah melangkah masuk.
Semula Ting Hun-pin amat kaget, namun lekas sekali dia sudah menghela napas lega, yang datang jelas bukan Siangkwan Siau-sian, yang datang adalah seorang laki-laki.
Orang takkan senang melihat laki-laki ini, laki-laki yang menyerupai mayat hidup. Mukanya kaku dingin dan memutih kapur, tulang pipinya tinggi, hidungnya bengkok seperti patuk elang, badannya kurus lencir seperti genter (tiang bambu), tinggal kulit pembungkus tulang. Sorot matanya memancar kuning kemilau. Badannya yang jangkung menggunakan jubah panjang kedodoran, warna merah yang penuh disulami kembang Botan. Yang luar biasa adalah lengannya yang berkepanjangan, kedua tangannya terselubung di dalamnya.
Siapapun melihat orang macam ini pasti kaget, sebaliknya Ting Hun-pin malah menghela napas. Menurut pendapatnya orang ini tidak lebih menakutkan dari gadis boneka Siangkwan Siau-sian yang elok itu.
Waktu Yap Kay melihat orang ini beranjak turun, hatinya seketika tenggelam seperti batu kecemplung air. Melihat gaya orang lantas ia tahu bahwa Ting Hun-pin bukan tandingan orang ini. Dirinya juga dalam keadaan lemah, dipukul bocah belasan tahunpun ia tak mampu membalas.
Ting Hun-pin berjingkrak bangun menyambut kedatangan orang itu, semprotnya: "Kau ini apa-apaan, tanpa permisi lantas main terjang masuk ke kamar orang, kau tahu aturan tidak?"
"Aku memang tidak tahu aturan, "sahut orang itu dingin, "akupun hanya tahu membunuh, tapi aku masih belum mampu mengungkuli dia."
Yap Kay tertawa getir, katanya: "Ah, kau terlalu merendah."
"Barusan kuhitung, dari muka sampai belakang luar dalam seluruhnya sudah mati delapan puluh tiga orang. Murid-murid keluarga Bak, anak buah Thi Koh dan seluruh pekerja di dalam Leng-hiang-wan ini, ternyata tiada satupun yang ketinggalan hidup."
Berkata orang itu dengan menyeringai sadis: "Dalam semalam sekaligus membunuh delapan puluh tiga jiwa, sungguh suatu kerja berat dan keberanian luar biasa......"
"Kau kira akulah yang membunuh mereka?" tanya Yap Kay.
"Yang jelas mereka sudah mati, hanya kau saja yang tinggal hidup."
"Bukan aku saja yang masih hidup."
"Aku yakin hanya kau saja seorang."
"Lho, lalu kemana Siangkwan Siau-sian?" tanya Ting Hun-pin.
"Memangnya aku ingin tanya kalian, di mana dia sekarang?"
Ting Hun-pin naik pitam, serunya: "Semula dia bersama kami, soalnya kami tertipu mentah-mentah olehnya."
Orang itu menyeringai sadis.
"Dia pula yang membunuh orang-orang itu......"
"Kenapa kalian tidak dibunuhnya sekalian?" tukas orang itu.
"Karena Han Tin menolong kami."
"Mana Han Tin?"
"Pergi cari arak."
"Waktu Siangkwan Siau-sian membunuh orang, kalian mengawasi saja di sampingnya?"
"Karena Hiatto ku tertutuk tak bisa berkutik."
"Dan kau?" tanya orang itu berpaling kepada Yap Kay.
Ting Hun-pin menyela: "Diapun terbokong, seluruh badannya lemas lunglai, tidak bisa........." sampai di sini baru dia sadar mulutnya yang usil telah terlepas omong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Mo-Kau Kaucu (The Flying Eagle in the Ninth Month) - Khu Lung
General FictionLanjutan dari Pisau Terbang Li. Tokoh utamanya murid Si Pisau Terbang Li Sun-hoan yang bernama Yap Kay. Di kolong langit ini hanya dia satu-satunya yang pernah mendapat warisan murni dari Siau-li si pisau terbang. Dia belum pernah membunuh jiwa s...