Bab. 3

889 22 0
                                    

Kedua anak muda itu datang hampir berbareng, keduanya masuk dengan heran memandang ayah masing-masing.

Gan Im Kiat langsung saja berkata kepada Giok Cu. "Nona, barusan aku melamar kau untuk dijodohkan dengan anakku ini, tapi ayahmu menolak karena anakku seorang sastrawan lemah. Dan kau sendiri bagaimana, nona? Benarkah kau hendak mencari jodoh seorang dari kalangan persilatan?"

Tentu saja Giok Cu merasa terkejut setengah mati mendengar pertanyaan ini. Mukanya sebentar pucat, sebentar merah dan ia hanya dapat sebentar tunduk dan sebentar memandang kepada ayahnya dengan bingung dan heran, tak tahu harus menjawab bagaimana!

Ong Kang Ek kasihan melihat anaknya malu dan bingung tapi sebelum ia menyela, Gan Im Kiat sudah berkata lagi: "Haya, hampir lupa aku bahwa kau sebagai seorang gadis tentu tidak mudah bagimu. Kau jawab saja dengan geleng dan angguk. Kalau setuju mengangguk, kalau menolak menggeleng. Bagaimana?" Giok Cu sambil tunduk mengangguk!

"Nah, nah, bagus! Sekarang pertanyaan pertama: "Betulkah bahwa kau ingin dijodohkan dengan seorang ahli silat dan surat yang kepandaiannya lebih tinggi darimu? Jawablah ya atau tidak!"

Dengan wajah merah Giok Cu mengangguk.

"Hm...kalau pemuda itu hanya pandai ilmu surat dan tidak pandai ilmu silat, kau tidak suka? Jawablah, kalau suka mengangguk, kalau tidak menggeleng."

Dan Giok Cu menggeleng kepalanya!

"Sama benar dengan ayahnya! Kalau begitu, ini yang terakhir, perhatikan! Kau kulamar untuk menjadi jodoh Kam Ciu, suka tidak?"

Lama sekali Giok Cu hanya tunduk saja, tak menggeleng tak mengangguk hingga ayahnya berkata: "Giok Cu! Jawablah pertanyaan Gan twako agar ia merasa puas. Aku tahu kau sungkan menjawab, tapi kalau kau tidak setuju jawablah dengan menggelengkan kepala. Gan twako orangnya jujur, dia tidak akan merasa menyesal!"

Kali ini Giok Cu menggeleng kepala. Ia berdiri dan lari pergi ke kamarnya!

Gan Im Kiat menarik napas panjang, ya....dasar kau yang sial, Kam Ciu!"

Kini pemuda yang jarang bicara itu tersenyum memandang ayahnya: "Ayah, kaulah yang aneh. Tentang perjodohanku, semua orang ditanya, sedangkan aku sendiri orang yang bersangkutan sama sekali tak pernah kau tanya!"

Ayahnya memandang anaknya heran. "Lho, Kam Ciu bukankah dalam segala hal pendapatmu sama dengan pendapatku? Coba katakan kalau kau berani, bukankah kau setuju sekali pada nona Giok Cu?"

Kam Ciu terpukul kalah dan tak berdaya. Pemuda itu kini tunduk dengan wajah kemerah-merahan. Ong Kang Ek hanya terbelalak heran saja melihat ayah anak yang ganjil dan berbeda dengan orang lain itu. Namun diam-diam ia merasa kagum dan suka melihat ketulusan dan kejujuran hati mereka, sedikitpun tidak dinodai kepalsuan dan kesopanan pura-pura yang hanya baik di luar tapi yang mungkin di dalamnya mengandung kekotoran yang menjijikkan!

Gan Im Kiat lalu berpamit kepada tuan rumah dan mereka berdua tinggalkan gedung dengan diantar oleh tuan rumah sampai di depan pintu. Ketika hendak berpisah Ong Kan Ek berkata: "Gan twako sungguh menyesal kita tak berjodoh untuk menjadi besan! Kuharap kau suka mengunjungi pesta yang hendak kuadakan bulan depan hari kedua."

"Kau hendak adakan pesta apakah, saudara Ong?"

"Aku hendak merayakan ulang tahunku ke lima puluh dan sekalian mengadakan pemilihan jodoh anakku."

Gan Im Kiat mengangguk-angguk maklum. Jadi kau hendak mengadakan sayembara adu silat?"

Ong Kang Ek tersenyum dan mengulang undangannya. Gan Im Kiat geleng-geleng kepalanya. "Aku tak dapat mengikuti jejakmu, saudara Ong. Entah mengapa, tapi aku tetap tidak dapat merasa suka pada tukang pukul. Tapi misalnya aku tak dapat datang, tentu aku akan wakilkan kepada Kam Ciu."

Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang