Melihat pemuda baju biru itu berpaling dan memandangnya. Hoan Tin Cu tertawa dan berkata dengan suara memuji: "Souw sicu sungguh membuat aku orang tua merasa kagum sekali dan insaf bahwa kami golongan tua sungguh tertinggal jauh olehpara muda. Tapi setelah mendengar bahwa kau adalah murid dari Gak Bong tosu, keherananku berkurang banyak. Sudah lama aku mendengar akan ilmu silat Gak Bong Tosu yang terkenal sebagai ilmu silat kelas satu masa kini. Biarlah aku melupakan usiaku yang tua dan tubuhku yang lemah dan minta Souw sicu suka bermurah hati memberi sedikit petunjuk. Ingin sekali aku menjajal Kwie san kiamhwat pada seorang murid dari Gak Bong Tosu yang lihai!"
Mendengar disebutnya Kwie-san tahulah Thian In bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang tokoh Kwie-san-pay. Ia pernah mendengar dari suhunya bahwa pendiri Kwie-san-pay adalah lima orang yang berilmu silat tinggi dan bahwa mereka itu bertabiat aneh tapi jujur hingga disebut Kwie-ian-ngokway atau Lima orang aneh dari Kwie-san. Terutama sekali mereka itu tidak mau kalah da lam hal ilmu silat dan selalu menganggap bahwa ilmu silat cabang mereka adalah yang paling sempurna! Pernah dulu tiga orang tokoh dari Kwie-san sengaja naik ke tempat kediamman Gak Bong Tosu, khusus untuk mencoba kepandaian silat tosu itu. Tapi ketiga-tiganya kalah jauh terhadap Gak Bong Tosu, dan mereka pulang dengan penasaran, karena biarpun telah dikalahkan, mereka tetap tidak mau menerima kalah! Thian In maklum bahwa kini setelah ia bertemu dengan seorang tokoh dari Kwie-san, mau tak mau ia harus pertahankan nama suhunya. Ia segera menjura kepada pendeta kurus kering itu.
"Totiang aku yang sudah pernah mendengar akan kelihaian Kwie-san-pay, tapi di antara kelima paycu, tidak tahu totiang ini yang ke berapakah?"
Hoan Tin-cu keluarkan suara jengekan. Aku bukanlah seorang di antara ketiga sutee ku yang pernah berjumpa dengan suhumu. Di bukit kami masih ada twasuhengku." Dengan jawaban ini mengertilah Thian In bahwa dia berhadapan dengan tokoh kedua dari Kwie-san!
"Kalau begitu bukankah totiang ini Hoan Tin-cu Totiang yang bergelar Liok-chiu0sian Si-Dewa-tangan-enam? Sungguh bahagia aku yang muda dapat berjumpa dengan totiang yang telah membuat nama besar! Tapi apa maksud totiang untuk menjajal Kiam-hwat mu yang sudah terkenal itu kepada seorang muda seperti aku? Harap totiang suka pikir-pikir kembali. Kalau totiang dapat kalahkan aku hal ini tidak menguntungkan totiang juga tak berarti apa-apa. Tapi sebalinya kalau sam pai kiamhwatmu kalah olehku, bukankah hal ini akan membuat totiang merasa malu dan aku merasa tidak hati saja?" Ucapan ini biarpun kelihatan rendah dan halus namun juga mengandung ejekan dan memandang rendah kepada Kwie-san-kiamhwat."Souw sicu! Kepandaianmu sudah begitu hebat, apa pula kau adalah murid Gak Bong maka biarpun seandainya aku jatuh dalam tanganmu aku takkan merasa malu bahkan merasa terhormat. Tentu saja kalau kau mampu jatuhkan aku!"
Ong Kang Ek merasa tidak enak sekali menghadapi adu mulut ini maka buru-buru ia berkata: "Hoan totiang dan Souw Sicu yang terhormat. Saya tidak ada perlunya hal ini dilanjutkan, karena membikin kita semua tidak enak saja. Memang maksud Hoan totiang baik, yakni untuk menambah pemandangan kita dan juga untuk meramaikan pesta ini tapi hendaknya diingat bahwa Souw Sicu belum bertanding dengan puteriku, hingga kalau dia harus bermain-main dulu dengan totiang, maka tentu hal ini kurang adil, apalagi berusan Souw Sicu telah melayani saudara-saudara yang lain."
Hoan Tin-cu tertawa bergelak-gelak. "Aku orang tua tidak tahu diri memang menjadi gangguan saja. Tadi aku minta kepada Souw Sicu, tapi ternyata kau ingin lekas-lekas melihat pemuda ini mengadu kepandaian dengan anakmu. Biarlah aku mundur saja juga tentu saja Souw Sicu lebih senang bertanding dengan Ong siocia dari pada dengan aku si tua bangka!"
Bukan main panas hati Thian In mendengar olok-olokan ini. Ia menghadapi Ong Kang Ek dan menjura: "Ong Lo-enghiong, perkenankanlah kiranya siauwtit melayani Hoa Totiang barang sepuluh jurus sebagai tanda hormat kepadanya dan juga untuk menggembirakan pesta ini." Terpaksa Ong Kang Ek mengangguk dan tinggalkan panggung dengan hati cemas karena ia tahu betapa lihainya pendeta tinggi kurus itu.
"Ha, ha! Harimau muda yang gagah berani." Sikapmu ini membuat aku makin kagum, anak muda. Keluarkanlah pedangmu dan mari kita main-main sebentar agar kurasai sampai di mana kelihaian ilmu pedang turunan Gak Bong! Jangan kau takut, aku tak begitu kejam untuk mencelakai seorang muda.
Kata-kata ini sangat memandang rendah hingga tanpa banyak cakap lagi Souw Thian In lolos pedangnya dari pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPH
General Fiction"Ha, Pek I Lihiap datang lagi. Apakah kau rindu padaku?" pahlawan itu gunakan kesempatan untuk menghina Giok Cu karena hatinya masih sakit karena sabetan dulu. "Saudara-saudara! Kalau memang kalian tidak mencari permusuhan, pergilah jangan ganggu ka...