Bab. 11

767 18 0
                                    

Setelah bertanding, guru silat itu lalu pamit untuk memberi tahu kawan-kawannya dan mengatur barisan pengepungan. 

Giok Cu biarpun tidak percaya penuh keterangan guru silat itu, namun hatinya agak khawatir. Ia duduk bersemadhi untuk tenangkan pikiran, tetapi duduknya tak dapat diam karena wajah Thian In selalu terbayang di depan matanya. 

Teringat akan Thian In, hatinya agak lega dan kekhawatirannya berkurang. Bukankah pemuda itu selalu melindunginya? Buktinya ketika ia akan diserang harimau dan ketika ia bertempur melawan Gan Tin Cu, ia selalu tertolong! Tentu kali ini pula penolong itu tidak berada jauh darinya. Tapi ketika memikir sampai di sini, kembali timbul keragu-raguan di dalam hatinya.

Benarkah penolong itu Be-eng-cu Koay-hiap dan jika benar, adalah Koayhiap itu Souw Thian In? Hal ini selalu meragukannya dan merupakan teka teki baginya.

Malam tiba! Giok Cu telah bersiap-siap. Sore tadi ia telah makan dan berpakaian serba ringkas. Seperti biasa pakaiannya berwarna putih. Dengan pedang terhunus di tangan kanan dan sabuk suteranya di tangan kiri tergulung dalam kepalannya, ia menanti dalam kamarnya.

Pada waktu menjelang tengah malam, guru silat she Kwa datang di atas genteng rumah penginapan itu. Tindakan kakinya terdengar oleh Giok Cu yang lalu loncat ke atas.

"Lihiap, agaknya dia tidak datang, karena waktu sudah hampir tengah malam. Barangkali dia takut kepada Lihiap!" katanya senang:

"Waspadalah saja tuan Kwa." Giok Cu memesan dan guru silat itu kembali ke tempat penjagaannya. Pada saat Giok Cu hendak loncat turun ke kamarnya, tiba-tiba dari jauh terdengar suara ketawa yang nyaring dan aneh. Sekejab kemudian suara ketawa itu telah datang dekat. Kini suara itu sangat menyeramkan hingga diam-diam Giok Cu terkejut ketika ia merasa betapa tubuhnya hampir limpung. Ia segera tetapkan hati dan semangat dengan kerahkan lweekangnya, karena ia tahu bahwa siluman itu tertawa sambil gunakan tenaga dalam yang sangat hebat. Sungguh lawan yang berat, pikirnya. Tapi ia tidak takut dan dengan penuh perhatian ia memandang ke arah dari mana suara itu datang.

Suara tertawa itu lalu disusul suara yang parau dan keras:

"Ha, ha, ha! Pek I Lihiap telah menunggu pada pinto?? Bagus. Kali ini kalau bisa dapatkan kau, pinto berjanji akan tinggalkan kota ini dan pindah ke kota lain. Ha, ha, ha!"

Suara itu telah terdengar nyata tapi orangnya belum tampak! Giok Cu memandang ke sana kemari dengan hati tegang. Pada saat itu bayangan tubuh yang tinggi besar datang dan menyambarnya! Giok Cu gunakan tipu loncat Koay-lion-hoa-sin atau Siluman naga jumpalitan untuk hindarkan diri dari tubrukan hebat itu, kemudian secepat kilat kedua tangannya bekerja, pedang di tangan kanan berkelebat menyambar leher bayangan ibu sedangkan sabuk suteranya meluncur ke arah pinggang orang! 

Gerakan Giok Cu adalah gerakan campuran, yakni tangan kanan yang pegang pedang bergerak dengan Lya-lion-sin-yauw atau Naga-mas-ulur pinggang, sedang sabuk sutera di tangan kirinya bergerak dengan tipu Tiang-khing-king-tian atau Pelangi panjang melengkung di langit. 

Tentu saja serangan kombinasi ini berbahaya sekali karena Giok Cuyang tahu akan kelihaian lawan gunakan gerakan mematikan ini. 

Tapi tak dinyana bahwa bayangan itu benar-benar hebat. Sambil perdengarkan suara ketawa keras, bayangan itu secepat kilat mendekam ke bawah hingga kedua senjata Giok Cu memukul angin, kemudian dari bawah bayangan itu maju pula menubruk. Gerakan bayangan itu sembarangan saja seakan-akan bukan gerakan seorang ahli silat, tapi gerakannya mendatangkan angin menandakan bahwa ia memiliki tenaga yang hebat! Giok Cu melawan dengan mati-matian dan keluarkan seluruh kepandaiannya untuk merobohkan lawan yang aneh ini.

Benar bagaimana kata guru silat she Kwa tadi. Gerakan siluman itu benar-benar cepat hingga tubuhnya yang tinggi besar berkelebat ke sana kemari dan sukar untuk dapat dilihat mukanya. Yang terlihat oleh Giok Cu hanya rambutnya yang riap-riapan berkibar dan sepasang mata yang tajam dan besar. Giok Cu melawan sedapat-dapatnya sampai puluhan jurus, tapi setelah bersilat lima puluh jurus lebih ia merasa lelah. 

Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang