Bab. 14

669 20 0
                                    

"Dia telah datang!" katanya dengan gembira dan wajah berseri.

Bu-eng-cu Koayhiap?" tanya Thian In.

Mereka lalu bergerak cepat ke arah datangnya suara. Semangat mereka timbul dengan mendadak! Tapi mereka tak dapat temukan penyanyi itu dan ketika mereka telah tiba di depan pintu kelenteng itu, belum juga mereka bertemu dengan orang yang dicarinya! Bangunan itu adalah sebuah gedung beras yang besar yang berbentuk seperti kelenteng, dan di atas pintunya yang besar terdapat tulisan: "Kwie-san-pay."

Keadaan di situ sunyi saja dan pintu depannya tertutup. Thian In mencoba untuk dorong daun pintu, tapi ternyata pintu yang tebal dan berat itu terpalang dari dalam. Pemuda itu berani gunakan kepalan tangan menggedor pintu sambil berseru keras:

"Kwie-san Ngo-lo-enghiong! Kami berdua orang-orang muda telah datang memenuhi janji. Berilah pintu!"

Setelah berteriak beberapa kali, tiba-tiba dari dalam terdengar suara orang ketawa nyaring dan disusul oleh kata-kata.

"Pintu memang tertutup, tapi tembok kami demikian rendah, lompati saja tembok itu kami menanti di taman!" Kata-kata ini seolah-olah dikeluarkan terhadap seorang kawan lama, hingga Thian In dan Giok Cu segera memandang tembok itu. Bukan main tingginya dinding yang mengurung tempat itu. Tidak kurang dari lima belas kaki! Dan di atas tembok dipasangi besi-besi tajam seperti ujung tombak lagi. Kalau bukan orang yang telah mempunyai kepandaian loncat dan ginkang yang tinggi, sukarlah agakna untuk dapat meloncati tembok itu tanpa terluka kulitnya atau terobek pakaiannya oleh ujung tombak tajam itu!

Tapi Thian In tidak mampu perlihatkan kelemahannya hanya karena menghadapi rintangan macam itu.

"Dapatkah kau loncati tembok ini?" tanyanya kepada Giok Cu.

Setelah mengukur dengan matanya, Giok Cu berkata terus terang: "Kalau tidak terhalang oleh ujung-ujung tombak itu, tentu dapat."

Tiba-tiba dari dalam terdengar suara tertawa lagi yang diikuti suara ejekan: "He anak-anak muda, hati-hatilah. Ujung-ujung besi itu telah karatan dan beracun!"

Thian In merasa mendongkol sekali.

"Aku hendak loncat dulu, kau menyusul kemudian dan pegang kedua kakiku. Aku akan lempar kau lewat tembok dengan kedua kakiku. Mengertikah?

Giok Cu tersenyum maklum. "Baiklah!"

Setelah kencangkan ikat pinggang dan ringkaskan pakaian, Thian In enjot tubuhnya dan dengan gerakan Pek-lion-seng thian atau Naga-putih-naik ke langit ia loncat ke atas dengan ringannya. Tubuhnya melayang dengan cepat dan ia gunakan kedua tangannya untuk menyambar dan memegang dua batang besi tombak di atas tembok! Ia ulur kedua kakinya melintang dan berseru ke bawah:

"Adik Giok, kau naiklah!"

Giok Cu kagum melihat gerakan pemuda itu. Kemudian setelah mendengar seruan Thian In, ia loncat ke atas dengan gerakan Hui hiau-coan-in atau burung terbang terjang mega. Ia telah gunakan seluruh tenaganya meloncat dengan mudah ia dapat menangkap pergelangan kedua kaki Thian In yang diulurkan.

Awas, aku lempar kau ke dalam!" Thian In lalu ayunkan kakinya beberapa kali untuk ambil tenaga, kemudian dengan keras ia tendangkan kakinya ke atas dan tubuh Giok Cu terlempar ke atas melewati ujung-ujung tombak!

Karena sudah berjaga, maka Giok Cu dapat atur tubuhnya sedemikian rupa hingga ia melayang dengan baik ke dalam! Ternyata di sebelah dalam adalah sebuah taman bunga yang indah dan dengan selamat Giok Cu dapat turunkan kedua kakinya di atas rumput hijau!

Melihat bahwa Giok Cu telah melayang ke dalam dengan selamat, Thian In lalu ayun kakinya ke atas dan dengan ber-poksay atau berjumpalitan dengan gerakan Lee-hi-ta-teng atau Ikan-lohi-loncat meletik ia berhasil melewati ujung-ujung tombak dan melayang ke dalam dengan selamat pula!

Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang