Bab. 7

765 20 0
                                    

Setelah memberi hormat, Kam Ciu ambil buntalan pakaiannya dan tinggalkan rumah itu, diikuti pandangan Giok Cu. Gadis ini cukup tahu akan perasaan pemuda sastrawan itu terhadap dirinya, dan diam-diam ia merasa kasihan. Ia kini tahu betapa baik dan mulia hati pemuda lemah itu. Untuk menolong dia sekeluarga, pemuda itu tidak mengukur kelemahan sendiri, bahkan tadi ia menawarkan untuk menjadi pengantarnya! 

Alangkah lucunya. Jika pemuda itu menjadi pengantarnya, bukan pemuda itu yang akan menjadi pembelanya, bahkan ia sendiri harus menjadi pembela dan penjaga keselamatan pemuda itu! Terbayanglah wajah Thian In yang tampan. Alangkah jauh bedanya Thian In dan Kam Ciu. Yang seorang demikian gagah-perkasa, yang lain demikian lemah. Yang seorang demikian telengas dan keras hati, yang lain demikian halus budi dan baik hati.

Kemudian setelah memberi pesan terakhir kepada empat orang pelayannya, Giok Cu cemplak kudanya dan mulai dengan perjalanan merantaunya.

Dalam perantauannya, Ong Giok Cu melakukan banyak hal-hal menggemparkan. Tiap kali melihat peristiwa yang tidak adil, ia tentu turun tangan membela yang lemah tertindas dan membasmi yang kuat sewenang-sewenang. Karena ia selalu tak meninggalkan nama setelah melakukan perbuatan mulia, orang-orang memberi julukan padanya Pek I Lihiap si Pendekar-wanita Baju Putih.
Beberapa bulan kemudian setelah merantau jauh ke arah utara, ia tiba dalam sebuah kota yang cukup besar dan ramai di tepi sungai Kim-ho, sebuah anak sungai dari sungai Jang-ce yang besar. Kota itu ialah kota Kiciu-kwan, Giok Cu memilih kamar dalam rumah penginapan Lok-thian, sebuah rumah penginapan terbesar di kota itu. Ia mendapat sebuah kamar di loteng.

"Kemudian setelah membuka buntalan pakaiannya, ternyata bahwa ia telah kehabisan uang bekal. Ia tidak merasa gelisah karena seperti biasa, ia dapat ambil uang itu dari peti uang seorang hartawan atau pembesar di kota itu. Demikianlah, ia duduk saja dalam kamarnya menanti hari menjadi malam untuk mencari rumah hartawan atau pembesar kejam untuk dijadikan korban.

Ketika hari telah gelap Giok Cu buka jendela kamarnya lalu tubuhnya berkelebat ke arah genteng. Dari situ ia celingukan sebentar, lalu menuju ke jurusan barat di mana ia melihat banyak terdapat rumah-rumah besar.

Kedua kakinya dengan ringan bagaikan kaki kucing berlari dan berloncat-loncatan dari genteng ke genteng sambil menengok ke sana kemari. Tiba-tiba ketika kakinya menginjak sebuah rumah yang besar, ia terpeleset karena genteng yang diinjaknya bergeser ke bawah! Untung ia cepat berkelit karena pada saat itu dari bawah, sebuah piauw melalui lubang bekas tempat genteng tadi manyambar ke atas! Berbareng itu terdengar suara tertawa bergelak dari beberapa orang dari kamar bawah.

Giok Cu bersiap sedia karena ia tahu bahwa dirinya terlihat orang-orang pandai. Tiba-tiba dari bawah terdengar suara nyaring menegurnya:

"Kawan yang di atas genting silahkan turun. Pintu depan kami terbuka lebar."

Giok Cu menjawab dengan keluarkan suara besar: "Terima kasih, aku sedang urus suatu hal, tidak ada hubungan dengan kalian. Lain kali ada ketika tentu mampir sampaikan hormat.

Tapi sebelum ia sempat angkat kaki, suara dari bawah menyusul. "Kalau begitu biarlah kami yang menyambut ke atas."

Berbareng dengan itu, dari bawah tampak melayang tiga bayangan yang gesit sekali gerakannya. Mereka adalah tiga orang laki-laki yang bertubuh gagah dan bersenjata golok yang terselip di punggung. Yang terdepan adalah seorang setengah tua berusia kurang lebih empat puluh tahun dengan tubuh pendek gemuk. Agaknya dialah yang bicara tadi karena kini dia pula yang pimpin pembicaraan.

Setelah memberi hormat ia berkata: "Maaf jika kami salah sangka, tapi peraturan yang sudah ditugaskan kepada kami terpaksa harus kami penuhi. Nona bukanlah seorang dari golongan kami, tentu nona datang dari luar. Bukan kami hendak melanggar peraturan kang-ouw yang membebaskans etiap orang gagah berkeliaran di atas rumah di waktu malam, tapi sekali lagi kami harus tunduk kepada peraturan. Maka hendaknya nona memberi tahukan kami kemana nona hendak pergi dan dengan maksud apa."

Giok Cu merasa penasaran sekali. Sebagai putri Ong Kang Ek yang pernah menjadi raja rimba dan telah membuat nama besar di kalangan kang-ouw, ia cukup mengerti tentang peraturan-peraturan. Tapi mengapa orang-orang ini begini tidak tahu a dat dan ingin tahu urusan orang lain?

"Aku hendak mencari tambahan bekal perjalanan," jawabnya singkat dengan tegakkan kepala.

Si gemuk pendek mengangguk-angguk maklum. "Kami cukup tahu nona lihai dan dapat melakukan hal itu dengan mudah. Tapi terpaksa kami mohon nona tidak lanjutkan kehendak itu, dan soal bekal jangan nona khawatir.

Kita sesama kaum harus saling bantu dan tak usah sungkan-sungkan. Turunlah nona kami sediakan bekal yang nona butuhkan."

Marahlah Giok Cu mendengar ini. Mereka ini anggap dia orang apakah?

"Eh, Tuan-tuan jangan salah sangka. Kalian anggap aku ini pengemiskah? Siapa yang minta bantuan uang darimu? Maaf aku tak dapat kawani lebih lama lagi." Dan balikkan tubuh hendak pergi. Tapi si gemuk pendek loncat mendahuluinya dan menghadang di depannya. Giok Cu selain marah juga kaget melihat kegesitan orang.

"Maaf, lihiap. Dari keadaanmu, kami dapat menduka bahwa kau tentu Pek I Lihiap yang baru-baru ini sangat terkenal. Tapi siapapun kau adanya, kami tetap harus tunduk terhadap peraturan yang telah ditetapkan di kota ini."

"Kau ngaco belo tentang peraturan-peraturan. Peraturan apakah itu dan siapa yang membuat peraturan itu?"

"Peraturan itu ialah siapa saja tidak boleh mengganggu penduduk kota ini. Segala ketidak beresan atau ketidak adilan di kota ini diurus oleh kami yang telah menerima tugas. Orang luar tidak diperbolehkan ikut campur. Sedangkan kawan-kawan dari luar yang kehabisan bekal di kota ini, asal mau terima dari kami, akan kami beri secukupnya. Tapi untuk mengganggu kota ini terpaksa kami harus mencegahnya!"

"Bagus!" Pek I Lihiap lolos pedangnya. "Dan siapa yang membuat peraturan gila semacam ini? Kaukah?""

Si gemuk pendek geleng-geleng kepala. "Mana aku yang rendah dapat menetapkan peraturan ini? Kami hanya petugas-petugas, yang membuat peraturan ialah Bu-eng-cu Koay-hiap."

Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang