Bab. 2

1K 20 0
                                    

Tapi sebelum dapat bergerak, tiba-tiba tampak bayangan orang berkelebat dan tahu-tahu Ong Kang Ek telah berdiri di hadapan Hok Hok Hwesio sambil tersenyum sindir dan kedua matanya berkilat, Hok Hok Hwesio tidak tahu bahwa kalau sudah tersenyum sindir macam itu Ong Kang Ek bagaikan harimau berdarah, maka biarpun ia merasa terkejut melihat kegesitan Ong Kang Ek, hwesio itu masih menyombong dan bertanya dengan suara jumawa: "Siapakah yang datang ini? Kaukah yang disebut Ong Kang Ek?"

"Jangan banyak cerewet. Mari kuantar jiwamu yang kotor ke neraka!"

Ong Kang Ek segera lepaskan sabuk suteranya dan dengan tangan kiri ia gerak-gerakkan sabuk itu yang berbunyi berciutan, lalu sambil berseru keras ia maju menyerang! Hok Hok Hwesio adalah seorang ahli pedang Butong dan ia selalu usulkan kepandaian silatnya sebagai kepandaian yang jarang ada tandingan. Tapi kini melihat ujung sabuk sutera itu bergerak bagaikan ular menyerang ke arah uluhatinya ia sangat terkejut. Sambil loncat mundur dan gunakan kebutnya menangkis, ia cabut pedang dan balas menyerang. Tapi Ong Kang Ek yang pegang pedang di tangan kanan dan sabuk sutera di tangan kiri merupakan lawan yang luar biasa. Gerakan pedangnya bagaikan kilat menyambar, ditambah pula dengan bantuan sabuk suteranya yang lihai, maka sebentar saja Hok Hok Hwesio berteriak kaget kebutan di tangan kirinya kena terbelit oleh sabuk sutera itu! Ia kerahkan tenaga untuk melepaskan kebutan dari ujung sabuk tapi sia-sia saja karena sabuk itu seakan menjadi satu dengan kebutan. Sekali lagi Hok Hok Hwesio kerahkan tenaga dalamnya. Karena ia terlalu curahkan perhatian dan tenaga ke tangan kiri, maka hal ini hampir saja membuat ia binasa karena tiba-tiba Ong Kang Ek kendorkan sabuknya dan pedang di tangan kanannya meluncur cepat ke dada lawan! Hwesio itu berseru kaget dan berkelit miringkan tubuh, tapi tak urung ujung pedang menyambar bajunya dan "breeett!" baju luarnya terobek lebar! Hok Hok Hwesio terpaksa lepaskan kebutan dan loncat mundur berjumpalitan karena takut kalau-kalau serangan kedua menyusul sedangkan keadaannya sedemikian sulit.

Tapi Ong Kang Ek tidak mengejar, hanya memandangnya dengan tertawa bergelak. Dengan kaki kiri ia tendang kebutan lawannya hingga terpental jauh, lalu berkata: "Hwesio kotor! Serangan pedangku yang kedua kalinya akan merobek kulitmu, bukan bajumu. Bersiaplah untuk mampus!" Dan ia maju menyerang kembali dengan sengit.

Sementara itu, Bong Hay Tojin merasa gentar dan bingung sekali. Keadaannya sendiri pun cukup payah karena menghadapi ilmu pedang gadis itu, ia hanya dapat bertahan dan menangkis saja, kini ditambah lagi dengan keadaan kawannya yang tadinya amat diandalkan ternyata tak mampu berbuat apa-apa di depan Ong Kang Ek! Untung baginya bahwa Ong Kang Ek tidak memperhatikannya, karena sekilas saja bahwa orang tua itu maklum bahwa keadaan gadisnya tak perlu dikhawatirkan, dan bahwa Giok Cu pasti akan dapat merobohkan saykong jahat itu.

Tapi siapa sangka, Bong Hay Tojin tak percuma menjadi seorang saykong palsu yang kejahatan dan kelicinannya ditakuti orang dan sudah tersohor di kalangan kang-ouw. Melihat keadaan yang berbahaya dan tidak menguntungkan itu, tiba-tiba ia rogoh sakunya dan keluarkan bungkusan kertas. Dengan gunakan tenaga tangannya meremas kertas itu hingga pecah dan isinya yang berbubuk putih keluar. Kemudian sambil menangkis pedang Giok Cu yang menyambar leher, ia gerakkan tangan yang mengepal bubuk itu ke arah Giok Cu.

Gadis itu mengira bahwa lawan gunakan senjata rahasia, maka cepat-cepat ia membungkuk. Benar saja, bubuk yang merupakan asap putih itu melewati atas kepalanya, tapi tiba-tiba gadis itu mencium bau yang ganjil, manis dan harum tapi tajam menyengat hidung. Belum sempat ia pulihkan semangatnya yang seakan dilumpuhkan oleh bau itu. Bong Hay Tojin telah gaet kakinya hingga ia roboh terguling tak sadarkan diri! Bong Hay Tojin melirik ke arah kawannya yang didesak hebat oleh Ong Kong Ek. Tojin pengecut ini bukan main takutnya, dengan cepat ia pondong tubuh Giok Cu dan lari secepat mungkin tinggalkan tempat itu.

Ong Kang Ek yang sedak desak lawannya ketika mendengar pertempuran di sebelahnya berhenti dan mendengar suara kaki berlari, segera mengerling dan alangkah terkejutnya melihat betapa saykong jahat berhasil melarikan anak gadisnya! Kemarahannya memuncak. Pada saat itu Hok Hok Hwesio tengah menyerang dengan tipu Han-ya-pok-cui atau gerak menyambar air, pedangnya menyambar dari kanan dan kebutannya dari kiri, kedua senjata itu merupakan sayap yang menghantam ke arah iganya. Serangan ini adalah serangan maut, tapi biarpun sedang marah. Ong Kang Ek masih cukup gesit dan waspada. Ia putar pedangnya sedemikian rupa hingga sekaligus kedua senjata lawan terpukul, kemudian sebelum Hok Hok Hwesio tahu apa yang akan terjadi tiba-tiba sabuk sutera yang lemas halus itu telah melilit pinggangnya! Ong Kang Ek berseru keras dan tahu-tahu dengan sekali sentak saja tubuh Hok Hok Hwesio telah terlempar ke atas. Bagaikan bernyawa sabuk itu melejit dan membawa tubuh hwesio itu terkatung-katung kemudian terdengar seruan keras sekali dan tahu-tahu tubuh hwesio itu terlempar keraas ke arah sebuah batu besar di pinggir jalan. Hwesio bernaisb buruk itu tak sempat berteriak, kepalanya terbentur batu dan pecah seketika itu juga.

Pendekar Wanita Baju Putih (Pek I Lihiap) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang