Extra Part I

204 4 0
                                    

Syiena's Pov


Kringg kring kringg..

Satu tanganku menggapai meja nakas yang berada di samping ranjang, mencoba menggapai jam weaker yang terus berdering memekikkan alat pendengaranku.

Treek



Suara bunyi jam weaker saat berhasil ku matikan. Sekarang aku bersandar di kepala ranjang mengumpulkan kesadaranku yang masih di ambang alam mimpi. Melirik ke kanan dan kiri kebiasaanku saat bangun tidur, biasanya hanya ada guling dan selimut yang kudapat. Tapi kini ada mahluk tampan berada di sampingku tengah berbaring dengan kedua tangan saling bertumpu di antara kedua pipinya. Sungguh pemandangan di pagi hari yang menyenangkan.



Sebenarnya aku tak sampai hati jika harus membangunkan Leo sepagi ini. Mau bagaimana lagi jika dia kemarin berpesan padaku akan take off pagi. "Leo, bangun! Kau harus siap-siap ke bandara". Bisikku pelan di telinganya, tubuhnya bergerak menggeliat meregangkan otot-ototnya dan bergumam tidak jelas. Lalu kembali menutup matanya dan membelakangiku. Eh?


"Leo? Ayo cepat bangun. Kau akan terlambat nanti". Kali ini aku mengguncangkan bahunya.


Dia mengerang dan meraih ponselnya, lalu di simpan kembali di atas meja nakas. "Ini terlalu pagi sayang. Jam lima kurang lima menit? Ayolah kita kembali tidur saja"


"Kau bilang harus bersiap-siap di pagi hari bukan?". Tanganku menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuhku. Leo beringsut menempatkan kepalanya di pahaku sebagai bantal. Lantas aku mengelus kepalanya dengam sayang.


"Memang, tapi jam sepuluh pagi sayang.. Dan sekarang jam berapa hmm?". Kepalanya mendongak ke atas menatapku yang tersenyum garing. Akhirnya aku memilih memejamkan mataku dengan posisi masih bersandar dan Leo yang tidur pulas di pangkuanku.



"Leoo!! What are you doing in here? Please get out now". Aku memekik kaget saat membuka mataku menikmati sensasi aroma sabun mawar yang biasa ku pakai, Leo mematung di depan bath up dengan penampilan shirtlessnya. Aku menelan ludah saat melihatnya bergerak melepaskan kaosnya memperlihatkan keindahan tubuhnya yang ia miliki. Tentunya milikku juga.


"Kita mandi bareng saja. Aku sudah kesiangan". Jawabnya enteng tanpa memperdulikanku yang mulai panik mencari sesuatu yang dapat menutupi sebagian tubuhku ketika busa sabun yang kupakai semakin menipis.



Leo menyunggingkan senyum evilnya dan menarik kakiku, menggelitiki dengan jari-jari tangannya, aku menggelinjang kegelian dan memohon ampun tapi sepertinya dia tak menghiraukannya.



"Shh leo kau mau apa?". Tanyaku polos di sertai desahan yang tertahan efek tangan jahilnya merambat ke bagian atas pahaku. Membelainya dengan gerakan naik turun. Ini sangat menyiksaku


"Syiena, aku ingin menjenguk anakku yaa". Pinta Leo dengan suara manjanya. Issh sejak kapan sih dia jadi begini? Tolong kembalikan Leo ku yang dulu, Leo yang dingin, angkuh dan keras kepala. Biarkan seperti itu daripada manja seperti sekarang. Aku merasa geli di buatnya.

"Nggh? Anakmu masih di sini Leo bagaimana kau bisa menjenguknya?". Jari telunjukku menunjuk bagian perut yang terekspos tanpa benang sehelaipun melainkan busa sabun mandiku.


"Kau ingin tahu?". Bukannya menjawab, malah berbalik nanya. Aku mengangguk ragu
Perasaanku tidak enak


"Mari kita buktikan". Lanjutnya dengan semangat.

Dan setelahnya kalian tahu lah apa yang di maksud ritual 'menjenguk' anaknya itu.




❤❤❤

Satu bulan kemudian




"Huffthh Olievhh arrggh sakit". Rengekku dan menarik ujung kardigan yang Oliev kenakan.

"Ayoo Syie, kamu pasti kuat". Katanya menyemangatiku sembari menyeka keringat yang bercucuran di dahiku.


" Nggh, sakit.. Leo mana Leo kenapa dia tidak datang? Awas saja, kalau tahu begini aku tidak ingin kerjasama membuat anak lagi! Aarrghh". Racauku semakin menjadi-jadi menahan sakit di daerah sensitiveku.

"Ayoo bu sekali lagi. Tarik nafas dalam-dalam, hembuskan". Peringat dokter yang sedang menanganiku.



" hhmmf huuh, Arrgghhh". Kali ini aku mencoba untuk mengejan lebih panjang. Dan betapa leganya aku saat mendengar suara tangisan bayi. Tapi mataku masih terpejam menetralkan nafasku mulai menipis. Dan setelahnya pandanganku kabur dan gelap.

Sampai di sini saja kah aku mampu bertahan hidup setelah melahirkan anakku ke dunia? Lalu bagaimana dengan Leo? Mampukah ia merawat buah hati kami sendirian?

Over TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang