Where Are You Now

202 5 1
                                    





Leo's Pov

Tiga bulan terakhir ini yang kukerjakan hanyalah uring-uringan dan mondar-mandir di dalam kamar Bekas syiena tempati. Ya bekas! Sekarang aku tidak tahu keberadaannya dimana. Dia menghilang bagaikan di telan bumi. Nomor telepon nya sudah tidak aktif sehingga tidak dapat ku hubungi. Akun jejaring sosialnya pun tidak pernah di buka sepertinya. Pernah aku mencoba mendeteksi lewat satelit GPS dari ponsel tapi nihil tidak ada hasilnya sama sekali.

Ku raih ponselku di atas nakas bergetar terus-menerus bertanda sebuah panggilan masuk.

"Hallo sir, sekarang kami berada di indonesia dan mendapatkan kabar duka dari masyarakat setempat". Aku memijat pelipisku serta menghembuskan asap nikotin yang ku hisap menyerupai gumpalan kapas mengapung di udara. Aku kembali merokok setelah kepergian Syiena. Kalau saja dia tahu pasti akan segera mengomeliku dengan suaranya yang akan membuat kupingku terasa mengiang.

"Duka?". Tanyaku seraya menautkan sebelah alisku

Aku berjalan menuju ranjang yang di tutupi bed cover bergambar lima orang personil boyband yang sangat di gemari oleh Syiena. Dia menyebutnya 'The Boys' sedang berpose saling memamerkan deretan giginya.

"Mereka bilang kalau kedua orangtua istri anda telah tiada beberapa bulan yang lalu. Dan rumah sebagai tempat tinggalnya di jual sebelum nyonya Nindya wafat untuk biaya pengobatan suaminya. Warga setempat pun tidak tahu keberadaan istri anda sekarang karena sanak saudara dari kedua orangtuanya rata-rata tinggal di luar jakarta sir". Jelas seorang pesuruhku yang sedang mencari keberadaan Syiena di indonesia

"Terima kasih atas infonya"

Tap tap tap..

Suara derap langkah seseorang itu semakin nyaring bunyinya di dalam rumahku yang cukup besar hanya di huni oleh aku sendiri dan kedua pekerja di sini.
Ku biarkan saja orang itu menghentak-hentakkan kakinya di lantai rumahku yang baru saja di bersihkan oleh bibi kelly. Aku malas melihatnya.

Brakk

Sosok Mami sudah berada di depan pintu dengan berkacak pinggang menatapku tajam. Aku balas tatapannya acuh tak acuh. Mau apa sih dia pagi-pagi sudah berada di rumahku?

"Leo.. leo mau sampai kapan kamu begini sih? Mami heran sama kamu. Tidak ada usahanya sama sekali untuk mencari istrimu. Gimana Syiena mau pulang kalau suaminya saja tidak berusaha mencarinya. Dasar payah! Paling juga di sana dia sudah memiliki pacar baru, mami lihat semalam di akun instagramnya terdapat sebuah foto hasil USG kandungannya. Mungkin benar Syiena mulai bosan tinggal bersamamu Leo dan anak itu pasti hasil dari hubungan bersama kekasih barunya". Ucap mami dengan nada mengejek sambil berjalan mendekatiku, tanpa aba-aba rokok yang sedang ku pegang sudah berada di tangannya. Tanpa memperdulikan wajahku yang menatapnya jengkel mami mebuang rokok itu ke lantai dan di matikan dengan tindasan kakinya yang di balut oleh sepatu kulit berwarna silver.

Aku mendengus sebal dan menatapnya sinis. "Gak mungkin Syiena seperti itu di belakangku mam. Selama ini aku menilainya dari luarnya saja bukan dari dalamnya. Ternyata aku orang pertama yang merobek selaput daranya dan akulah yang menanam benih itu di rahimnya. Dulu saat dia menangis karena aku telah memperkosanya saja dia terlihat biasa-biasa saja, Syiena sangat kebal dengan sikap dinginku, dia kuat dengan siksaanku, dia selalu berusaha membuatku agar berpaling kepadanya, dan sekarang aku sudah berpaling padanya mam. Tapi kenapa sekarang dia pergi meninggalkanku?"

Sebuah pukulan melayang di dahiku ulah dari mami, aku meringis pelan dan mengaduh.

"Yatuhan mengapa hamba di beri putra selemot dia? Dosa apakah yang hamba perbuat kepadamu?". Katanya seraya menatap langit-langit kamar dan berlagak seperti orang berdo'a lalu menunjukku yang kuberi tatapan dingin padanya.

"Tadi kamu bilang istrimu itu selalu berusaha agar kau berpaling padamu kan? Lalu kau sekarang sudah berpaling padanya?". Tanya mami dengan mengulangi kata-kataku tadi, dia berjalan menuju meja rias milik Syiena dan mengibas-ibaskan kipas yang di pegang olehnya. Aku mengangguk lemah

"Terus kamu sudah mengungkapkan perasaanmu padanya my son?". Aku menggeleng (lagi) dan membuat mami memutarkan bola matanya.

"Bagaimana dia tidak kabur darimu, jelas dia merasa lelah dengan pertahanannya selama ini dalam arti sekarang dia sudah menyerah dan mencoba menjauh dari hidupmu. Mami yakin itu"

"So, what should I do mam?"

Mami melirikku seolah-olah sedang berpikir dengan menempelkan jari telunjuk di dagunya. "Kau harus berjuang mendapatkannya kembali dengan cara apapun selama kau masih bisa bernafas"

Aku menatapnya ragu tapi mami menjawab tatapanku dengan anggukan mantap. "Kau pasti bisa! Lakukan saran dari mami jika kau benar-benar merasa yakin janin yang berada di kandungan Syiena. Feeling seorang ayah biasanya sangat kuat. Good luck my son". Mami menepuk bahuku pelan sebelum keluar dari kamar meninggalkanku yang terduduk di atas ranjang sedang mencerna ucapannya.








◇◆◇◆




"Nah begitu dong anaknya daddy, fighting for finding your true love". Sebelum keberangkatanku ke negara seribu pulau itu aku meminta izin terlebih dahulu pada mami dan daddy. Kebetulan Bryan, adikku berada di rumah sedang mengisi waktu liburannya. Mami mengacungkan jempolnya ke arahku dan memberikan senyuman terbaiknya.


"Aku ikut ya! Jika aku yang menemukan istrimu relakan aku ya bro untuk menikahinya". Kata bryan di sertai kekehan pelan, ketika tanganku sudah terangkat ke uadara untuk memberi sebuah pukulan pada bree. Dengan cepat daddy meleraikan kami. Oh dad, we're just kidding


Bryan tidak mungkin mengambil apa yang menjadi milik saudaranya. Dia hanya bergurau
Lagipula bree lebih suka dengan wanita yang lebih tua darinya.


"Dad, mam, bree. Aku berangkat". Pamitku seraya bersalaman dengan mereka. Bree merangkulku dan membisikkan kata-kata penyemangat untukku dan aku balas mengucapkan terima kasih


"Hati-hati.. ssmoga kau pulang bersamanya dengan selamat". Mami melambaikan tangannya dan menatap lesu kepergianku. Dia yang memberi saran kepadaku kenapa sekarang dia tetlihat sedih dengan keputusanku? Aku akan kembali dan membawa Syiena dengan selamat. Itulah janjiku kepada mereka yang selalu ku tanam dalam hati.







Ku hirup udara pagi hari dalam-dalam, aroma tanah basah begitu kentara di indera penciumanku. "I'm coming back indonesia" gumamku pelan



Penerbangan dari bandara Heatrhow Airport menuju bandara Soekarno-Hatta tidak memakan waktu yang cukup lama hanya beberapa jam saja. Terlebih letak bandara indonesia berada di kota jakarta, kota tujuanku sekarang.



Sekarang aku tidak perlu kesulitan lagi untuk mencari tempat penginapan. Karena di sini aku sudah membeli panthouse yang aku beli dengan hasil uang selama aku bekerja sama dengan uncle Restu dulu.



Ngomong-ngomong aku jadi merasa sedih mengingat sosok uncle Restu. Apa berita yang di beri oleh pesuruhku itu benar kalau mertuaku sudah tiada? Aku merasa belum yakin dengan semua ini. Benar-benar mengejutkan. Pasti Syiena sangat terpukul dengan kepergian kedua orangtuanya. Andai saja saat itu aku berada di sampingnya memberi kekuatan untuknya. Jika tidak ada aku kira-kira siapa yang menjadi sandaran bagi Syiena?




Dimana kau Syiena? Aku sangat merindukanmu sayang..





Yuhuu cerita yg tidak di rindukan kembali update.. Gimana.. Gimana?? Jelek atau biasa aja? Mungkin bagus? Ewwh-.- keknya impossible bngt deh

So please votmen ya!

Thnks yg udh nyempetin waktu buat baca karyaku

Over TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang