The Chance?

182 4 0
                                    


Leo's Pov

Tanganku berkali-kali memijit kening yang terasa sangat berat, hari ini aku merasa lelah bukan lelah karena pekerjaan saja, tapi lelah pikiran dan batin. Aku selalu menghabiskan waktu untuk bekerja, aku memang type orang yang workaholic. No weekend, no time for the rest. Always working, working, and working.. itulah prinsipku sampai aku selalu merasakan pusing dan letih yang teramat sangat

Tiba-tiba suara derap langkah seseorang di luar kamarku semakin mendekat, ku kira itu bibi kelly yang biasa mengantarkan makan malamku ke kamar. Karena aku jarang makan bersama syiena di ruang makan

Tapi dugaanku salah saat orang itu berhasil membuka pintu kamarku. Mataku melemparkan tatapan kebencian padanya dan rasa jijik menjalari hatiku

"Leo" audy mendekatiku yang tengah duduk di sofa panjang yang terdapat di dekat jendela kamarku.

"Stay at there!" Cegahku padanya seraya tanganku terangkat memberi kode agar dia tetap pada posisinya. Sungguh aku tidak ingin dekat-dekat dengan wanita jalang itu

Kali ini dia tidak dengan penampilan glamournya yang sudah menjadi ciri khas dari dia. Dulu aku memaklumi dan membiarkannya saja karena ku pikir wanita memang suka bersolek. Tapi sekarang aku sadar di balik penampilannya itu dia tidak beda dengan para jalang yang sering ku temui di tempat club malam. Bahkan syiena saja yang mantan seorang model tidak memoles wajahnya setebal itu. Natural tapi terkesan cantik dan manis

"Apa aku baru saja memujinya tadi?" Pikirku dalam hati

Entah sejak kapan wanita jalang ini sudah bergelayut manja di lenganku.
"Leo, kumohon dengarkan penjelasanku" rajuknya bak anak kecil yang minta di belikan es krim kepada ayahnya. See dia sekarang terlihat seperti anak kecil bukan audy yang mempertontonkan adegan dewasanya saat seperti krmarin padaku. Cih, aku benci dengan sikap kekanak-kanakkannya, padahal usianya sudah tidak pantas lagi bersikap seperti ini

"Tidak perlu di jelaskan, semuanya sudah jelas" jawabku tegas dan menepis lengannya yang merangkul lenganku. Aku berdiri meninggalkannya yang masih duduk di sofa

"Syienaaa" suaraku sangat nyaring terdengar melengking seantero rumah berlantai tiga ini. Aku menunggunya duduk di antara tangga-tangga penghujung menuju lantai dua

Tidak ada tanda-tanda sahutan darinya, aku kembali berteriak memanggil namanya
"Syiieennaa!!" Kali ini suaraku lebih keras dari yang pertama. Sangat terdengar seperti orang marah, ya! Memang aku sedang marah kenapa syiena tidak memberi tahuku jika ada audy datang ke rumahku

Syiena menghampiriku dengan terpogoh-pogoh. Satu tangannya memegangi cupcake yang masih utuh, dan yang satunya lagi menyuapkan cupcake itu ke mulutnya. Dia menghampiriku tanpa memiliki niat untuk berhenti sejenak menyuapkan cupcakenya sampai sisa-sisa krim kue itu berantakan di sudut bibirnya. Ugh kenapa semua wanita dewasa selalu bersikap kekanak-kanakkan jika di hadapan pria?

"Ada apa?" Tanyanya tanpa memperdulikan aku yang sedang memperhatikannya. Perasaan marah yang tadi sempat berapi-api sekarang sudah mereda. Seakan-akan hatiku di siram air oleh seseorang

Ku dekatkan wajahku ke arahnya yang masih belum sempat menyadariku karena asyik memakan cupcake. Hmm aku penasaran dengan rasanya.

Cup

Ku lumat bibirnya dan mengecap sisa-sisa krim kue tadi. Tubuh syiena menegang dan bergetar saat aku menyapu bibirnya dengan bibirku. Apakah ini ciuman pertamanya?

"Hmm stroberi" gumamku di sela-sela ciuman itu, dia masih diam membeku tidak ada rontaan atau apapun dari dia. Biasanya gadis ini selalu membangkang atas apapun yang aku lakukan padanya

Over TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang