Twenty One

456 42 4
                                    

Selama pelajaran berlangsung aku tidak bisa berkonsentrasi lantaran memikirkan Zayn yang terlihat aneh tadi malam.

"Hey ! Cechil ! Aku bicara denganmu !" ucap Catherin yang sukses membuatku kaget.

"Mm.. maaf kau bicara apa tadi ?" Tanyaku dengan merasa tidak enak.

Catherin memutar matanya sebal.
"Pasti kau memikirkan Zayn lagi ya ? Kan sudah kubilang kemarin-"

"Tidak Cath, bukan itu"

"Lalu apa ?"

"Tadi malam ia pulang jam 8 malam lewat dalam keadaan mabuk" ucapku memberitahunya.

"WHATT ?!" ucap Catherin yang hampir seperti berteriak.

"Kau heran kan ? Apalagi Aku" ucapku seraya mengetuk-ngetukan bolpoinku.

"Jadi kemarin itu ia baru pulang jam 8 malam lewat ?!" tanya Catherin yang masih tidak percaya.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban iya.

"Mengapa bisa ?" tanyanya yang sambil mengerutkan keningnya.

Aku menggedikkan bahu tidak mengerti.
"Ia mabuk, ia bicara melantur Cath"
"Yang jelas hanya ia menggumamkan kata maaf berkali-kali hingga ia tertidur tapi aku tidak tahu apa maksudnya"

"Jangan-jangan omonganmu yang kemarin itu benar" Catherin mencoba berfikir dan mendaratkan telunjuknya ke dagunya.

***

Hari ini sekolah terasa sangat lama dan panjang. Entah kenapa aku tidak bersemangat lagi, aku lebih banyak diam dan murung saat pelajaran berlangsung.

"Thanks Cath" ucapku dan turun dari mobil Catherin.

"Semoga hubunganmu dan Zayn segera membaik Cechil" ucap Catherin menyemangatiku.
Aku tersenyum miris tidak percaya dengan kata-katanya karena aku yakin pasti akan ada sesuatu setelah kejadian tadi malam.

Aku memasuki rumah dan langsung menuju kamar, berniat untuk mengistirahatkan pikiranku.

Ceklek..
Aku membuka pintu kamar dan terkejut ketika mendapati Zayn yang tengah duduk di tepi ranjang menungguku.

"Apa yang kau lakukan disini ?" tanyaku seraya menutup pintu dan meletakkan tasku.

"Aku ingin bicara denganmu" ucap Zayn dengan nada yang serius.
Aku menghembuskan nafasku mencoba mempersiapkan mental dan menghampirinya.

"Aku.." ucapnya menggantung dan aku masih diam menunggu ia melanjutkan ucapannya.

"Aku mau.." ucapnya yang terlihat gugup dan ketakutan.

"Aku mau minta maaf"

Aku memalingkan wajahku dan memainkan jari-jari ku.
"Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar Zayn, sedari tadi malam kau mengucapkan kalimat itu terus" ucapku dengan kesal.

"Aku hanya ingin kau jujur dan terbuka padaku tidak perlu ada yang kau tutup-tutupi"

Hening. Tidak ada satupun diantara kami yang berbicara, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

"Apakah kau tidak percaya denganku Zayn ?"

Zayn menolehkan kepalanya kearahku. Tangannya memegang daguku dan mendongakkan kepalaku agar menatap wajahnya.

Ia mengusap pipiku dengan lembut.
"Aku hanya takut kehilanganmu Cechil"
"Aku terpaksa berbohong padamu karena aku tidak ingin hatimu terluka"
Aku terdiam menatap matanya, aku tidak menemukan kebohongan disana.

Zayn memegang tanganku erat.
"Jadi, kemarin sepulang dari camping aku bertemu dengan Gigi, ia mengirimiku pesan bahwa ia ingin bertemu denganku ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan katanya"
"Aku berpikiran bahwa apa salahnya jika bertemu dengan teman lama karena aku bukan tipe orang yang sombong jadi aku menerima tawarannya. Tapi, aku ingat aku sudah memilikimu jadi, aku tidak bermaksud apa-apa selain hanya bertemu, aku tidak membolehkanmu untuk ikut karena aku takut akan melukai hatimu, aku tidak ingin kau menangis aku merasa sangat berdosa jika melihatmu menangis"

Crazy Brother (One Direction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang