Kau nadir,
Durimu tajam menghunus pori-pori, sakitku sampai ulu hati.
Benar benar angkuhmu tak dapat sekalipun menjura.
Seketika kelakar tawamu mengubah prasangkaku.
Tapi pongah hatimu tak dapat tertutupi.
Apakah serakahmu telah membumi batu? Jelaga sunyi matamu tak gambarkan murka.
Juga tak mengejawantahkan harapan dengan isyarat tanpa jawab.