Down?

910 186 89
                                    


       Huh, ada apa dengan aku ini?. Seketika tubuhku tak bisa aku kendalikan. Aku tak sanggup untuk berdiri. Seakan tubuhku menjadi lemas tak berdaya. Seketika setetes demi setetes air mataku jatuh mengalir membasahi kedua pipiku. Entah kata-kata apa yang aku baca, membuatku menjatuhkan air mata ini hanya dalam hitungan detik. Aku merasakan ada panah yang menancap dihatiku. Sakit rasanya.

      Aku membaca sebuah pesan kiriman dari seseorang yang aku sayangi. Di dalam pesan itu tertulis sebuah kata yang membuat dunia impianku runtuh seketika. Seakan akan bunga yang tadi mekar indah, menjadi kering dan layu begitu saja. Dan aku yang tadinya melambung tinggi jauh di langit ke tujuh seakan-akan terhempas kencang dari langit itu dan terjatuh diatas bebatuan yang tajam tepat di hatiku. Sesak sekali dadaku membaca kata-kata puitis yang ia kirimkan untukku.

     Aku menangis tersedu-sedu, sampai sekali-kali aku menangis hingga sesenggukan. Entah apa yang ada dipikiranku hingga aku tak bisa berucap sepatah katapun. Aku terdiam, dengan tetesan air mata yang mengalir dan memeluk boneka kesayanganku. Dia adalah boneka pemberian seseorang yang aku sayangi. Semalaman suntuk aku tidak bisa berhenti menangis, hanya karena sebuah kata-kata perpisahan singkat yang ia kirimkan padaku.

      Aku tak tau harus apa. Bahkan aku merasa canggung untuk membalas pesannya. Aku tertidur lelap, dengan keadaan menangis dan bantal yang basah. Bulan yang indah dengan bintang-bintang yang bersinar menemaniku menangis malam ini.

      Hingga matahari menampakkan sinarnya, air mataku masih saja terus mengalir. Meski tak sederas malam kemarin, tapi membuat mataku menjadi merah dan sembab. Bahkan wajahku pucat seperti orang yang sedang sakit. Ya, aku sakit hati. Aku sangat bodoh sekali. Kenapa aku menangis terlalu berlebihan padahal hari ini aku harus sekolah.

      Dengan semangat yang rendah aku mengangkat kakiku untuk melakukan rutinitasku pagi ini. Bahkan aku berfikaran untuk absen hari ini. Dengan sisa tenaga kemarin malam, aku membopong diriku sendiri menjauh dari pulau kapuk yang nyaman itu.

   Entah apa yang ada di benakku ini seakan-akan tak berhenti mengingat pesan itu kemarin. Sangat mengharukan dan membuat mataku meneteskan air mata lagi. Aku tak sanggup menahannya. Dengan sangat entengnya aku membiarkan air mata itu mengalir terus membasahi pipiku.

      Aku terasa seperti orang yang sedang tersesat di dalam sebuah belenggu kegelapan yang luar biasa tak terlihat. Saat aku bercermin dan melihat diriku sendiri, aku merasa sedih sendiri. Tampilanku sungguh memalukan, berantakan dengan seragam yang tidak tertata rapi, wajah yang memancarkan sinar kesuraman, dan hijab yang tidak beraturan sama sekali.

      Sungguh hari ini akan menjadi hari yang kumal bagiku. Bagaimana tidak, rasa semangatku semakin pudar ketika aku memasuki gerbang sekolah. Seakan-akan berat sekali kakiku untuk aku langkahkan. Dalam benakku aku hanya memikirkan ingin segera cepat pulang.

      Tak disangka ternyata kelasku sudah terisi oleh murid-murid penghuni 9-2. Aku merasa malu dengan penampilanku hari ini. Aku menutupi kesedihanku dengan senyuman manis dihadapan teman-temanku. Saat aku baru saja duduk, sohib ku menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan diriku dan menatap wajahku dengan sangat detail
"Kamu nangis ay?" Tanya Kaira.

   Aku hanya terdiam saja mendapati pertanyaan itu. Pasti kalian bertanya-tanya siapa aku ini. Maaf sebelumnya belum mengenalkan diri. Namaku Audreyna Kaerin Adfil alias Audrey. Teman-teman sering memanggilku dengan sebutan ay. Karena mereka sering salah menyebutnya jadi aku putuskan supaya memanggil aku ay.

      Aku punya 3 sahabat yang luar biasa gilanya. Hanya mereka bertiga sangat membuatku bahagia. Tapi kelas kami terpisah saat naik kelas 9. Aku dan kaira ada di 9-2 sedangkan Salma dan Berlyn ada di 9-1. Sebenarnya kelas kita tak begitu terpisah jauh tapi tidak asyik jika kita terpisah. Tak apa, sebenarnya aku juga tidak terlalu mempermasalahkan, yang terpenting kita berempat masih bisa kumpul bareng.

     Kali ini aku merahasiakan semua kejadian kemarin malam. Aku masih belum bisa membeberkan kejadian itu, padahal mereka semua sahabatku. Pelajaran demi pelajaran kulalui dengan keluhan. Sampai pada waktu istirahat aku sangat bersujud syukur karena pelajarannya memang membosankan. Aku ke kantin bersama Kaira membeli sebuah minuman dan snack untuk nanti dijadikan cemilan saat pelajaran. Sebenarnya aku bukan seorang murid yang terlalu teladan. Hehe, tapi juga bukan berandalan sekolah.

     Tiba-tiba, ada sesorang yang memanggilku. Kehadiran seseorang itu membuatku tercengang. Dia memanggilku dan memberitahu sesuatu hal padaku. Aku mengikutinya dengan hati yang resah bercampur senang dan canggung. Di belakang kelas 9-3, seseorang telah menunggu disana.

   Ketampanannya membuat hatiku luluh seketika. Dia adalah seseorang yang mengirimkan pesan perpisahan kemarin. Kelvin namanya. Hatiku merasakan damai saat di dekatnya, tapi aku tak bisa bohong kalau aku tak sanggup menahan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk mataku. Dengan kuat hati aku berbicara dengannya. Meskipun lirih tapi masih bisa terdengar.

      Tapi waktu tak bersahabat dengan kami. Jam istirahat sudah selesai dan pembicaraan kami terputus begitu saja. Aku merasa sedih sekali dan meninggalkan dia kembali ke kelas terlebih dahulu. Dia masih berdiri disana dan menatapku dengan sedih, melihat aku yang menangis dihadapannya karena ucapan dia sendiri.

      Aku semakin sadar bahwa harusnya aku tidak seperti ini. Aku tidak boleh menangis. Aku harus tegar menghadapi semuanya. Meskipun aku menangis darah pun masalah tidak akan pernah terselesaikan. Aku mengahampiri teman-temanku yang asyik ngerumpi sambil tidur-tiduran di karpet. Dengan cepat aku menghapus air mataku dan berbaur dengan mereka. Meskipun aku tidak berbicara sepatah katapun aku tetap mendengar apa yang di bicarakan teman-temanku. Sampai akhirnya aku memberanikan berbicara.

      Di dalam kumpulan itu hanya ada aku, Kaira, Frida, Andra, dan Selfira. Mereka classmateku yang bisa di percaya. Aku membuka mulutku dan mulai bercerita sepatah demi sepatah kata. Mereka merasa iba terhadapku mendengar cerita miris yang telah ter jadi padaku. Tadinya aku yang hampir menangis dibuat tertawa riang dengan tetesan air mata kebahagian oleh teman. Aku senang punya teman pengertian seperti mereka.

      Sampai tak tersadar ternyata bel pulang sekolah berbunyi. Aku mengemasi buku-buku yang ada di atas meja dan langsung berlari meninggalkan kelas. Saat aku berada di tempat parkiran ternyata Kelvin nggak ada disana. Entah dia sudah pulang duluan atau aku yang terlalu cepat. Tanpa basa basi aku langsung menghidupkan mesin motor dan pulang menyusuri jalanan yang diramaikan anak-anak yang segera ingin pulang kerumah.

       Tampak dari gerbang ternyata Kelvin baru keluar dari sekolah dan aku malu untuk bertemu dengannya. "Dengan jalanan yang ramai seperti ini pasti dia tidak akan melihatku", Pikirku. Aku hanya menatap lurus kedepan tanpa melihat kanan kiri. Untung saja, aku sudah lolos dari sekolahan dan langsung pulang kerumah.

      Apa lagi ini? Rasa kehilangan ini kembali lagi saat aku merebahkan tubuhku di pulau kapuk. Aku membuka hp dan menscroll RU melihat apa ada sesuatu yang baru. Hasilnya nihil, mebosankan sekali. Aku membuang jauh-jauh hp yang aku pegang dan melepaskan semua amarahku.

      Apa ini yang dinamakan sakit hati? Sampai-sampai dunia yang dulunya indah menjadi suram seketika seperti malam tanpa ada cahaya sinar bulan dan kerlipan bintang. Terasa dingin, hampa, dan gelap. Tak satupun cahaya yang terlintas kecuali sebuah pancaran kecil  hati seseorang yang mulai meredup karena terlukai oleh cinta. Dan mulutpun tak bisa memulai untuk berbicara dan akupun tak sanggup menahan semuanya.
     
     Aku ingin benar-benar pergi, tapi rasa sayang ini tidak bisa hilang begitu saja bahkan sulit untuk dilupakan. Semakin aku ingin melupakannya, semakin aku sulit membuang jauh-jauh kenangan itu. Semakin aku mengingatnya semakin sakit hati yang aku rasa mengingat semua hal yang indah antara aku dan Kelvin di masa lalu.

     Aku benci terlalu mencintainya, aku benci akan semua hal yang aku lakukan bersamanya di saat-saat seperti ini. Aku mencoba untuk merelakan semua walau aku harus merasakan sakit hati yang luar biasa.

My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang