Audrey POVAku sudah tau semuanya. Dari awal aku sempat mengurungkan niatku untuk lebih kenal Geka. Lagi-lagi aku di kecewakan. Bahkan itupun harus terjerat dengan teman.
Aku sungguh sangat tidak mengerti. Saat aku yang sedang dilanda kesedihan seperti ini, aku di terpa kekecewaan lagi. Disaat aku sedang merasakan dikecewakan.
Aku tersenyum pahit mendapati kejadian seperti ini. Ini bukan yang pertama atau kedua kalinya. Ini merupakan yang kesekian kalinya. Aku seperti dipermainkan.
2 Minggu yang lalu aku mendapat kabar buruk. Geka kecelakaan saat pulang sekolah dimana saat itu sedang turun hujan yang sangat deras. Dan saat hari itu dia memberikan jaketnya kepadaku tepat saat kami bertemu di gerbang sekolah. Lebih tepatnya dia menghampiriku.
Apa ini yang di sebut dengan karma?. Setelah aku mendapat kabar bahwa dia telah sadar dari komanya. Aku mengajak teman-teman juga Bagas menjenguknya di rumah sakit. Awalnya aku sangat malu karena Bagas mengejekku.
Aku memang tak ada niat sebelumnya. Tapi aku merasa kasihan kepadanya. Ini baru pertama kalinya aku menjenguk seseorang di rumah sakit. Sebelumnya aku bingung memilih untuk memberinya buah atau bunga.
Katanya jika memberikan bunga itu terkesan lebih lembut. Jadi aku membeli satu bucket bunga. Untung saja Bagas membawa parsel buah untuk diberikan ke Geka.
Sesampai di rumah sakit. Aku dan yang lainnya hanya mengekor pada Bagas karena hanya dia yang setiap hari menjenguk Geka. Sahabat yang bisa diandalkan.
Jantungku berdegup kencang seketika saat salah satu pintu di tunjuk oleh Bagas yang menandakan itu adalah pintu kamar Geka dirawat. Knop pintu kamar Geka diputar oleh Bagas memberikan suara tanda ada orang yang masuk. Bau semerbak aroma rumah sakit tercium seketika.
Aku berjalan tepat di belakang Bagas dan langsung menaruh bucket bunga yang kubawa tadi diatas meja yang dekat dengan nakas tempat tidurnya Geka. Aku hanya menaruhnya tanpa menghampiri Geka. Apa aku terlihat jahat?
Aku menahan semuanya saat aku sudah memasuki ruang inapnya. Air mataku sudah mengumpul di kedua pelupuk mata kecil ini. Aku tak sanggup menahannya dan akhirnya aku memilih memalingkan wajahku tanpa melihatnya.
Aku mengusap kedua air mataku dengan kasar tanpa di ketahui siapapun. Aku lebih memilih diam saat disana. Setelah beberapa menit terlewat akhirnya aku memilih mengajak yang lain pulang. Tetapi Bagas dan Mico tetap tinggal sedikit lebih lama untuk menemani Geka.
Saat di perjalanan aku memilih berpisah dengan yang lain dan memutar arah. Aku ingin menyendiri. Aku pergi ke rumah pohon. Merenung dan mengeluarkan semua amarahku. Aku menangis tanpa henti. Mengapa aku selalu di sakiti dan di permainkan.
Hingga matahari menenggelamkan sinarnya aku masih saja menangis di rumah pohon. Aku tidak tau bahwa Kak Raka sudah mencariku sejak tadi. Aku menaruh ponselku jauh dari tempat aku menangis. Aku tidak meyangka sekarang aku menjadi buronan Kak Raka. Dia mengirimkan pesan dan Misscall berkali-kali. Aku tidak tau sama sekali karena aku hanya sibuk dengan air mataku.
Dia mencariku kemana-mana sampai menelpon semua teman-temanku. Sampai akhirnya dia menemukanku di rumah pohon ini.
Dia melihat aku yang menenggelamkan wajahku di sedekapan tangan yang terlihat dari bawah pohon. Kak Raka naik ke atas pohon, lalu menghampiriku dan memelukku dengan lembut. Dia lebih memilih untuk diam sejenak dan mengelus rambutku dengan lembut.
Tetapi tangisanku semakin pecah saat Kak Raka memeluk dan mengusap lembut rambutku. Hanya Kak Raka yang peduli padaku. Hanya dia laki-laki yang sayang padaku setelah Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way
Teen Fiction"Terkadang ada saatnya dimana seseorang memiliki titik jenuh. Untuk bisa membiasakannya pun butuh hati yang kuat. Dan aku selalu menganggap dia memang terbaik untukku. Untuk saat ini aku yang terlalu berharap atau kamu yang terus memberikan harapan...