Kelvin

157 18 5
                                    

Sstt.. Sstt...

Ssstt... Sstt...

'Siapa sih? Norak banget' pekikku dalam hati.

"Ay, nengok dong"

'Yaelah, ternyata si Kelvin' batinku.

"Kok diem aja sih, yuk pulang" ajak Kelvin sambil menggandeng tanganku dan berjalan menjauh dari sekolah.

"Diem aja, kenapa sih? Ada masalah ya? Ceritain dong jangan diem aja"

"Lo mau jalan-jalan dulu nggak?" Tanya Kelvin.

Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan ajakan Kelvin.

"Emangnya kemana?" Tanyaku penasaran.

"Udah yuk, jangan kepo. Kalau nggak gitu nggak mau ngomong" ucap Kelvin sambil menentengku dengan tangan yang masih menggandengku menerobos yang lainnya.

"Hm" ucapku singkat.

Sekarang aku sudah berada di belakang Kelvin menjaga jarak supaya tidak jadi perbincangan yang nantinya langsung viral di penjuru sekolah.

"Nggak usah jaga jarak kali Ay, maju dikit napa?"

"Nggak mau"

"Berat banget sih lo, makin gendutan aja" kekeh Kelvin. Aku pun tak segan menamparnya dengan buku yang ada di pelukanku.

"Mulut lo mau gue isolasi?"

Kelvin malah menjulurkan lidahnya dan tanpa memperpanjang perkelahian Kelvin langsung menancap gas dan keluar area parkiran.

Beberapa menit berlalu tidak ada perbincangan diantara kami berdua. Sampai akhirnya aku hanya terdiam dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku.

Lama sekali aku tidak merasakan hal seperti ini. Seperti sudah bertahun-tahun aku tidak merasakannya.

Aku yang tengah asyik memejamkan mata sambil merasakan angin hanya dilirik oleh Kelvin dari kaca spion motor sambil tersenyum melihatku tersenyum senang.

"Gue kangen Ay"

"Hah, apa?" Tanyaku karena sedikit tidak mendengar apa yang diucapkan Kelvin.

"Pemandangannya bagus kan?" Tanyanya.

"Iya, kok lo tau sih tempat kayak gini" jawabku sambil tersenyum karena sebenarnya aku tadi mendengar ucapannya. Mungkin dia malu karena sepertinya dia sungkan untuk mengungkap perasaannya sekarang.

"Kelvin...." Ucapnya membagakan diri.

"Songong banget sih lu" umpatku sambil menepuk pelan pundaknya.

"Emang kenyataan kan?"

"Iya, iya bawel"

Kini hanya diam lagi yang menemani. 'Kalau kayak gini jadi gagal move on deh' ucapku dalam hati.

"Nggak usah bergeming dalam hati, gue tau kok apa yang lo pikirin. Lo nggak bisa move on kan?" Ucapnya dengan santai yang mendapat acungan jempol sekaligus membuatku seratus persen kaget bukan main.

"Sok tau" jawabku menutupi malu agar tidak terlihat.

"Lo nggak jago dalam bohong Ay" ucapnya.

"Kok udah sampe rumah?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Udah sore, lagian ntar gue kena tabokan kakak lu" kekeh kelvin.

"Siapa peduli"

Aku langsung melengos meninggalkan Kelvin di depan gerbang. Sampai di depan pintu aku berhenti sejenak sambil melirik Kelvin yang belum beranjak dari tempatnya.

"Ay" teriak Kelvin.

Aku hanya membalikkan badan dan menatapnya datar.

"Ntar malem dinner yuk, gue yang jemput pokoknya" ucap Kelvin seraya menancap gas dan langsung pergi.

Aku langsung berlari dan membuka gerbang melihat Kelvin sudah menjauh dari rumah. Dan aku tersenyum lebar mendengar ucapan Kelvin tadi.

Sambil menutup gerbang lagi aku berjalan menaiki tangga sambil tersenyum riang. Sesampai di depan tangga aku langsung mengambik langkah sedikit berlari dan masuk ke kamar mempersiapkan untuk nanti malam.

Sambil memilih baju yang ada di lemari aku merasa bingung harus pakai baju apa.
"Ay" teriak Kak Raka dari ruang tamu.

"Woi" teriak Kak Raka lagi tetapi mendekat di depan pintu kamar.

"Dipanggilin dari tadi nggak jawab, sibuk apaan sih?" Tanya Kak Raka sambil melipat tangan di depan dada.

"Kak, bagus baju yang ini atau yang ini?" Tanyaku kepada Kak Raka sambil menunjukkan beberapa dress dan kaos.

"Emangnya lo mau kemana?"

"Nggak tau, Kelvin ngajak dinner" ucapku sumringah.

"Seneng banget lo, nggak tau, gue bukan cewek" jawab Kak Raka sambil melengos pergi meninggalkanku.

"Isshh, Kak Raka"

***

'Sekarang sudah jam 7 malam. Kenapa Kelvin belum datang?' Gumamku dalam hati.

Aku menunggunya sambil mondar-mandir di balkon kamar atas. Belum ada tanda-tanda kehadiran dari Kelvin. Aku menopang daguku dengan kedua tangan diatas pagar besi, seraya melihat terus jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku.

Aku juga mencoba menelfonnya beberapa kali dan mengirim beberapa pesan. Bbmnya juga D trus. Aku hampir jenuh menunggunya selama satu jam.

Jam 9 pun sudah berlalu. "Kemana sih Kelvin kok nggak datang-datang?" Gumamku.

Karena mengingat besok minggu jadi aku masih belum mengantuk. Aku kembali ke kamarku sendiri dan duduk di atas ranjang.

'Maksud Kelvin itu apa membuatku menunggu?' Ucapku dalam hati. Aku pun mulau membaringkan tubuhku diatas ranjang. Sayup-sayup mataku mulai tertutup dan tidak ada lagi cahaya selain kegelapan.

*
*
*

Sorry kalau Part ini terlalu pendek, akan di perbaiki di part selanjutnya...
Jangan lupa Vommentnya:v
Keep reading this story

My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang