Hari ini aku ingin menyendiri. Tidak ingin berbicara dengan siapapun, bahkan dengan teman-temanku. Setiap kali ada yang mengajakku berbicara, aku hanya terdiam atau memberikan senyuman manis saja. Entah apa yang membuatku menjadi malas berbicara hari ini. Aku hanya ingin diam saja untuk beberapa saat.Aku berjalan, menyusuri koridor sekolah. Berharap ada sesuatu yang bisa menghiburku. Tapi ternyata tidak ada. Kakiku melangkah, mengajakku berjalan menuju lapangan basket. Ternyata disana malah sepi. Tapi aku senang, jadi aku bisa melakukan semua hal sepuasnya disana. Tapi aku memilih untuk duduk di salah satu bangku dekat lapangan basket. Sambil merogoh saku untuk mencari ponsel, aku melihat-lihat keadaan di lapangan basket apakah benar-benar aman untuk bersantai-santai disana.
Aku menutup telingaku dengan headset, mencoba membuat keadaan supaya tidak menjadi bosan. Ku putar lagu kesukaanku yang tertera di playlist JOOX. Tak ku kira, segerombolan anak-anak yang sedang olahraga tiba-tiba datang memasuki lapangan basket.
Aku tidak merasakan adanya kehadiran mereka karena aku hanya fokus pada ponselku saja. Saat bola basket yang mereka mainkan mengenai kepalaku, aku tersadar dan sontak aku menjerit kesakitan karena lemparan yang cukup keras. Ada rasa sedikit malu karena aku hanya sendirian disana. Tapi dengan rasa percaya diriku aku langsung membelalakkan mataku dan menyorot seisi penuh lapangan.
"Siapa tadi yang ngelempar? Sakit tau!!", Teriakku dari bangku yang ku duduki. Mereka semua hanya menertawakanku dan tidak ada yang mau minta maaf kepadaku. Sampai akhirnya aku mengenal salah satu diantara mereka.
"Kelvin?" teriakku dalam hati.
Aku berjalan ke tengah lapangan, meskipun sedikit sempoyongan karena lemparan tadi aku mencoba menyadarkan diriku sendiri supaya tidak terjatuh,apalagi kalau sampai pingsan.
Dengan lemparan yang sedikit kasar aku mengembalikan bola basket itu ke tengah lapangan. Aku meninggalkan lapangan basket dengan pikiran yang sangat tidak karuan. Tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang. Refleks, aku langsung membalikkan badan dan melihat siapa yang menarik tanganku. Ternyata Kelvin yang menarik tanganku.
"Maafin teman-temanku tadi", bilangnya dengan lembut kepadaku."Huh? Apa? Dia memintakan maaf kesalahan teman-temannya kepadaku? Bodoh amat", Cetusku dalam hati. Aku hanya terdiam tak memberikan jawaban. Sampai aku tersadar bahwa tanganku masih digenggam olehnya. Ku kibaskan tanganku dengan sedikit kencang agar terlepas dari genggamannya. Tapi ternyata Kelvin semakin erat menggenggam tanganku. "Sakit tau! Lepasin!", Teriakku dengan mencoba melepaskan genggamannya. Dengan berat hati Kelvin melepaskan tanganku dan menatapku dengan lembut.
Aku tidak melihat tatapannya. Kupalingkan wajahku ke arah sudut lapangan basket tempat dimana ada anak-anak lain yang sedang olahraga. Aku tau tatapannya yang lembut itu membuat aku menjadi luluh dihadapannya. "Ngapain lihat aku kayak gitu? Ada yang salah?", Ucapku dengan ketus dihadapannya. Kelvin hanya tersenyum manis kepadaku. "Nanti jam 2 ketemu di tempat biasa!" Jawabnya singkat.
Tanpa mendengar jawabanku dia berlari meninggalkanku menuju tengah lapangan dan bermain basket lagi bersama teman-temannya. Akupun membalikkan badanku dan berjalan menjauh dari lapangan basket.
Otakku berfikir keras, mencoba mencerna kalimat yang dia katakan tadi. Apa yang dia mau sampai mengajakku ketempat biasa kita bertemu. Aku sedikit mengelak ajakan itu, tapi aku penasaran dengan apa yang akan dia katakan nanti.
Aku melangkahkan kakiku menuju kantin untuk mencari teman-temanku. Karena ini jam istirahat maka aku tidak langsung ke kelas, karena aku tau pasti mereka sudah mangkal ditempat biasa.
Sudah kuduga ternyata mereka di kantin tempat biasa ngumpul. "Habis dari mana?" Tanya Kaira yang sempat bingung mencariku tadi karena aku meninggalkan jam pelajaran di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way
Teen Fiction"Terkadang ada saatnya dimana seseorang memiliki titik jenuh. Untuk bisa membiasakannya pun butuh hati yang kuat. Dan aku selalu menganggap dia memang terbaik untukku. Untuk saat ini aku yang terlalu berharap atau kamu yang terus memberikan harapan...