Hari ini aku berangkat sendirian tanpa ditemani Kaira. Dia bilang aku disuruh berangkat sendiri, jadi aku berangkat sedikit lebih siang.Saat aku memasuki ruang kelas teman-teman sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing. Hari ini jam pertama matematika. Ugh, membosankan. Meskipun ini jam pertama tapi aku merasa ngantuk. Sayup-sayup mataku terpejam. Dan akhirnya yang terlihat hanya kegelapan.
'Audrey... Audreyna... Bangun!!!!'
Ada sebuah teriakan yang memanggil namaku di dalam mimpi. Telingaku terasa terisuk dan itu membuatku terbangun dari hibernasi pagiku. Ternyata itu adalah teriakan bu Erna. Aku disuruh maju ke depan dan menjelaskan semunya yang telah dijelaskan bu Erna tadi.Sebenarnya aku sudah tau materi itu, tapi aku lupa. Akhirnya aku disuruh keluar dan tidak boleh masuk sampai jam pelajaran matematika selesai. Padahal pelajaran matematika berlangsung 3 jam sampai bel istirahat berbunyi.
Aku sangat bosan di depan kelas sendirian. Pada saat yang tak seharusnya terjadi, sekumpulan anak kelas 9-3 selesai olahraga. Aku tersentak kaget melihat Geka dan Bagas berangkulan dan keduanya menatapku. Aku tersipu malu dan langsung berlari.
Tanpa menghiraukan ancaman bu Erna, aku meninggalkan tempatku dihukum dan menuju ke taman. Sempat melirik ke belakang sampai akhirnya aku terjatuh dan kesleo.
Aku merasakan kesakitan dan mencoba berjalan meskipun sedikit pincang. Aku mencari tempat duduk yang terdekat supaya bisa cepat mengistirahatkan kakiku.
"Duh sakit banget, pake jatuh segala tadi" gumamku pelan dengan sedikit mengurut kakiku yang terkilir tadi.
Seorang yang tak diundang tiba-tiba datang dan mengagetkan aku sampai aku terjatuh dari kursi. Tanganku sedikit tergores kursi dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.
"Apa-apaan sih lo Ka, bikin gue kaget ngerti nggak. Gara-gara lo tangan gue jadi berdarah"
Wajah Geka sedikit pucat melihat tanganku yang berdarah karena ulahnya tadi. Pasalnya Geka sedikit phobia dengan darah.
"Tangan lo berdarah Ay! Maafin gue ya Ay, gue nggak sengaja, beneran deh"
Oceh Geka yang membuatku pusing karena ocehan mautnya."Udahlah Geka diam napa, sakit nih, bikin kepala jadi pusing aja"
Geka berlari meninggalkanku tanpa meminta maaf ataupun berbuat sesuatu.
"Jahat banget sih Geka, gue ditinggalin sendirian disini, nggak mau tanggung jawab lagi" gumamku pelan sambil memegang tanganku yang terkena darah.
Geka POV
"Yuk Gas, ke kelas" ucapku pada Bagas seraya membantunya berdiri dari posisi duduknya. Kakinya terluka saat berlari mengejar bola ketika bermain sepak bola tadi.
Ku tuntun Bagas dengan ikut-ikutan sedikit pincang yang membuat gelak tawa di antara kami berdua. Sampai akhirnya kami berdua hampir sampai di depan kelas.
Aku melihat sosok perempuan yang sangat ku kenali wajahnya. 'Audreyna'.
"Eh Ka! Itu Audrey kan, ngapain dia di luar kelas, ini kan jam pelajaran?" tanya Bagas yang membuat lamunanku buyar seketika dan memalingkan wajahku ke Bagas.
"Eh iya ya, tuh cewek ngapain di sana?"
"Lagi cari angin paling, cepet bantuin gue, makin sakit nih"Langkahku dan Bagas berhenti seketika di depan pintu. Kami berdua dengan serempak bersamaan melihat Audrey yang sedang melamun sendirian di depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way
Teen Fiction"Terkadang ada saatnya dimana seseorang memiliki titik jenuh. Untuk bisa membiasakannya pun butuh hati yang kuat. Dan aku selalu menganggap dia memang terbaik untukku. Untuk saat ini aku yang terlalu berharap atau kamu yang terus memberikan harapan...