Terik matahari siang yang panas dan menyengat di kulit, berubah menjadi mendung dan menitikkan air hujan.
Hari ini aku tidak pulang seperti biasa karena ada jadwal Fullday di hari Selasa dan Rabu setiap minggunya.
Bel pulang berbunyi, menandakan jam pelajaran hari ini selesai. Tetapi hujan juga belum berhenti, malah semakin deras.
"Gas, gue duluan ya"
"Hujan deres kayak gini lo mau nekad? Kesambar petir tau rasa lo"
Aku terkekeh akan ucapan Bagas."Udahlah diam aja lo"
Aku keluar kelas dengan menggendong tas dipundakku dan jaket yang aku sampirkan di pundak kanan. Aku melihat ke arah kelas 9-2. Sepertinya murid telah berkurang banyak karena nekad menerobos hujan atau hanya sekedar bermain air. Aku sama sekali tidak melihat Audrey disana.
"Dimana ya dia?" ucapku dalam hati.
Tanpa menunggu lama-lama aku berlari menerjang hujan ke arah parkiran melewati lobi sekolah. Aku berhenti sejenak dan memakai jaketku supaya tidak terlalu kena hujan.
Aku melihat ada seseorang di gerbang sekolah. Aku melihat Audrey berdiri sendirian disana. Aku berlari dengan kencang dan mengahampirinya.
"Ay!"
"Eh, Geka, kenapa lo kesini?"
"Berteduhlah, lo sendiri ngapain disini?"
"Nunggu Kaira"
"Gimana kaki lo? Udah sembuh?"
"Udah mendingan kok"
Percakapan diantara kami berhenti seketika. Kulihat dia dengan tatapan yang sedikit malang. Aku ingin mengelus halus kepalanya. Tapi kuurungkan niatku. Kulihat pakaiannya basah mulai dari jilbabnya sampai sepatunya basah terguyur hujan.
"Baju lo basah semua"
"Iya, nggak apa-apa kok"
Aku melepas jaketku dan memberikannya kepada Audrey. Sepertinya dia sangat kedinginan dengan pakaian seperti itu.
"Nih pakai, gue duluan ya". Ku sampirkan jaketku ke pundak Audrey dan meninggalkannya.
"Eh, seragam lo juga basah"
Aku berlari menerjang hujan, meninggalkan Audrey sendirian di gerbang. Aku sama sekali tidak mendengar Audrey berteriak. Suaranya tidak jelas karena hujan yang deras menghanyutkan suaranya.
Tubuhku basah kuyup terkena hujan. Aku melihat Kaira di parkiran. Dia sangat lama sekali tadi. Ternyata dia takut basah dan lebih memilih untuk berhenti sejenak setelah hujan sedikit mereda.
"Lo ditungguin Audrey" ucapku ke Kaira dengan cuek seraya menghampiri motorku.
"Iya gue tau, gue juga mau kesana"
Aku duduk diatas jok motor dan menunggu hujan sedikit reda karena rumahku dengan sekolah jaraknya sangat jauh. Aku menatap hujan dan menengadahkan tangan kananku untuk menampung tetesan hujan yang mengalir di atas genting yang akan jatuh ke tanah. Hujan, mengingatkan kenangan. Begitulah kata Audrey yang pernah dia ucapkan kepadaku.
Jantungku seakan berdegup dengan kencang. Aku mencoba berfikir untuk kesekian kalinya. Aku terlalu jahat hanya memberikan harapan yang tak pasti ke Audrey. Tapi apa mungkin dia tau kalau aku suka padanya, tapi aku tak bisa untuk mengungkapkannya.
Tanpa menunggu hujan reda aku langsung menghidupkan mesin motorku dan berjalan melewati hujan yang deras itu.
Aku tidak bisa fokus dengan jalanan karena hujan yang deras itu memburamkan mataku. Aku lupa tidak membawa helm hari ini. Sampai aku tak tau bahwa di depan ada mobil yang berhenti dan terparkir di depan rumah seseorang. Aku menabraknya dan terpental beberapa meter dari atas motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way
Teen Fiction"Terkadang ada saatnya dimana seseorang memiliki titik jenuh. Untuk bisa membiasakannya pun butuh hati yang kuat. Dan aku selalu menganggap dia memang terbaik untukku. Untuk saat ini aku yang terlalu berharap atau kamu yang terus memberikan harapan...