#1 Aku bukan...

477 28 3
                                    

"PERGI!!!"

BYUR!

Lengkap sudah penderitaanku saat ini. Apakah aku akan terus mengalami hal seperti ini seumur hidup?

Air menetesi rambut dan seluruh tubuhku. Apakah tak ada cara lain yang lebih baik untuk mengusirku?

"Lu nggak pantes ada di sini!! Lu dewa kematian!! Lu iblis!!!"

Meskipun sudah ribuan kali aku mendengar orang-orang bicara begitu padaku, semuanya tetap terdengar menyakitkan dan aku kembali terluka.

Dan apapun yang terjadi, aku tidak boleh menatap mereka. Aku tak ingin mereka menghilang, sama seperti ibu 6 tahun yang lalu.

***

Aku memeluk boneka gajahku erat di kamar. Aku tidak menangis, tentu saja. Sejak sekolah, aku sudah terbiasa mendengar hinaan dan teriakan ngeri dari orang-orang.

Di rumah, aku anak tunggal dan tinggal berdua dengan ayah. Ibu meninggal saat usiaku 10 tahun karena penyakit diabetes. Namun aku tahu, ibu meninggal bukan karena penyakit yang dideritanya, namun itu karena kemampuanku yang mengerikan.

Aku dapat membunuh makhluk hidup jika mereka kutatap selama 10 detik.

Aku baru menyadari kemampuan itu setelah beberapa korban jatuh akibat tatapanku yang... mematikan.

***

"Tunggu Ibu di sini! Jangan ke mana-mana dan menunduklah. Jangan tatap orang-orang atau apapun di sekitarmu karena mereka berbahaya!"

Usiaku saat itu 6 tahun dan aku diperintah untuk duduk di bangku taman. Ibu meninggalkan dompetnya dan harus kembali ke rumah. Aku tidak mengerti kenapa ibu tidak membawaku saja? Namun, akhirnya aku menurut dan duduk di bangku.

Aku juga tidak mengerti kenapa ibu melarangku menatap apapun? Apa aku diperintah untuk tidur selagi menunggu?

Aku melihat ke pemandangan di sekelilingku. Hijau dan asri. Sangat sejuk untuk di hirup.

Seketika aku terkejut karena rumput dan pepohonan di sekitarku semuanya mengering begitu saja. Semuanya. Aku bingung, tentu saja.

Orang-orang di sekitar taman juga terkejut sama sepertiku dan tak lama, mereka semua terjatuh.

Tiba-tiba seseorang menutup mata kiriku. Ternyata ibu.

"APA YANG IBU KATAKAN PADAMU?! JANGAN TATAP APAPUN DAN SIAPA PUN!!"

Aku menangis bukan karena terkejut. Namun karena bentakan ibu yang tidak kumengerti.

Ada apa dengan mata kiriku?

***

Begitu miris mengingat memori tersebut. Kenyataannya, aku telah membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan aku telah...

membunuh ibu.

Jika seandainya aku menolak menatap mata ibu waktu itu, ibu tidak akan mati seperti itu. Aku... tidak akan sendirian. Aku tidak akan disebut sebagai Dewa Kematian.

Berapa ribu kali pun aku memikirkan kematian ibu, air mataku tetap meleleh dan tidak bisa ditahan.

Aku rindu padamu, Ibu. Mengapa waktu bersamamu jauh lebih singkat daripada waktu perpisahan kita?

Death AngelWhere stories live. Discover now