Ana Sophie
Aku baru tahu apa profesi kedua lali-laki yang bertingkah aneh di dalam pesawat. Yah, dua pria yang mengaku sebagai polisi. Kini sudah jelas, tak lagi samar--bahwa pemuda yang baru saja berhasil memecahkan kasus pembunuhan di dalam pesawat yang bernama Edo Silalahi itu merupakan seorang detektif swasta, sedangkan pria gendut berkumis tipis itu seorang inspektur yang namanya cukup terkenal.
"Sungguh hebat," kata Pak Helmi sembari menepuk bahu detektif muda itu. "Kau sungguh anak muda yang hebat. Analisismu cerdik."
Pemuda itu menyengir tipis. "Ah, ini juga berkat kesaksian Bapak dan gadis ini." Dia melirik ke arahku.
Buset! Kenapa jantungku tiba-tiba bergetar hebat. Apa aku sedang jatuh cinta, ataukah karena perasaan lain.
"Hey, jangan melamun." Pak Helmi menepuk pundakku.
"Eh, tidak." Aku menyeringai. Pasti seringaiku sangat aneh dan terlihat seperti kuda.
"Oh, bagaimana, Edo. Apa sebaiknya kita cari penginapan dulu?" Inspektur itu bertanya ke detektif muda itu.
"Ah, boleh juga. Lagipula tubuhku sudah letih."
"Kau itu masih muda, masa baru naik pesawat saja sudah letih." Pria gemuk yang tak lain adalah Inspektur itu tertawa mengejek. Tampak dengan jelas raut wajah Detektif muda itu menahan malu.
"Oh, ya, kalian sendiri mau berlibur ke mana kalau kami boleh tau?" Inspektur bertanya.
Sebelum aku menjawab, Pak Helmi dengan cepat menjawab. "Kami berencana untuk berlibur sekaligus membuka usaha di Karimun Jawa. Ah, dengar-dengar pulau itu sangat mempesona sekali."
"Banyak ikan-ikan cantik, terumbu karang indah, laut biru jernih, pasir putih, sungguh elok memang." Inspektur tertawa pelan.
Pak Helmi juga ikut tertawa. "Ah, senang sekali rasanya kami bisa bertemu dengan kalian berdua. Pasangan yang sangat serasi sekali. Apa kalian berdua ayah dan anak?"
Detektif muda itu terbatuk-batuk kecil. Inspektur menolehnya sekejap dan berkata. "Ah, bukan. Kami hanya rekan kerja saja. Apa anda tidak tahu Sherlock Holmes dengan Watson? Nah, itulah kami. Saling melengkapi kelemahan dan kekurangan."
"Wah, hebat sekali," kata Pak Helmi semangat. "Aku juga mengidolai karakter itu."
"Tapi, aku lebih suka Conan Edogawa, " gumam Detektif muda itu.
"Ah, sepertinya kita harus berangkat sekarang. Sayang sekali ya, kita tidak bisa bercakap-cakap lebih lama lagi." Pak Helmi terlihat sangat antusias sekali.
"Oh, sayang sekali ya. Anda buru-buru?" tanya pria gendut berkumis tipis yang tak lain si Inspektur.
"Ya. Ini sangat mendesak."
"Oh, ya, ini kartu nama saya. Barangkali anda mau mengajak saya dan detektif muda ini menangani kasus ataupun hanya sekedar makan malam saja." Inspektur itu mengambil secarik kertas kecil dari sakunya.
"Oh, terima kasih."
Aku menyela percakapan mereka. "Mungkin setelah persiapan kami sudah matang, anda akan kami undang untuk acara persemian wisata kami."
"Wisata?" Detektif muda itu menatapku.
"Yah, kami akan membuka bisnis wisata di Karimun Jawa. Karena dilihat dari tempatnya yang menarik, kami terdorong untuk membuka bisnis tersebut."
"Oh, sungguh menarik untuk dikunjungi," ucap Inspektur. "Kami akan sangat senang jika kalian mengundang kami ke acara peresmian itu."
"Sebenarnya kami juga hendak berlibur ke sana." Detektif muda itu memotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Beethoven Sonata No.8 in C Minor (SUDAH TERBIT)
Mystery / Thriller[REVISI VERSI CETAK] [Beberapa Part sudah dihapus] [Open Pre-Order] [Detektif Edo]#2 Sebuah pesan misterius di terima oleh pihak kepolisian. Pesan tersebut datangnya dari sekomplotan pencuri yang dikenal dengan nama "Jubah Hitam" pada masanya dulu. ...