12 - Pesta

1.8K 208 9
                                    

Edo Silalahi

Acara pesta peresmian wisata rumah klasik Beethoven telah resmi dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Pertama-tama, Pak Helmi yang membuka acara dengan sambutan-sambutan hangat kepada para tamu undangan yang sudah duduk di bangkunya masing-masing.

     Asal kalian tahu. Ini adalah pesta mewah ala Inggris tempo dulu. Ini merupakan pengalaman pertamaku. Tampak setiap meja bundar di kelilingi empat kursi yang masing-masing diduduki oleh para tamu undangan. Tamu undangan malam ini nampak tidak banyak, hanya bisa dihitung dengan jari-jemari saja.

     Nampak Sophie sudah berdiri di atas panggung dan memberikan rencana dan beberapa pandangannya ke depan soal wisatanya di tempat ini. Bicaranya halus dan lembut, namun sorot matanya agak kurang tegas, nampaknya dia agak sedikit demam panggung.

     Setelah acara sambutan dan beberapa kalimat tambahan telah usai, kini pesta resmi dimulai. Inspektur yang duduk disebelahku sudah siap menyergap ayam bakar, ikan bakar, puding, dan hanya mengambil nasi sedikit saja. Aku menatapnya heran. Inspektur hanya menyeringai saja. Tampak di meja kami juga ada dua teman Sophie. Mereka bernama Johan dan Siska. Johan ini menurutku tipenya agak suka bicara. Sedangkan Danu ini bagiku seorang pria yang menarik dan ramah senyum.

     Di sebelah meja kami juga nampak keempat teman-teman Sophie. Ada yang bernama Siska, Vega, Evi, dan Lia. Itupun kalau tidak salah. Karena perkenalan kami lumayan singkat, jadi aku tidak terlalu menangkap nama-nama dan wajah mereka.

     Di meja depan kami tampak dua teman laki-laki Sophie yang ditemani Sophie dan Pak Helmi. Sedangkan di sebelahnya nampak keempat rekan bisnis atau mungkin saudara Pak Helmi. Aku belum tahu pasti siapa orang-orang itu. Lalu ada juga beberapa pelayan rumah ini yang cukup menarik perhatian. Aku yakin sekali, pasti salah satu dari orang yang berada di sini, ada keterlibatan dengan komplotan Jubah Hitam itu, atau mungkin sosok yang mengaku sebagai Lupin Millenium itu juga hadir di pesta ini. Entahlah. Semuanya masih samar sekali.

     "Ah, aku masih tidak percaya jika salah satu tamu dari Sophie, temanku ini seorang detektif terkenal itu." Johan berseru.

     Aku hampir tersedak mendengar celotehnya.

     "Apa benar, dia itu Edo Silalahi yang berhasil mengungkap misteri di sebuah kapal mewah beberapa bulan silam?" Danu berbisik, namun suaranya agak keras sehingga aku dapat mendengarnya.

     "Sepertinya popularitasmu lebih baik ketimbang Dicky, Edo." Inspektur Bram berbisik pelan, kemudian menyeringai lebar bak kuda.

     Aku mendengus sebal.

     "Eh, benarkah kalau kamu ini Edo Silalahi yang memecahkan kasus di kapal mewah itu?" Danu bertanya, sorot matanya menatapku penuh semangat.

     "Ya, dia orangnya." Inspektur memotong dan menjawabnya dengan cepat dan ringkas.

     "OMG!" seru Danu sambil menutup mulutnya.

     "Eh, jangan seru-seru kalau ngomong." Aku berbisik kepadanya.

     Danu menggaruk kepala, lantas meminta maaf.

     "Apa kalian berdua datang ke sini untuk menyelidiki sesuatu?" Johan bertanya.

    Aku dan Inspektur saling tatap sejenak. Kemudian Inspektur Bram berkata. "Ah, tidak. Kami hanya kebetulan saja mendapatkan undangan dari Sophie dan Pak tua yang duduk di dekat Sophie itu."

     "Oh, jadi tidak ada kasus sama sekali. Aku kira ada pembunuh atau orang-orang yang mungkin sedang mengincar sesuatu benda berharga di sini. Bukankah di rumah ini banyak sekali barang-barang klasik yang harganya menakjubkan?" Johan mengkerdipkan sebelah matanya.

Misteri Beethoven Sonata No.8 in C Minor (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang