10 - Surat Kedua Dari Lupin

2K 223 13
                                    

Edo Silalahi

Tidur satu kamar dengan Inspektur Bram rasanya sangat tidak nyenyak sekali. Aku terpaksa tidur di sofa daripada kena pukul dan tendangannya. Benar-benar banyak tingkah ketika dalam keadaan terlelap.

    Yah, setelah melewati satu hari di Kota Semarang, hari ini kami sudah berada di Karimun Jawa. Inspektur memilih penginapan yang lebih murah, yah, walaupun semua penginapan di sini tidak ada yang murah, tapi katanya, 'lebih baik lah daripada yang mahal'.

    Jam dinding di kamar ini sudah menunjuk ke angka tujuh pagi. Sinar mentari lembut menyiram permukaan bumi. Aku meregangkan badan dan bergegas mencuci muka di wastafel. Setelah ku tengok ke kanan maupun ke kiri, tak nampak wajah Inspektur. Ke mana dia?

    Saat itu pula, dia masuk dan berseru girang. Aku dibuat kaget setengah mati dengan tingkah lakunya yang sudah hampir mirip seperti anak TK saja.

    "Oe... oe... kau tahu tidak?" Kedua tangan Inspektur Bram mengoyang-goyangkan bahuku.

    "Tidak tahu," jawabku ketus.

    "Elah, kenapa kau tidak penasaran?"

    "Terlalu pagi untuk membuatku penasaran. Jangan katakan soal kasus pembunuhan yang menarik lagi."

     "Oh, bukan. Ini bukan soal kasus pembunuhan."

     "Lalu?"

     Inspektur berdehem. "Baru saja aku mendapatkan panggilan dari gadis muda yang kita temui di pesawat."

     Aku tersedak. "Apa? Maksud anda, Sophie?"

    "Yosh! Betul sekali."

    "Lalu?"

     Inspektur menepuk dahi. "Haduh, kau ini sudah bangun dari tidur apa belum sih. Seperti orang linglung saja. Dia memanggil kita untuk hadir di acara peresmian rumah klasiknya besok malam jam tujuh."

     "Apa dia memberikan alamatnya?"

    "Sudah ku catat dengan rapi." Inspektur menyengir sambil menunjukan buku catatan kecil yang selalu dia bawa ke manapun ia pergi.

     "Apakah Inspektur yakin kalau komplotan jubah hitam itu juga hadir di sana sebagai tamu?"

     Inspektur melipat dahi. "Jadi, kau sudah menduga-duga seperti itu ya?"

     "Yah, tentu saja. Tidak salah lagi. Semua teka-teki itu terpecahkan tanpa dipikirkan secara matang."

     "Yah, maksud kau soal teka-teki surat yang dari Lupin bukan?"

     "Yah, sekaligus teka-teki yang berbunyi 'Beethoven Sonata No.8 in C Minor'. Dan rumah klasik milik Sophie-lah yang akan menjadi sasaran aksi pencurian komplotan Jubah Hitam tersebut."

     Inspektur menggaruk kepala. "Benar juga ya. Rumah klasik bergaya inggris. Tidak salah lagi kalau komplotan itu pasti akan ada di sana."

     "Tapi pertanyaannya. Mereka itu sebenarnya siapa. Apa jangan-jangan...."

     "Kenapa, Edo?" Inspektur memotong kata-kataku.

     "Ah, tidak apa-apa. Aku belum bisa menduganya. Tapi kalau kita datang ke sana, kita pasti bisa tahu siapa komplotan itu sebenarnya, dan sejauh mana kecerdikannya untuk mencuri perhiasan mewah itu."

     "Ini baru kasus menarik!" Inspektur mengepalkan tangan kanannya dan meninju telapak tangan kirinya.

***

Misteri Beethoven Sonata No.8 in C Minor (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang