07 - Kebenaran!

2.2K 241 19
                                    

Edo Silalahi

Ruangan itu nampak luas sejauh mata memandang. Di balik meja panjang itu nampak wajah-wajah kesal, cemas menyelimuti para tersangka. Sekarang daftar tersangka bertambah setelah tim forensik berhasil mengidentifikasi mayat korban kalau memang korban bukan mati karena serangan jantung, melainkan karena terkena racun yang teramat mematikan.

     Inspektur bersiul. "Sudah ku duga, bahwa ini adalah kasus pembunuhan. Dan apakah kau mau ikut mengatasinya, Edo?"

     Aku tidak mengangguk maupun menggeleng. "Ah, tidak tahu. Kita dengarkan saja pihak kepolisian setempat menginterogasi mereka."

     "Baiklah. Sebaiknya kita pergi ke sana dan dengarkan perkataan mereka." Inspektur sudah berdiri.

     Aku juga ikut berdiri, lantas menoleh ke arah perempuan muda cantik yang terlihat masih labil. Ana Sophie. "Terima kasih, Sophie. Anda sudah memberikan keterangan yang sangat berarti bagiku, dan sekarang, aku dan Inspektur Bram akan pergi ke sana untuk mendengar pernyataan dari para tersangka."

     Sophie mengangguk sembari tersenyum. "Ya, aku harap, anda bisa memecahkan kasus ini."

     "Dia pasti bisa, Nona." Inspektur Bram tertawa meledek.

     Aku mendengus sebal.

***

Tiga tersangka sebelumnya yakni manajer, asisten, dan penata rias korban. Tapi ada daftar tambahan lagi. Yakni dua pramugari yang memberikan makanan itu kepada korban.

     "Maaf menunggu terlalu lama Tuan-tuan dan Nona-nona. Kami terpaksa meminta kalian semua untuk tetap duduk menunggu di kursi anda masing-masing sampai orang yang berwenang menangani kejadian ini memanggil nama anda." Suara tegas dari mulut Inspektur kepolisian setempat.

     "Omong kosong!" Manajer korban berteriak marah. "Saya akan menghabiskan waktu hanya untuk menunggu mendapat giliran lotre?"

     "Maaf sekali, Tuan. Tidak ada pengecualian." Inspektur itu menekankan dengan keras di kata yang terakhir.

     "Tapi ini gila, benar-benar tidak masuk akal. Aku terjebak dalam sebuah kasus pembunuhan." Manajer itu mengepalkan kedua tangannya.

     "Bolehkah saya merokok di sini?" Asisten muda itu bertanya ke pramugari.

     Pramugari menjawab dengan suara halus. "Sekarang sudah tidak di dalam pesawat lagi. Tidak masalah. Lagian di sini tidak ada AC."

     "Oh, terima kasih," kata asisten muda itu sambil menyalakan rokok dengan korek gas.

     Aku dan Inspektur Bram diajak masuk ke dalam ruangan ber-AC oleh Inspektur yang bernama Rudi. Dia telah memanggil tersangka pertama untuk dimintai keterangan. Adalah manajer korban yang tidak sabaran itu.

     Inspektur Rudi. Seorang polisi berbadan tinggi dan besar dan menggunakan seragam tugas, duduk dengan tegap menghadap lawan  bicarannya yang terpisah oleh meja, dan di sebelah mereka duduklah aku, Inspektur Bram, dan seorang polisi lain yang juga ikut andil memperhatikan tampang-tampang misterius mereka.

    "Nah, sekarang kita mulai saja. Pertama-tama, anda siapanya korban, mungkin anda bisa memberikan nama dan alamat pada kami."

     "James Arthur. Manajer korban. Saya tinggal di apartemen Cempaka Putih, Jakarta."

     Seorang polisi pendiam duduk dan menulis semua yang diucapkan tersangka pertama.

     "Seorang manajer. Anda pasti kenal betul kan dengan korban?"

Misteri Beethoven Sonata No.8 in C Minor (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang