1.. 2.. 3..bukan bukan. Itu bukanlah hitungan yang ke 3 kali, tapi hitungan yang kesekian kalinya. Sepatu kaca cantik terus terketuk dengan nada yang tak menentu. Pemilik sepatu kaca tersebut ternyata adalah seorang gadis kecil dengan jaket tebalnya yang berwarna peach cerah.
"Ayah kenapa begitu lama?" tanya gadis kecil itu pada seorang pria yang berkisar berumur 25an.
Pria itu mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan mungil si gadis kecil tersebut.
"kenapa lama sekali, aku kan mengantuk" keluhnya sambil mengucek mata kanannya seperti anak-anak pada umumnya.
"Tadi ayah registrasi sebentar, Kaira"
Gadis kecil itu hanya mengangguk. Gadis kecil yang bernama Kaira.
"Ayo, kita duduk sambil menunggu pesawat"
Kaira mengangguk lagi menanggapi ayahnya. Tubuh Kaira terangkat untuk didudukkannya dia di paha sang ayah. Tubuhnya bersandar pada dada bidang ayahnya.
"Kamu sangat mengantuk ya?"
Kaira terlalu lelah hingga ia tertidur tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Tapi, pria itu terkekeh pelan melihat tingkah Kaira.
TAP
Tiba-tiba tangan sebelah kanan Kaira terjatuh kebawah hingga mengenai lengan seorang wanita berjilbab biru donker yang tengah duduk disebelah pria itu.
Wanita itu tak merasa keganggu justru ia mengangkat kembali tangan kanan Kaira dan menautkannya bersama tangan Kiri Kaira.
"Maaf dia jika sudah tidur memang seperti itu," ucap pria itu.
Wanita tadi hanya mengangguk mengerti. Bibir mungilnya tersenyum memperhatikan wajah Kaira yang sangat polos. Sangat menggemaskan.
Terdengar pemberitahuan bahwa pesawat menuju Jakarta, Indonesia telah mendarat dengan mulus.
Sontak saja pria itu dengan sigap menggendong Kaira didepan dadanya dan mendorong trolly yang berisikan koper-koper untuk menuju ke pesawat.
Wanita tadi juga langsung berdiri dan mendorong trollynya menuju pesawat. Mungkin pesawat yang sama.
*****
Ayah Kaira tidur dengan mengenakan headphonennya. Kaira merasa bosan dan terus melihat kesana kemari. Hingga ia sadar bahwa ada seorang wanita cantik tengah duduk disebelahnya yang sedang menatap keluar jendela pesawat.
Kaira menepuk lengan wanita itu hingga membuat wanita itu menoleh padanya.
"Apa kau seorang bidadari?" tanyanya polos.
Wanita itu hanya tersenyum dan rona merah menghiasi pipinya. Ia membawa Kaira kedalam pangkuannya tapi menghadapkan tubuh Kaira didepannya.
"Namamu siapa?"
"Kaira Nazwa. Tapi, ayah biasa memanggilku dengan sebutan Kaira atau Kai. Dan, aku lebih suka jika dipanggil Kai." jelas Kaira seraya menunjuk pria disebelahnya yang sedang tidur.
Wanita itu menatap ayah Kai dengan tatapan bingung. Ia menilai bahwa pria ini masih muda dan mungkin menikah dalam usia yang muda juga.
"Berapa umurmu?"
"3tahun" jawab Kai.
"Bunda juga memakai ini," ucap Kai menarik-narik jilbab wanita tersebut.
wanita itu tersenyum dan menghentikan tarikan Kai. Ia menggenggam tangan mungil Kai dan bermain-main.
"Ini adalah jilbab,"
"Bunda sangat cantik mengenakan itu," ucap Kai.
"Tentu saja, Bundamu sangat cantik karena kau terlahir cantik seperti bundamu,"
Tapi, Kai menggeleng pelan dengan jari telunjuk yang ikut bergoyang kekiri dan kekanan.
"kau adalah bundaku,"
wanita mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa maksud Kai? Dia bundanya?
"Kai?"
Wanita itu menoleh kesamping dan mendapati ayah Kai sedang menatap mereka dengan horor.
"Apa yang kau lakukan Kai?" tanya ayahnya mengambil Kai dari pangkuan wanita itu dan membawa Kai ke pangkuannya.
"Dia bundaku, ayah" ucap Kai.
"Dia sangat sangat cantik. Ku pikir dia adalah bidadari tapi ternyata dia adalah bunda, yah" lanjut Kai.
Ucapan Kai sungguh membingungkan. Terlebih untuk ayah kai dan wanita berjilbab tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan pemilik perusahaan Fashion terkenal itu, Alfath. Tapi, siapa sangka kalau mereka memiliki masa lalu...