10. Aura

21K 1K 25
                                    

[[ POV Shaqila]]

Sekitar 2 jam lebih aku menemani Alfath berbelanja. 1 hal yang aku tahu, bahwa fashion sensenya sangat rendah. Bayangkan, dia bilang kalau tak ada satupun setelan jasnya yang berwarna lain selain hitam, abu-abu, dan biru tua. Maksudku, bukankah dia direktur perusahaan fashion?

Tapi, aku cukup bersyukur dengan hari ini. Apalagi aku setidaknya dapat melupakan permasalahanku dengan Dave. Ah, pria itu benar-benar menyebalkan.

"Assalamu'alaikum,"

Kulihat mama sedang asik menonton tv meski sebenarnya tatapan matanya tertuju pada sebuah majalah remaja.

Mama kenapa ya? Masa anaknya ngucap salam gak dibales T^T kurang kenceng apa gimana ya?

"Assalamu'alaikum,"

Kusentuh pundak mama dan beliau sedikit menoleh kearahku.

"Tadi, Shasa kesini nganter gadget kamu yang ketinggalan," ucap mama menyerahkan gadgetku tanpa menoleh kearahku.

"Mah -"

"Qila, kamu seriuskan mau menikah sama Alfath?"

Lah kok? Tau-tau nanya kayak gitu sih mama T.T hati aku kan belum mantep!

"Mama cuma gak mau aja kamu tergoda sama yang lainnya. Inget ya, mama itu ngejodohin kamu sama Alfath bukan yang lain. Mama gak mau kamu flashback, Qila. Ada banyak hal yang gak kamu tahu,"

Apa lagi sih ini? Aku hanya melongo mendengar celotehan mama. Kebiasaan deh gak ada angin, ujan tau-tau ngomong kayak gitu, kenapa sih? Gondok!

Aku mengambil gadgetku yang masih tergeletak manis di atas meja dan membawanya kekamar. Kuhempaskan tubuhku pada sebuah kursi dan melihat wajahku di cermin.

Tampak berantakan dan aneh sekali. Akhir-akhir ini kepalaku penuh dengan Alfath, pekerjaan dan ... Reihan! Pria di masa lalu yang sepertinya akan mengacaukan hariku kedepan.

Dia fikir aku bodoh dan akan termakan oleh rayuannya. Tapi, maaf Reihan. Kamu masa lalu dan harus dikubur! Kamu yang meninggalkan aku dulu, jadi jangan seenaknya kembali padaku. Karna, aku akan menjadi istri Alfath.

Oh astagaaaa! Aku sudah gila! Seolah-olah aku menerima lamaran itu. T.T apa yang ada di otakku? Kuakui, memang Alfath itu idaman wanita, tapi sosoknya menyimpan sebuah rahasia yang ingin aku ketahui. Tapi... Apa ya? Dia seperti punya benteng hingga aku sulit untuk menembusnya.

*****

Setiap hari, mama tak pernah absen untuk tak mengomentari kebiasaanku yang menggunakan flat shoes bahkah sneekers. Oh please, ini favoritku dan gayaku.

Mama selalu bilang 'Qila, postur tubuh kamu itu kurang tinggi. Pakaian kamu juga udah manis, kenapa malah pakai flat shoes gitu? heran deh mama kalau gak flat shoes pasti sneekers. Ada ya, perempuan kayak kamu' dan, aku sangat hapal ucapan itu.

Aku tetap aku. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Lagipula jaman sekarang banyak perempuan muda yang bergaya seperti ini dan terlihat sangat keren ketimbang menggunakan wedges yang pasti membuat kaki terasa pegal apalagi orang awam seperti ku.

Bukan cuma mama yang protes tapi juga Dave. Pria itu menyukai hak tinggi, hmm maksudku adalah bukan berarti dia menggunakan wedges atau high heels, hanya saja dia menyisipkan hak pada sepatunya padahal tubuhnya sudah menjulang tinggi.

Ngomong-ngomong dave :'( aku masih bertengkar dengan dia. Padahal hari ini ada rapat dan dengan kata lain kami akan bertatap muka.

"Bundaaaaa!!"

Aku menoleh mendengar suara gadis kecil yang sangat aku rindukan, Kaira. Kaki kecilnya berlari dan berhambur memelukku. Dan, nakalnya mata ini melihat kebelakang punggung Kaira. Alfath, bersama Pak Nugroho dan Tara.

Tempat TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang