Seorang pria dengan kacamata bertengger manis dihidungnya yang mancung, memasuki sebuah cafe ternama di Jakarta. Orang-orang melihatnya aneh mana kala ia membawa sebuah koper besar.
Matanya terus memastikan apakah ini cafe yang dimaksud didalam kertas putih yang sedang ia pegang? Cafe ini tampak ramai oleh kalangan menengah hingga atas. Ia tak tahu kemana akan membawa koper itu.
Tapi, seketika matanya menemukan sosok pria dewasa lainnya sedang duduk manis dengan seorang pria di meja nomor 23. Tak tahu apa yang membawanya melangkah kesana.
"Pak Nugroho," sapa pria berkaca mata itu.
Pria dewasa itu menoleh dengan terkejut begitu juga dengan pria didepannya. Tapi, seketika keterkejutannya hilang dan berganti dengan senyuman. Dia berdiri menyambut pria berkacamata itu.
"Tara? Kok kamu bisa disini. Setahu saya seharusnya kamu menemani Tuan Alfath rapat kan?" tanya Pak Nugroho.
Pria berkaca mata itu bernama Tara yang tak lain adalah asisten pribadi Alfath.
"Iya pak. Seharusnya memang seperti itu. Tapi, Pak Alfath meminta saya mengantar koper ini. Tapi, saya bingung pak ini koper untuk siapa,"
"Koper?" tanya Pak Nugroho.
"Hah??"
Pria yang duduk didepan Pak Nugroho itu menatap koper itu dengan terkejut. Pria yang sangat tampan dan juga cantik, Dave.
"Itukan kopernya Qila. Koper itu pasti isinya pakaian Pak Alfath." ucap Dave.
"Oh begitu," seru pak Nugroho.
Tara tersenyum simpul pada Dave. "Yasudah kalau begitu saya permisi untuk kembali kekantor,"
Setelah Tara pergi, Dave dan Pak Nugroho kembali berdiskusi untuk memperpanjang kontrak. Dave bernafas lega karena kalau saja koper itu tidak ada mungkin kontrak mereka dengan Pak Nugroho akan diputus dan dengan kata lain mereka harus mengganti rugi dengan jumlah yang sangat banyak.
*****
Qila gelisah apakah ia harus menemani Kaira atau tidak. Pikirannya masih berkutat dengan kopernya. Ia mengecek tabungannya di bank apakah cukup untuk mengganti segala kerugian? Ohh tidak. Rasanya tidak cukup.
tiba-tiba handphonenya berdering. Ia terkejut mendapati Dave yang menghubunginya. Ia ragu apakah ia siap jika harus dimaki-maki oleh sahabatnya itu?
Glek. Mau tidak mau hadapai saja! Tekat Qila.
"Qilaaaaaaa" teriak Dave dari sebrang sana yang terdengar seperti teriakan seorang fans wanita ketika bertemu dengan idolanya.
"Dave.. Aku sungguh minta maaf. Aku akan mencicil segala kerugian yang ada. Tapi, kumohon maafkan aku,"
Hening.
Tak ada jawaban dari Dave. Qila semakin takut. Ia memutar tubuhnya dan seketika itu amarahnya kembali memuncak melihat Alfath berdiri dihadapannya.
"Dave, aku minta maaf. Aku akan mengganti kerugian itu. Maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu dimana KOPERKU BERADA.!!!" ucap Qila dengan penuh penekanan. Tapi, sebenarnya ucapan itu ia lontarkan pada Alfath.
"Qilaa.. Apa maksudmu?"
"Dave, kontak kita diputuskan?" lirih Qila.
Ada raut terkejut di wajah Alfath.
"Aku tidak bilang seperti itu,"
"Lalu?"
"Malah kontrak di perpanjang, dan kita akan bekerja sama dengan perusahaan fashion milik atasan Pak Nugroho, it's amazing Qillll,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan pemilik perusahaan Fashion terkenal itu, Alfath. Tapi, siapa sangka kalau mereka memiliki masa lalu...