[[POV Alfath]]
Pagi tadi aku melamarnya secara mendadak. Awalnya aku hanya ingin menggodanya saja tapi entah kenapa hatiku menolak untuk sekedar menggodanya.
Lagi juga tidak ada yang salah kalau aku melamarnya, bukankah kami dijodohkan? Apa Qila belum tahu soal ini?
"Kaira udah tidur?"
aku menoleh mendengar suara mama. Beliau menuruni tangga sambil menguncir rambut panjangnya.
"Udah ma,"
mama menarik kursi untuk diberhadapan denganku. Aku memandangi wajahnya yang yang anehnya tidak terlihat tua meski umurnya sudah memasuki setengah abad.
Wajahnya masih cantik berseri seperti baru berumur 35 tahun. Mungkin karena perawatan yang selalu ia jalani. Yaitu sholat. Jika seseorang rajin sholat maka wajahnya akan selalu berseri.
"Oya, gimana perjodohannya kamu terimakan?"
Ah iya perjodohan. Aku masih belum yakin tapi hatiku sangat yakin. Halah
"Iya ma, Alfath terima."
Pasrah ya pasrah. Aku kembali kekamar. Namun, langkahku terhenti ketika hendak membuka knop pintu.
"Jangan cuma Kaira yang sayang sama Qila. Tapi, kamu juga harus sayang sama Qila. Pernikahan bukan mainan. Pernikahan itu keseriusan dimata Allah,"
Aku manggut-manggut. Aku melempar senyumku pada mama dan masuk kedalam kamar. Kurebahkan tubuhku dengan melipat kedua tanganku dibawah kepala sambil menatap langit kamar.
Dia itu cantik, pintar, menggemaskan, dan terkadang ... galak. Itulah Qila yang aku tahu dia seperti itu. Pertemuan di bandara saat itu sangat berbeda sekali saat Qila memarahiku. Meski mata coklatnya yang tajam itu sangat mematikan. Dan, itulah yang membuatku err.. Tertarik. Astagaaa malam-malam begini memikirkan wanita. Berdosalah kau Alfath!
******
Aku memasuki ruang kerjaku. Mengambil dasi dari dalam saku celanaku dan memasangkannya. Aku sadar aku tidak tahu tentang Fashionku. Aku selalu mengenakan kemeja abu-abu, putih, atau hitam. Dengan setelan jas yang sepadan warnanya.
Aku menyukai 3 warna itu, jadi wajar jika aku hanya mengoleksi kemeja dengan 3 warna. Sejauh ini tidak ada yang memprotes akan fashionku. Yang ada aku iri karena melihat pria jaman sekarang berani main warna. Ada yang memakai pink, hijau, bahkan orange. Warna apa ituT^T
Ada alasan kenapa aku meminta Nugroho bekerjasama dengan Dave dan Qila. Aku berharap Qila peka akan kebutaan Fashionku dan mau membantuku untuk lebih berani memainkan warna.
Alasan kedua, agar aku bisa dekat dengan Qila. Dia kan calon istriku. Astagaa tiba-tiba hatiku menjerit takut mana kala Qila akan menolak lamaranku, apa yang harus aku perbuat?
Aku mendekat kearah jendela dan memperhatikan jalanan ibukota. Pikiranku terus melayang pada Qila. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.
"Assalamualaikum,"
Aku menoleh mendengar suara yang sangat familiar. Qila. Aku menjawab dalam hati. "Wa'alaikumsalam,"
Dapat kudengar Qila mengetuk-ngetukkan sepatunya kelantai. Tunggu sebentar Qila karena sekarang aku sangat sulit bernafas didekatmu.
"Dave bilang, jam 8 saya sudah harus sampai disini,"
Aku mencoba untuk senormal mungkin bernafas. Ini sangat langka. Aku tidak pernah sesulit ini mengambil nafas. Ya semua karena dia. Shaqila Azzahra. Ikuti perintahku.
"Duduk"
Sepertinya Qila mengikuti apa yang kuperintahkan. Aku mendengar suara kursi bergeser kebelakang tanda ia telah duduk bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan pemilik perusahaan Fashion terkenal itu, Alfath. Tapi, siapa sangka kalau mereka memiliki masa lalu...