19. End of Story

20.2K 1K 64
                                    

[[POV Alfath]]

Sosok cantik itu muncul dalam mimpiku. Tapi, anehnya terasa begitu nyata. Dia seperti membisikanku kata-kata yang indah. Qila, merindukanmu sampai harus mimpi seperti itu.

"Selamat pagi,"

Mataku perlahan terbuka mendengar suara suster membangunkanku. Dia meletakkan nampan berisi makanan di meja. Ia tersenyum melihat ada buket bunga disana, kemudian meletakkan buket itu di pangkuanku.

"Dari siapa ini sus?"

"Maaf, saya tidak tahu. Saya pikir anda tahu,"

Sudah 2 hari dan 2 buket bunga krisan ada di meja itu. Oh, lihat ada kartu ucapan. Keningku mengerut bingung karena hanya ada huruf 'A'.

Aku berbaring resah. Oh yaampun kenapa harus seperti ini?

BUG BUG

Suara apa itu?

"Siapa yang berantem pagi-pagi seperti ini?" gusar suster.

Aku mengangkat bahuku dengan cuek. Bunyi pukulan dan hantaman makin terdengar olehku.

"Sus, bantu saya"

Entahlah tapi aku ingin melihat. Selagi suster itu memegangi infus dan tanganku, aku sedikit mengintip dari celah pintu. Dave?

"Sialan lo Rei! Ternyata bener kata Qila, lo emang brengsek. Udah nyakitin dia, sekarang lo malah ngebuat dia pergi dari Alfath. Apa lo gak bisa biarin dia bahagia? Apa cuma lo yang boleh bahagia?"

"Seintens apa Qila cerita tentang gue ke lo? Asal lo tau ya, gue cinta sama Qila tapi hati gue punya Ayu. Qila wajib tau tentang kematian Ayu. Itu baru 1 rahasia yang gue kasih tau. Gue sama sekali gak ada niat untuk ngejauhin Qila dari Alfath,"

"Tetep aja lo brengsek!"

BUG

"Stop stop stop! Dave!"

Mataku beralih pada Tara yang berlari melerai Dave dan Reihan. Aku kembali ke kasur, aku tidak mengerti apa hubungan Reihan dan Dave. Kenapa dunia begitu amat sempit?

"Pagi pak,"

Aku pura-pura sibuk dengan bunga krisan itu. Ya, aku sekilas melirik Tara dan Dave yang duduk disofa. Dave terus meraba wajahnya yang memar.

"Tadi itu kamu yang habis berantem?"

"Iya pak. Maaf ganggu Pak Al,"

"Berantem sama siapa?"

"Reihan pak,"

"Reihan? Ada hubungan apa kamu sama dia?"

"Kalau, pak Al sendiri ada hubungan apa sama dia?"

Jebakan. Entahlah jawab jujur atau sebaliknya.

"Sus, tolong obatin dia. Biayanya masukin ke tagihan saya,"

Suster itu mengambil kotak obat lalu duduk disamping Dave untuk mengobati memarnya.

"Ayah,"

Kaira? Dia langsung menghambur memelukku. Aku melototi Nina memarahinya seolah berkata 'Ngapain bawa Kaira kesini?'. Dia menyengir polos.

"Ayah, Kaira kangen sama ayah. Ayah gapapa kan? Ayah kapan pulang?"

"Belum tau sayang. Kok kamu gak sekolah?"

"Ini baru mau sekolah yah,"

"Sama Kak Tara ya, ayah ada perlu sama kak Nina,"

Kaira mengangguk setuju. Ia mencium pipiku dan menggandeng tangan Tara.

Tempat TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang