[[POV Alfath]]
Tubuhku sedikit terdorong kebelakang saat seseorang menabrakku. Dan, orang itu adalah Shaqila. Bagaimana aku tau? Ya, aku sempat melihatnya berlari keluar dari cafe starburks itu dengan wajah panik ketakutan.
Mataku menatap tajam kearah belakang tubuhnya. Reihan. Pria itu adalah orang yang sangat aku benci. Ada hubungan apa dia dengan Qila?
Oh sungguh muak rasanya melihat dia ada disini setelah sekian lama menghilang dan membuat kekacauan dikeluargaku. Pria brengsek!
******
Tangannya membuka knop pintu dan mendorong pintu dengan pelan. Seorang pria yang tengah duduk di sofa panjang merah miliknya menoleh sesaat.
"Loh ada kamu Tar? Mana Nina?"
Pria itu hendak berdiri tapi ditahan oleh Alfath. Ia tahu bahwa tak mungkin ia berdiri sementara pahanya telah menjadi sandaran istirahat bagi putri kecilnya, Kaira.
"Iya pak. Nina ketoilet pak,"
"Oh"
Tara memperhatikan gerak gerik Alfath. Ia membuka jas kerjanya dan menanggalkannya di kursi kerja. Ia berdiri memandangi jalanan kota Jakarta. Tak biasanya ia seperti itu?
"Pak,"
"Ya?"
Tara menepuk jidatnya pelan saat melihat jam menunjukkan pukul 3 sore.
"Maaf pak, saya ada janji diluar, tapi..."
Gerak matanya berhenti pada Kaira yang masih tertidur.
Alfath mengangguk mengerti. Ia menggendong Kaira dan memposisikan dirinya seperti Tara.
"Terimakasih ya Pak, maaf saya buru-buru. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Alfath menoleh kebelakang memastikan bahwa pria itu sudah keluar dan menutup pintunya dengan rapat.
Ia membelai rambut Kaira dan terasa sangat halus. Sangat mewarisi rambut ibunya. Alfath membaringkan kepalanya kebelakang menutup matanya.
Sekelibat memori dimasa lalu memenuhi otaknya. Ia semakin menutup matanya dengan rapat.
Saat itu, hujan turun dengan sangat deras mengguyur kota Jakarta. Padahal ini sudah memasuki bulan terakhir musim hujan. Angin pun bertiup tak kalah kencang. Tapi, ada satu yang mengganggu. Yaitu, tangisan seorang bayi. Tangisannya bahkan menyamai derasnya hujan.
Wanita yang sudah memasuki usia kepala 4, menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Ia memasih memakai mukena. Dan, tak hanya dia. Tapi, anak laki-lakinya juga keluar mencari tau suara berisik lain apa diluar sana.
"Astagfirullah, kenapa dia bisa disini?" ucap Ami, Mama Alfath.
Ia menemukan seorang bayi perempuan di dalam keranjang didepan rumahnya. Ami membawanya masuk dan menggendong anak itu dengan sayang.
Alfath menemukan sebuah surat di keranjang bayi tersebut. Dengan geram ia membuka isinya meski ia sudah tahu bahwa itu surat dari ayah Kaira.
'Mah, maafin aku ya. Aku gak sanggup ngerawat Kaira seorang diri. Aku pikir seminggu setelah meninggalnya Ayu aku bisa melewati hidup ini sendirian. Tapi, ternyata enggak mah. Aku gak sanggup. Aku kesepian tanpa Ayu. Dan, aku gak bisa ngerawat Kaira. Maafin aku mah. Aku suami, menantu dan ayah yang paling buruk didunia mah,'
Alfath meremas kertas itu dan membuangnya.
"Dia udah gila kali ya!" umpat Alfath.
"Kaira sayang, malang sekali kamu nak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan pemilik perusahaan Fashion terkenal itu, Alfath. Tapi, siapa sangka kalau mereka memiliki masa lalu...