Sinar cahaya masuk menyeruak melalui celah jendela kamar Shaqila. Wanita yang baru saja tiba di negera tercinta, Indonesia kemarin malam.
Hari ini ia sudah harus disibukkan dengan segudang aktifitas yang benar-benar harus ia jalani meski tubuhnya memberontak.
Qila. Biasa ia dipanggil, menarik koper hitam yang ia simpan di bawah tempat tidurnya. Ia duduk dikarpet merah dan membuka koper tersebut.
Tapi, keningnya menyerengit ketika ia membuka isi koper tersebut. Koper ini penuh dengan makanan oleh-oleh khas California. Rasanya ia tak pernah berbelanja makanan seperti ini dan SEBANYAK ini?
Qila menepuk keningnya saat ia sadar kopernya telah tertukar. Ia sadar kan? Qila.. Qila..
Qila melihat sebuah nametag yang digantung kecil di badan koper.
'Kaira Nazwa'
Qila lagi-lagi mengerutkan keningnya. Rasanya ia familiar dengan nama tersebut. Siapa ya?
"Qila ayo sayang siap-siap" ucap mama Qila dari luar kamarnya.
"Kai..."
Oh. Qila ingat siapa Kaira Nazwa sekarang. Si gadis kecil yang sempat menyebutnya 'bunda'. Qila jadi tersenyum sendiri membayangkannya.
"Apa ini caranya agar aku bertemu kembali dengan Kai dan ayahnya yang super ganteng luar biasa itu?"
Qila menggelengkan kepalanya membuang khayalan-khayalan yang mungkin saja bisa membuatnya berdosa.
"Qila kamu ngapain sih? Mama udah siap nih. Kamu gak lupakan hari ini ada apa?"
Qila mendorong koper hitamnya dan membawanya keluar dari kamar. Mama nya menyerengit heran melihat Qila membawa koper besar.
"Kamu mau ngapain?"
"Koper Qila ketuker. Jadi, mama duluan aja. Qila mau anterin koper ini dulu,"
"Emang kamu tahu alamatnya?"
"Iya, ada kok disini,"
Tanpa menunggu jawaban sang mama, Qila mencium pipi mamanya dan berlalu pergi begitu saja.
*****
Huaaaaaaaa
Tangisan gadis kecil berumur 3 tahun itu hampir menggemparkan seisi rumah. Beberapa pengasuh mencoba untuk menghentikan tangisan itu tapi apa daya, dia tetap menangis dengan kencang.
"Kaira udah dong jangan nangis lagi ya, nanti ayah beliin yang baru" bujuk sang ayah menggendong Kaira.
Kaira terus menggelengkan kepalanya. Ia menangis dalam-dalam. Mencoba meresapi kesedihannya, itu adalah cara paling ampuh.
"Duh, cucu oma kok nangis sih?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
Mengambil alih Kaira dan menggendongnya. Menepuk-nepuk pundak Kaira dengan lembut.
"Itu yang beli Kaira semua mah, tapi aku gak tau kenapa dia beli sebanyak itu,"
"Oh cup cup.. Udah ya jangan nangis lagi nanti kita ke California lagi ya, beli oleh-olehnya Kaira lagi, mau?"
Ayah Kaira terkejut dibuatnya. Semudah itukah ke California dan membeli semua makanan-makanan itu?
"Yaudah yuk, kita kekantor. Udah jam 7 pagi nih" kata oma pada Kaira.
Kaira mengangguk seraya menghapus bekas airmatanya.
Memang tak heran kenapa Kaira selalu ikut kekantor. Karena, kantor itu milik keluarganya. Dan, mungkin jika ia sudah besar nanti akan mewarisi sebagian harta dari kekayaaan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan pemilik perusahaan Fashion terkenal itu, Alfath. Tapi, siapa sangka kalau mereka memiliki masa lalu...