14. Dia

20.4K 972 18
                                    

"Assalamualaikum,"

Untuk pertama kalinya, aku meletakkan tasku disembarang tempat. Tubuhku rasanya remuk dan sangat lelah meski seharian ini semua pekerjaan kuserahkan pada Dave. Untung dia pengertian.

"Eh kamu udah pulang, yuk duduk"

Mama asik melihat gambar pada sebuah buku yang juga menarik perhatianku. Aku duduk disebelahnya dan meletakkan daguku dibahu mama. Rasanya nyaman. Terakhir kali seperti ini saat merajuk minta kuliah ke luar negeri.

"Liat deh Qil, tema pernikahannya islam tapi modern, bagus ya"

Jadi inget Alfath. Kalau, dipikir-pikir aku kemarin nelpon dia minta nikah secepatnya. Duh, itu tanpa pikir ulang ngomongnya. Aku baru ingat kalau dia duda. Padahal aku maunya yang bukan duda.

Tapi, kapan lagi sih sama duda keren mapan kayak dia. Terlebih lagi anaknya lucu gitu ngegemesin. Astagaa, Qila sejak kapan kamu lihat laki-laki dari fisik? Ckck sama Alfath doang nih kayak gini.

"Hei, kok bengong? Gimana kalau yang ini aja tema resepsi kalian. Baguskan?"

Iya bagus. Aku mengangguk menyetujui. Pilihan mama emang gak pernah salah.

Tapi, tumben nih aku setuju biasanya aku gak pernah setuju sama kata mama. Hihihi. Temanya bagus, islam modern didominasi warna putih dan biru safir. Bunga-bunga mawar biru yang sangat cantik. Dan, yang terpenting dekorasi gedungnya gak berlebihan. Sesuatu yang berlebihan gak disukai Allah kan?

"Nah, terus kalau gaun pernikahannya, besok atau lusa aja ya kita ke butiknya mama Ami,"

Oh iya, baru inget lagi kalau mama Ami punya butik kayak aku. Besok? Bisa gak ya? Kasian Dave kalau dia ngerjain sendirian. Oh iya punya ide.

"Mah, aku boleh gak nginep di butik temenin Dave."

"Enggak boleh! Astagfirullah Qila, Dave jugakan laki-laki, gak boleh perempuan dewasa dengan laki-laki dewasa dalam 1 ruangan apalagi pake acara nginep"

nah kan salah paham.

"Mah, Disanakan gak cuma ada Dave, ada Shasa adiknya sama pegawai yang lain. Mereka pada lembur mah. Aku kan juga masih ada proyek yang buat Jepang itu. Apalagi waktunya tinggal beberapa minggu lagi,"

"Oh gitu ya, maaf ya mama mikir yang enggak-enggak. Yaudah sana. Naik taksi?"

"Iya mah, tapi aku mau mandi dulu,"

"Yaudah, entar mama aja yang nelfon taksinya. Dijamin aman,"

"Gratis gak?"

Hari gini gratis? Mana ada.

"Gratis dong. Udah sana mandi,"

Lah? Ada ya? Taksi langganan mama kali ya. Maklumlah mama gak bisa nyetir mobil sama kayak aku, makanya dirumah ini gak ada mobil hihihi bukannya pelit tapi buat apa ada mobil kalau gak bisa nyetir? Mubazir toh?

*******

Itu mobil siapa ya? Kok taksi tapi mobilnya kayak ... Jangan-jangan itu si bapak bunglon?

Aku berlari keluar dari kamar dan melesat cepet keruang tamu, dan eh ternyata bapak bunglon itu beneran yang dateng. Dia tersenyum karena mengira aku udah gak sabar mau ketemu sama dia. Padahal mah .. Errr.

"Yaudah sana pergi. Hati-hati yaaa"

Diusir mama sendiri. Aku mencium tangan mama dan memberi kecupan di pipi. Sedangkan, Alfath mencium tangan dan plus mendapat kecupan di dahi dari mama. Aku mana? Anaknya sendiri malah gak dicium tuh. Kesempatan deh mama.

Tap

Dia tidak seperti pria kebanyakan yang membukakan pintu mobil untuk wanita lalu berlari cepat untuk di duduk kembali ke joknya sebagai supir.

Tempat TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang