#6 - Fainting

341 40 1
                                    

Picture : Kanata Hongo


Untuk ke sekian kalinya gadis bersurai pendek sebahu itu menguap lebar-lebar. Matanya sedikit berkantung dan menghitam. Tadi malam ia benar-benar tidak tidur. Menjelang Ujian Tengah Semester seperti ini begitu banyak deadline tugas yang ia miliki. Paper, review jurnal internasional, presentasi dan masih banyak yang lainnya. Yah, begitulan keseharian seorang calon scientist.

Ia melirik jam duduk di atas nakas. Pukul satu siang lewat lima belas menit. Ah, sepertinya ia harus keluar kamar untuk mengatasi rasa jenuhnya. Seharian ini ia menghabiskan waktunya dengan berbaring di kasur. Meski begitu tetap saja rasa kantuknya tidak hilang. Selama apapun tidur di siang hari, jika malamnya tidak tidur ya akan tetap saja.

"Kenapa sepi sekali," gumamnya sambil mengacak-acak rambut sebahunya. Gadis itu lalu mendudukkan diri di depan meja riasnya. Lihatlah matanya yang menghitam dan berkantung. Ia merasa buruk sekali hari ini. Wajahnya kusut tidak seperti biasanya. Ia memikirkan banyak hal tentang apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Aha! Dia mengingat sesuatu. Gadis itu lalu beranjak dan kembali ke kasurnya. Mencari-cari ponselnya yang ternyata terselip diantara bantal dan selimut yang belum terlipat.

"Kanata-kun, temani aku jalan-jalan ya," serobotnya tanpa mengucapkan kalimat pendahuluan. Di seberang sana terdengar suara decakan sebal dari penerima telepon. Selalu begitu. Gadis itu tertawa.

"Tidak usah, naik sepeda saja. Ya ya ya?" paksanya. Bukan Chihiro namanya jika tidak bisa memaksa Kanata untuk memenuhi permintaannya. Ia tertawa kegirangan setelah dihadiahi jawaban "iya" dari si penerima telepon.

"Baiklah, aku akan mandi sebentar. Tunggu saja disana ya," ucapnya lagi yang dijawab gumaman malas Kanata.

Chihiro tertawa sebentar sebelum benar-benar memasuki kamar mandi. Ya, setidaknya pergi ke taman bisa menyelamatkannya dari rasa kejenuhan.

***

Langit Tokyo pukul dua siang masih cerah. Warna birunya membentang di seluruh hamparan. Chihiro dan Kanata mengelilingi taman dengan naik sepeda. Sebenarnya Kanata malas sekali melakukan ini. Tapi karena Chihiro yang memaksanya maka akhirnya ia berakhir di tempat ini.

"Tidak buruk juga saranmu," ujar Kanata tiba-tiba.

Chihiro yang mendengarnya hanya bisa tertawa, "Benar kan? Ya meski sebenarnya tadi aku mau mengajakmu ke Ueno Park sih," jawabnya.

"Yang benar saja. Itu terlalu jauh dari rumahmu. Kau mau pingsan di jalan karena kelelahan mengayuh sepeda?" cecar Kanata.

"Ya makanya tidak jadi," ujar Chihiro sambil menolehkan kepalanya ke arah Kanata. Mereka berdua masih bersepeda di sepanjang taman. Hari akan menjelang sore. Tapi masih banyak pengunjung yang disini. Beberapa diantaranya melakukan hal yang sama seperti mereka berdua. Bersepeda di sepanjang taman. Sementara beberapa diantaranya hanya berjalan santai bersama teman ataupun keluarganya.

Meski tak sebesar Ueno Park, Setagaya Park yang terletak enam kilometer di sebelah barat rumah Chihiro ini juga banyak mengundang pengunjung. Khususnya bagi para orang tua yang ingin mengajak anak-anaknya jalan-jalan. Sebenarnya taman ini memang lebih didesain seperti taman bermain untuk anak-anak. Di sisi sebelah kiri terdapat Steam Locomotive Mini yang menyediakan perjalanan kereta api untuk anak-anak. Tapi tentu saja harus dipandu masing-masing orang tua. Taman ini juga dihiasi dengan pepohonan yang rindang. Beberapa daunnya mulai menguning karena hampir memasuki musim gugur. Tidak hanya itu, taman ini sekarang telah dilengkapi dengan air mancur yang berada di pusat taman.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan tadi malam sampai lingkaran matamu menghitam seperti itu?" tanya Kanata.

"Ah, aku lelah. Ayo istirahat dulu," jawab Chihiro lalu berhenti mengayuh sepedanya. Gadis itu turun dari sadel sepeda. "Aku memiliki deadline tugas yang sangat banyak," imbuhnya sambil menuntun sepedanya.

Kanata ikut turun juga dari sepeda. Mereka berdua memilih untuk beristirahat di bangku taman sebelah barat. Tepatnya di bawah pohon yang daunnya mulai berubah warna itu. Tak jauh dari mereka beberapa anak kecil saling berlarian dan berteriak girang melihat air mancur yang mulai dinyalakan.

"Itu karena kesalahanmu sendiri. Kau kan memang suka mengerjakan sesuatu di akhir-akhir," ejek Kanata sambil meluruskan kakinya. Pria yang beberapa bulan lebih tua darinya itu memang selalu tahu kebiasaan Chihiro.

"Bukan begitu, tapi.... Ah entahlah, memang begitu," elak Chihiro sambil mengibaskan tangannya.

"Kau kan memang begitu," cibir Kanata lagi.

Chihiro hanya mengangkat bahunya seolah tak peduli. Beberapa saat kemudian ponselnya yang ia simpan di balik saku hoodienya berbunyi.

"Nani?" tanyanya setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"...."

"Aku sedang keluar bersama Kanata. Nani?"

"....."

"Wah, benarkah? Baiklah mungkin satu jam lagi aku pulang," jawabnya sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"....."

"Yoshaa!!" ucapnya lagi lalu mengakhiri percakapan teleponnya. Chihiro memasukkan kembali ponsel dengan casing berwarna biru dongker itu ke dalam saku hoodienya.

"Hiro?" tanya Kanata yang dibalas anggukan kepala oleh Chihiro.

"Memangnya apa yang dia belikan untukmu sampai wajahmu berbinar seperti itu?" tanya Kanata lagi.

Wajah Chihiro semakin berbinar lagi. "Kau memang tahu segala hal tentangku ya," ujarnya lalu tertawa. Memang benar apa yang ditebak Kanata. Hiro baru saja meneleponnya dan mengatakan bahwa ia membelikannya sekotak pizza. Tentu saja ia senang. Apapun yang berhubungan dengan makanan selalu bisa membuat Chihiro senang. Apalagi Hiro jarang sekali melakukan hal-hal seperti ini. Tentu tidak boleh dilewatkan.

"Itu karena kau selalu mengatakan semua hal padaku," jawab Kanata.

"Benar. Aku hanya terbiasa berbagi semua hal padamu," ujar Chihiro lalu tertawa lagi. Kanata juga tertawa mendengarnya.

***

"Chi-chan, ayolah cepat," seru Kanata di depan Chihiro. Mereka berdua dalam perjalanan pulang dari taman. Keduanya bersepeda dan mengambil jalur sebelah kiri khusus untuk pesepeda. Sementara di sisi sebelahnya kendaraan lain juga berlalu lalang. Chihiro mengayuh sepedanya dengan bermalas-malasan. Matanya juga masih terasa berat karena efek tidak tidur tadi malam. Padahal seharian tadi ia sudah hampir membusuk di kasur. Tapi kenapa matanya masih saja terasa berat. Dan juga, tiba-tiba saja ia merasa pusing. Seperti sehabis berputar-putar. Ia berhenti di tepi jalan. Sementara Kanata sudah berada di depan. Chihiro memegangi kepalanya yang terus saja terasa pusing.

"Kanata-kun!" teriaknya. Kanata menghentikan laju sepedanya kemudian menoleh.

Baru saja ia akan menyuruh Chihiro untuk cepat menyusulnya. Tapi gadis itu malah ambruk terlebih dahulu. Kanata sontak terkejut melihatnya. Pria itu membiarkan sepedanya terjatuh begitu saja kemudian berlari menyusul Chihiro di belakang.

"Astaga, Chi-chan," keluhnya sambil berusaha mengangkat tubuh Chihiro yang tadi jatuh ke tanah. Ia melirik kembali dua sepeda yang sama-sama terjatuh di depannya. Ia berpikir, mau bagaimana pulangnya?

"Selalu saja merepotkan," keluhnya. Beruntung sekitar 500 meter lagi dari sini ada Rumah Sakit. Saat ia mengangkat tubuh Chihiro dalam gendongannya, tiba-tiba ada mobil yang menepi. Si pengemudi keluar dari dalam mobilnya. Oh, kenapa bisa kebetulan sekali.

"Apa yang terjadi?"

***

tbc

Deeper DeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang