#20 - Be With You

429 47 23
                                    

Ini bakal puanjang bangett loh, jadi ati-ati gumoh bacanya :D

And .....

This chapter will be the last, guys ...

So, happy reading :)

***


--2 years later--

Ini adalah puncak dari rasa bosan. Ketika semua hal telah banyak yang berubah dan dirinya masih berada pada tempat yang sama. Bukan berarti ia tak berusaha, namun seringkali usaha yang ia lakukan berakhir pada hasil yang sama. Lamarannya ditolak. Interview-nya gagal. Ia sudah berusaha, tentu saja, tapi lagi-lagi ia gagal.


Kini si bungsu Hiro bersaudara itu tahu bagaimana kejamnya hidup. Ternyata benar apa yang dikatakan Kanata. Hidup tak melulu tentang patah hati dan teman-temannya. Karena sesungguhnya itu hanya bagian kecil dari kehidupan. Kini ia tahu bagaimana rasa sulitnya mencari pekerjaan di tengah banyaknya lulusan sarjana atau bahkan magister yang menjamur di Tokyo. Ia mungkin bukan satu-satunya calon pekerja yang ditolak, hanya saja ini sudah ke-sembilan kalinya ia gagal dalam interview. Ia ingin menyerah saja, tapi rasanya itu tidak etis untuk dilakukan. Kedua orang tuanya memang tidak menekan untuk segera mendapatkan pekerjaan, tapi ia cukup tahu diri untuk membaca keadaan. Ia ingin berbakti pada orang tuanya, menjamin hidup mereka baik-baik saja dan berkecukupan. Meskipun jika dipikir-pikir uang yang diberikan kedua kakaknya itu sudah lebih dari cukup, tetap saja ia juga ingin bekerja. Sebenarnya ia bisa saja menjadi pengangguran dan mengandalkan kedua kakaknya, toh mereka juga sudah memiliki pekerjaan yang menjanjikan. Tapi ia tidak mau selalu dicap merepotkan. Lagipula nanti akan ada saat dimana kedua kakaknya itu memiliki kehidupan masing-masing yang tidak bisa dicampur-adukkan dengan kebutuhannya.


Sudah empat bulan berlalu sejak ia mengenakan toga dan mendapat ijazah yang diimpi-impikannya. Ia mungkin tidak seberuntung Kanata yang lulus dengan predikat cumlaude, karena seperti yang pernah laki-laki itu bilang bahwa nilai akademik Chihiro memang hanya pas-pasan. Ah, ngomong-ngomong soal Kanata, ia jadi merindukannya. Pasti ia sedang sibuk di meja kerjanya, batinnya berseru.


Dan ini memang puncak dari segala rasa bosannya. Bukan perihal lamaran kerjanya yang selalu gagal, tapi juga kesehariannya. Ia hanya merindukan saat-saat dimana ia bisa berkumpul dengan orang-orang tersayangnya. Taka, Hiro, Kanata, dan mungkin teman-temannya yang lain. Ia rindu saat-saat dimana dirinya bertengkar hingga bermusuhan dengan Hiro, lalu melampiaskan kekesalannya pada Taka dan berakhir Kanata yang jadi korban terakhirnya karena harus membelikannya makanan. Ia rindu ocehan-ocehan Hiro di rumah, rindu Taka yang selalu mengusilinya, juga rindu pada Kanata yang selalu bersedia mendengarkan omongan tak pentingnya, mengantar kemana pun ia ingin pergi. Sekarang, tak ada lagi yang bisa ia ajak pergi setiap saat. Karena semuanya sudah memiliki kesibukan dengan pekerjaan masing-masing.


Semenjak setahun terakhir, Taka sudah tidak lagi serumah dengannya. Ia hanya akan berkunjung sebulan sekali atau dua kali. Yah, ia sudah punya apartemen sendiri sekarang, untuk tabungan setelah menikah katanya. Begitupula dengan Hiro, ia lebih sering menginap di studio. Seperti apa yang diinginkannya, ia dan teman-temannya berhasil membentuk sebuah band sekarang. Namun yang paling menyebalkan adalah Kanata. Beberapa hari setelah kelulusannya, ia berangkat ke Osaka. Memulai pekerjaannya disana sekaligus menjaga neneknya, katanya. Ia benci ditinggalkan sendiri seperti ini, meski bukan dalam artian yang sebenarnya. Toh, mereka masih bisa bertukar pesan atau saling menyapa lewat sosial media. Namun bagi Chihiro yang terbiasa selalu bersama ketiganya, ditinggalkan seperti ini sangat menyebalkan. Kemana-mana ia harus sendiri, kemana-mana ia hanya sendiri.

Deeper DeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang