#13 - Toru's Birthday Gift (2)

294 41 8
                                    

9 Desember 2016.

Sebuah syal berwarna merah marun dan beanie berwarna abu-abu dengan beberapa corak warna biru navy dan merah marun sudah ia masukkan ke dalam sebuah kotak berpita berwarna coklat. Lengkap dengan kartu ucapan di dalamnya. Bukan ucapan muluk-muluk, ia hanya menuliskan sebuah ucapan selamat dan doa. Semoga si penerima akan menyukainya. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya keluar dari kamar tidurnya.

"Mau kemana?" tanya Taka saat gadis itu baru saja menutup pintunya. Pria itu baru sampai rumah siang tadi karena ada beberapa urusan di Hokkaido.

"Ah, Onii-chan, kau mengagetkanku," gerutunya.

Taka melirik adiknya yang membawa sebuah kotak berwarna coklat itu. "Apa itu hadiah? Untuk siapa?" tanya Taka penasaran.

"Apa onii-chan lupa? Ini kan hari ulang tahun Toru nii-chan," serunya.

Taka berhenti mengunyah snack kentangnya, sepertinya ada yang keliru. "Maksudmu ulang tahun Toru Yamashita? Toru temanku?"

Chihiro melemaskan bahunya. Kenapa Taka jadi aneh, sih. "Lalu siapa lagi Toru yang kukenal selain dia."

Taka tertawa. "Chi-chan, sepertinya kau salah. Bukankah ulang tahun Toru sudah dua hari yang lalu? Tanggal 7?"

Chihiro mengerjapkan matanya berkali-kali. "Benarkah? Tapi seingatku tanggal 9," jawabnya masih bersikukuh.

"Tidak, Chi-chan. Kau yang keliru, aku bahkan sudah mengucapkannya dua hari yang lalu."

Chihiro menepuk dahinya agak keras. Dasar ceroboh, pelupa. Apa yang bisa dibanggakan darinya, batinnya bersuara.

Taka menepuk pundak adikknya. "Tidak masalah. Kau bisa mengucapkannya sekarang. Tidak penting kapan kau mau mengucapkan selamat ulang tahun padanya, karena yang lebih penting adalah doanya," nasihat Taka dengan nada sok bijaknya. Seperti biasa.

Chihiro mengerucutkan bibirnya, sebal karena sifat pelupanya. "Tapi nanti jadi tidak ada momennya, nii-chan," gerutunya dengan nada sebal.

Taka hanya menganggukkan kepalanya. Adiknya kembali mendramatisir. "Kalau itu sih salahmu sendiri," cibirnya yang membuat Chihiro tambah kesal.

Akhirnya dengan wajah sebal gadis itu tetap berangkat untuk pergi ke rumah Toru. Hingga lima belas menit kemudian ia sampai disana. Chihiro keluar dari taksi sambil membawa kotak berwarna coklat yang berisikan hadiah tadi dan satu kotak lagi yang lebih kecil berisikan kue tart. Meski ia tahu bahwa ulang tahun Toru sudah lewat dua hari yang lalu, ia tetap nekat datang ke rumahnya. Ya, maklumi saja keteledorannya. Terkadang gadis itu memang tidak mampu mengingat hal-hal yang penting.

Chihiro terus berjalan hingga sampai di depan pintu. Dengan tenang ia menekan bel interkom rumah pria itu. Satu kali, dua kali hingga tiga kali. Tapi tetap tak ada yang membuka pintu. Mungkinkah ia tidak ada di rumah? Oh! Dia ingat. Chihiro mengambil ponselnya kemudian menelepon Toru. Tapi bukannya suara Toru, yang ia dengar justru suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang sedang dihubunginya sedang di luar jangkauan. Hah, baiklah, mungkin menunggu disini selama beberapa jam hingga Toru pulang tak jadi masalah. Buktinya selama ini ia menunggu Toru menanggapi perasaannya selama beberapa tahun juga tak masalah. Ah, atau mungkin dirinya saja yang bodoh? Bukan! Ia tidak bodoh, ia hanya seorang pejuang cinta. Begitu batinnya berseru.

Sembari menunggu, Chihiro merapatkan mantel selututnya. Malam ini udara cukup dingin, puing-puing salju bertebaran di jalan. Saling bergesekan di udara tanpa suara. Merasa sudah lelah berdiri, Chihiro mendudukkan dirinya tepat di depan pintu rumah Toru. Ia memeluk lututnya sendiri. Dua kotak yang sedari tadi dipegangnya, kini ia letakkan di sampingnya.

Deeper DeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang