Chapter 13

988 24 0
                                    




Gak tau kenapa pengen cepet-cepet nyelesain cerita ini. Wkwk. Keep vote and comment ya biar tambah greget nulisnya hehe


QUESTION OF THE DAY:
Menurut kalian ending dari cerita ini gimana?



ENJOY YA SEMUANYAAA😘😘😘




-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Dilla POV




"Peje pokoknya gak mau tau." Kata Al yang tiba-tiba memasuki kamarku. Tanpa izin. Kebiasaan.

"Apaan sih lo,"

"Eh kalau gue gak gendong badan lo yang segede bagong itu, lo gak bakalan jadian. Tau?"

"Lah jadi yang nyulik gue waktu itu elo?"

"Iyalah bodoh."

"Lo kali bodoh. Nyulik gue, jahat amat."

"Bodo. Yang penting jadian kan akhirnya?"

"Berisik. Eh btw yang gantiin gue baju siapa?!!!" Baru keinget. Jangan. Bilang. Al. Yang. Gantiin. Baju. Well, dia emang kakak ku sendiri. TAPI MASA IYA DIA GANTIIN GUE BAJU?!

"Zylan."


WHATTT?!!!


"YAAMPUN LO JAHAT BANGET ANJIRR. GUE KAN ADEK LO SENDIRI AL. KENAPA LO BIARIN AJA?!!!"

"Dari pada gue yang gantiin lo baju?" Gak guna lo jadi abang njir.

"Bodoah. Bete. Kesel. Kan yang boleh liat cuma suami gue doanggg!!!!"

"Yang gantiin lo baju itu Zani sayangg,"

"Hah?"

"Iya, Zani. Bukan Zylan. Hahahaha. Muka lo!!"

Anjir emang. Siallll.

"Gak gue kasih peje."

"Eh iya enggak-enggak." HAHAHAHA.

"Ohya, btw lo balik kapan?"

"Seminggu lagi nihh,"

"Yahhh."

"Jangan kangen-kangen gue ya sayanggg."

"Gak akan."

"Hih."

"Bercanda si hee."




---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Dill, gak sekolah?" Kata Al sambil mengguncang-guncang badanku. Ganggu banget emang.

"Sekarang minggu abang tercinta..." Kata ku sambil menutup wajahku dengan selimut.

"SEKARANG HARI SENIN DAN UDAH JAM 6 LEWAT 15!"

"DEMI APA?!" Aku langsung loncat dari tidurku dan berlari ke kamar mandi.


Menyalakan shower dan langsung membasahi badanku.


"Dill.. Buruannn. Zaghi udah nungguin itu dari tadiiiiii!!" Aku mendengar teriakan Al dari luar.

"Iya bentarrr. 5 menit lagiii!!!"


Aku tak mendengar jawaban dari Al.


Setelah selesai mandi aku keluar dari kamar mandi dan berlari kecil ke lemari ku. Dengan buru-buru mencari seragam ku dan memakainya. Selesai memakainya aku langsung mengambil tas ku dan berlari keluar kamar.

"Al, jalan ya. Zaghi mana?"

"Didepan."

Aku berlari kecil menghampiri mobil Zaghi dan memasukinya.

"Udah lama?"

"Lumayan. Ayo buruan."

"Aduh ini udah telat bangettt."

"Ya gimana lagi, besok-besok jangan telat lagi bangunnya."

"Iya bawel."



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Lo tau gak ini jam berapa?! Hah?!" Kata Agnes Albertha. Agnes itu emang menjabat sebagai wakil ketua osis. Dia sedang mendata murid yang telat lebih dari 5 menit. Kalau kalian bertanya kenapa wakil ketua osis disuruh ngedata yang telat dan bahkan ngehukum, silahkan tanya kepada kepala sekolah. Aku juga gak tau kenapa wakil ketua osis yang ditugaskan. Hah. Agnes ini emang dikenal sebagai manusia kejam. Bahkan lebih kejam daripada guru. Sekejam itu. Ya. Aku sudah pernah sekali kena hukumannya. Tahu apa? Bersihin lapangan bola yang abis dipake tanding! Buset dah. Emang udah gak terlalu kotor sih. Tapi masih banyak tissue bekas keringet, botol air mineral bekas jigong orang, handuk kecil yang pastinya untuk keringet, baju yang ketinggalan. Itu udah bisa dibilang bersih belom? Of course not! EUW!!!! Semenjak itu aku bersumpah gak akan mau telat lagi. Tapi aku mengingkari sumpahku sendiri hari ini. Huh, dan ya sekarang aku sedang diinterogasi oleh manusia ini. Ralat. Huh, dan ya sekarang aku sedang diinterogasi oleh setan bahkan iblis yang berwujud manusia ini.


"Kan gue udah bilang sorry. Tadi macet. Elah." Kata Zaghi yang dari tadi udah adu bacot sama ini setan berwujud manusia.

"Yayayaya. Sebagai hukuman, eum..."


PLEASE JANGAN SURUH BERSIHIN LAPANGAN BOLA LAGI PLEASE.


Kemaren lapangan bola abis dipake buat latihan. Gilaaaaaaa.


"Eum,, lo gak boleh ikutan pelajaran hari ini. It means,"

"Kita pulang?" Its better than bersih-besih lapangan. Bahkan ini menyenangkan!

"Okay." Kata Zaghi sambil menarikku kedalam gedung sekolah. Heh? Bukannya disuruh pulang?

"WOI GUE SURUH LO GAK IKUTAN PELAJARAN BUKANNYA IKUTAN PELAJARAN!" Kata Agnes setengah berteriak pada kami yang sudah menjauh.


"Gue gak mau kekelas."


"Jadi? Kemana?" Kataku.

"Rooftop."

"Ngapain?"

"Dari pada pulang kan? Males pulang."

"Yaudah."


Aku mengikuti nya dari belakang. Kami berjalan menaiki tangga dan akhirnya sampai di rooftop.

"Kamu pake cincinnya?" Kata Zaghi.

"Cincin apa?"

"Ya yang kemaren aku kasih lah. Apa Putra juga ngasih kamu cincin? Hahaha." Apa dia tau tentang siapa sebenarnya Putra? Okesip.

"Ih kamu apaansih! Iya nih! Aku pake nih!" Kataku sambil menunjukkan jari manis ku yang sudah dihiasi oleh cincin manis yang kemaren diberikan oleh Zaghi.

"Hm," udah? Tanggepannya itu? Doang? Hih.


Aku tak menjawabnya. Dia juga gak bikin topik pembicaraan. Kenapa jadi canggung.


"Jalan aja yuk?"

"Kemana?" Jawabku. Kayaknya dari tadi dia bengong itu karna mikir pengen kemana. Haha.

"Pantai?"

"Iya, pantai."

"Males ah Zag, lagi gak mood."

"Oh yaudah, ayo ikut aku. Aku punya tempat yang bikin mood berubah 180 derajat."

"Oh ya?"

"Iya!" Zaghi menarik tangan ku menuruni tangga dan berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir di lapangan.

"Kemana Zag?"

"Coba tebak,"

"Mall?"

"Ah basi mall mah."

"Toko buku?"

"Bukan."

"Game centre?"

"Enggak, hahaha."

"Daerah mana?"

"Tebak coba,"

"Ih sok-sok rahasia-rahasian ah,"

"Udah ikut aja. Kamu tidur dulu aja kalau mau, nanti kalau udah sampe aku bangunin."

"Emang jauh?"

"Kalau macet ya lumayan lama."

"Berapa jam?"

"3 jam-an." Bandung?

"Bandung ya?"

"Nah!"

"Oh kamu mau ngajak aku ke tempat rekreasi ya?"

"Enggak. Bawel nih."

"...."

"Udah tidur aja. Nanti aku bangunin." Kata Zaghi sambil mengacak rambutku. Tapi aku tak menolaknya sama sekali.

"Gak ah, gak bisa tidur." Kataku sambil mengeluarkan handphone ku. Gak ada pesan masuk sama sekali. Handphone emang udah biasa sepi kayak gini. Nasib jones. Eh udah gak jones lagi ya. HEHEHEHEHEHEHEH.

Aku memilih untuk menyalakan musik. Aku memilah-milih musik yang akhir-akhir ini aku suka dengarkan.


Dengan refleks jariku memilih lagi I Won't Give Up nya Jason Mraz. Aku membiarkan lagu ini menemani perjalanan kami.


"Cie i won't give up."

"Apaan sih." Jujur aja aku mulai suka dan mendownload lagu ini semenjak Zaghi nembak itu. Oh my god jadi keinget kan. Aaaaaaa!!! suka ngefly sendiri kalau inget yang itu. Serasa jadi manusia ter ter ter ter ter paling paling paling paling paling beruntung.


"I won't give up on us," aku bernyanyi mengikuti irama.

"Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up." Kata Zaghi yang ikut-ikutan bernyanyi.


"Cie jadi suka lagu ini." Kata Zaghi yang sukses ngebuat pipi memanas.

"Ya emang kenapa?"

"Santai sih," Santai. Pantai. S nya diganti jadi P. Hahaha. Apaan sih(?)

"Hahahahaha."

"Eh kamu hari ini latihan?"

"Iya."

"Jam berapa?"

"Kayak biasa. Jam 4."

"Udahlah bolos dulu. Please?"

"Kenapa emangnya?"

"Gak apa-apa. Kita main-main aja. Kemana kek gitu,"

"Bentar lagi tanding tau!"

"Kapan?"

"Abis final test."

"Eh emangnya kita final test kapan?"

"2 minggu lagi."

"Masih lama,"

"Tapi kan tetep aja harus latihan Zaghii."

"Yayayaya."

"Kamu masih ikutan basket?"

"Masih tapi kalau ada lomba gak ikutan. Bentar lagi un."

"Un kapan emangnya?"

"Kan ujian praktek dulu, abis ujian praktek baru final test. Abis final test itu ujian sekolah terus ujian praktek lagi baru deh Un."

"Kok ujian prakteknya ada dua?"

"Taudeh."



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Aku melihat papan yang bertuliskan 'Anak Bangsa👭👬' dan Zaghi memarkirkan mobilnya di parkiran yang memang khusus untuk pengunjung Anak Bangsa ini. Tempat apa ini sebenarnya? Aku tidak membaca lebih banyak lagi tadi dipapan.


Zaghi menarikku kearah anak-anak yang sedang asik bermain di taman bermain ini. Tanpa hitungan detik mereka menyadari kehadiran kami dan mereka menyambutnya dengan senang. Mereka lari ke arah Zaghi sambil teriak 'Bang Zaghiiiiii' dan memeluknya. Zaghi juga memeluk balik dan membuat perbincangan kecil terhadap anak-anak itu. Semacam Zaghi tuh bener-bener dikangenin dan disayangin sama mereka. Gak tau kenapa suka aja kalau ngeliat cowok apalagi dia pacar kita main sama anak-anak. Keliatannya tuh sifat ke-ayah-annya tuh ada gitu. Ergh.


Aku tersenyum melihat pemandangan yang seharusnya diabadikan ini. Tapi handphone ku entah ada dimana. Padahal seingat ku tadi udah ada didalem tas. Sial. Gak tepat banget waktu ngilangnya. Jujur aja sebenernya aku suka anak kecil. Bener bener kecil(?). Pengen sih punya adek. Tapi maunya adek itu gak gede-gede. Jadi unyu nya gak ngilang-ngilang. Gak bakalan bandel juga jadinya gak pusing. Bayangin aja kalau anak kecil udah gede. Mereka pastinya bisa jalan, lari, main sana-sini, aduh bikin pusing. Intinya aku tuh pengen punya adek yang umurnya stuck sampe 2 tahun aja. Gak bisa jalan. Unyu maksimal. Gak pernah nangis. Kalau ada adek yang kayak gitu, dia bakalan jadi bayi yang paling aku sayangi di dunia. Oke bye.


Hingga akhirnya mereka -para bocah- menyadari kehadiranku. "Bang Zaghi," kata seorang anak perempuan yang ada di gendongan Zaghi. Kira-kira umurnya 4 tahunan. Sumpah lucu banget. Yang ngegendong juga. EH. Yaudahlah ya. Udah resmi pacaran ini(?)

"Ya?" Kata Zaghi menanggapinya sambil menatap bocah itu.

"Itu siapa?" Katanya sambil melirik ku. Dia sedikit berbisik tetapi aku tetap bisa mendengarnya. Hah unyu banged.

"Itu kak Dilla, sayang. Kenapa?"

Anak-anak lainnya juga sedang menatap ku. Tatapan itu kau diartiin semacam oh-dia-Dilla. Tapi sumpah anak-anak ini lucu semua.

"Kak Dilla ini pasti pacarnya bang Zaghi ya?" Kata salah satu bocah yang sedang berdiri disampingku. Aku tak menjawabnya. Biar Zaghi aja yang jawab.

"Soalnya bang Zaghi pernah janji sama kita, kalau punya pacar mau dibawa kesini. Iya kan bang?" Kata bocah lainnya. Okay for your info. Anak-anak disini bisa dibilang lebih dari 10 anak. Anaknya siapa coba. Nyokap nya subur banget sampe punya anak sebanyak ini.

"Iya. Ini pacar abang," kata Zaghi sambil melirikku dan tersenyum.

"Cieeeee." Gila anak seumuran kayak mereka gini udah ngerti pacaran.

"Eh ada Zaghi, apa kabar Zag?" Kata seseorang yang seperti nya ibu dari semua anak ini. Aku menoleh dan mendapatkan ibu itu sedang berjalan mendekat. Iya tersenyum padaku dan Zaghi. Aku membalas senyumannya.

"Baik bu, ibu gimana? Sehat?" Kata Zaghi sambil mencium punggung telapak tangan ibu itu.

"Sehat, alhamdulillah. Ini siapa Zag?" Kata ibu itu sambil tersenyum lagi kepadaku.

"Oh kenalin bu, ini Dilla."

"Oh Dilla.."

"Iya bu," kataku sambil tersenyum lalu mencium punggung telapak tangan ibu ini.

"Cantik kamu nak,"

"Iya bu makasih, hehe."

"Yaudah, ibu tinggal kedalem dulu ya."

"Iya bu,"

Aku langsung melirik Zaghi penuh tanya. Zaghi hanya tersenyum padaku. Entahlah artinya apa.

"Ibu tadi siapa?"

"Yang punya yayasan ini."

"Yayasan?"

"Ini panti asuhan. Tadi gak baca di papan depan?"

"Cuma baca tulisan Anak bangsa nya doang." gak heran kalau ini ternyata panti asuhan. Gak kebayang kalau ibu tadi itu ternyata mama dari semua anak ini.

Aku berjalan ke anak kecil yang tadi digendong Zaghi. Oke dia membuat ku terpesona(?) no no no. Dia lucu banget. Rasanya mau nyulik, bawa ke jakarta.

"Hai sayang," aku duduk disebelahnya dan melihat sesuatu yang sedang ia tulis.

"Hai kak,"

"Kamu lagi apa sayang?"

"Lagi gambar kak."

"Lagi gambar apa?" Kataku sambil mengusap kepala anak ini. Unyu to the max.

"Gak tau ini siapa, aku asal gambar aja. Eh enggak deh, aku baru tau ini siapa."

"Siapa?" Aku melihat gambarannya itu. Disana ada satu wanita yang berdiri di kanan dan ada satu pria yang sedang berdiri di kiri. Ada dua bocah perempuan yang sedang berdiri di tengah-tengah wanita dan pria itu.

"Yang ini aku," kata anak ini sambil menulis tulisan 'Hazelyn.' dibawah gambar anak yang ia tunjuk. Tulisannya masih belom bener. Berantakan. Hahaha. Sepertinya anak ini bernama Hazelyn. Bagus juga namanya.

"Yang ini adek aku," kata Hazelyn sambil menulis tulisan 'Hazelina.' di bawah gambar anak yang ia tunjuk. Hazelyn punya adek ya ternyata? Hm. Tapi yang mana ya?

"Yang ini kakak," loh? Aku kira dia bakal ngegambar keluarga bahagia. Ternyata aku yang ada disana. Hazelyn menulis 'kak Dilla.' di bawah gambar wanita yang ia bilang bahwa itu adalah aku.

"Nah, kalau yang ini bang Zaghi." Oh i get it. Jadi ceritanya aku, Hazelyn, Hazelina, dan Zaghi yang ada di gambar itu. How cute. Ia menulis tulisan 'bang Zaghi' di bawah gambar pria yang ia bilang kalau itu adalah Zaghi.

"Bagus banget gambar kamu," kataku sambil memindahkan badan Hazelyn ke dalam pangkuanku.

"Makasih kak, kakak juga cantik banget."

"Oh iya, Elyn punya adek ya?

"Punya kak."

"Namanya siapa?"

"Hazelina kak,"

"Nama kalian lucu yaa. Hazelina mana?"

Anak ini malah memelukku. Ia tak menjawab apapun.

"Elyn?"

"Aku kangen mereka kak,"

"Siapa sayang?"

"Mama, papa, Lina. Aku kangen mereka kak," aku merasakan bahu ku menghangat. Baju ku dibagian bahu membasah. Anak ini menangis. Segitu rindunya kah anak ini kepada keluarganya? Kemana mereka?

"Mereka kemana sayang?"

"Kata bu Elen, mereka pindah ke surga, terus gak mau balik ke Bandung lagi kakk." Kata Hazelyn sambil sesegukan. I get it now. Jadi anak ini gak punya keluarga. Keluarganya meninggal entah sebabnya apa.

"Mereka pindah ke surga karna ada urusan sayang, kalau kamu kangen sama mereka, doa aja sama Allah biar mereka tetep sehat, tetep sayang sama Hazelyn, tetep disayang juga sama Allah." Kata ku. Kenapa jadi terharu gini. Hft.

"Gitu ya kak? Iya deh nanti aku doa sama Allah," kata Hazelyn sambil melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Anak kecil aja udah punya masalah. Yaampun,

"Kakk. Ayo mainn. Udah ditungguin semuanyaa."

Kata bocah lainnya yang sedang berlari menghampiri ku.

"Main apa?"

"Udah ayoooo." Katanya sambil menarikku. Aku menurunkan Elyn dari pangkuanku dan menarik nya.

"Main apa emangnya?" Kataku. Telapak tangan kanan ku ditarik oleh anak yang belum kukenal. Telapak tangan kiriku menarik Elyn yang matanya masih memerah tapi senyum tetap ada di wajahnya. Anak kecil aja bisa. Masa kamu kamu kamu kamu yang ada disana gak bisa.(?)


"Dulu, kak Zaghi pernah janji sama kita kalau punya pacar, pacarnya akan diajak kesini terus kita main deh sama pacarnya." Sebelumnya Zaghi gak pernah pacaran?


Aku, bocah tak dikenal, dan Hazelyn sudah sampai di taman dan ternyata memang udah pada nunggu.

"Jadi kita mau main apa?" Kata ku.

"Main mama-mama-an kakkk." Kata beberapa anak menjawab pertanyaanku.

"Hah eh?" Aku melirik Zaghi. Dia sedang duduk dan mengobrol dengan bocah lelaki. Sepertinya mereka sedang bermain perang-perangan. Tapi yang perang mainan(?) yaudahlah ya gak penting.

"Dulu bang Zaghi pernah janji kita akan main mama-mama-an kalau ada pacarnya. Nanti yang jadi papanya bang Zaghi. Yang jadi mamanya kak Dilla. Kita jadi anak-anak nya."

"Wah berarti kakak punya banyak anak dong? Hahahaha."

"Iya kakk!!"

"Yaudah kita mulai ya permainannyaa!! Aku mau main sama mamaaa!!" Kata anak lainnya sambil berlari kearah ku. Dan disusul anak-anak lainnya sedangkan Hazelyn masih berdiri disampingku sambil menggenggam telapak tanganku.

Ada juga anak-anak yang berlari ke Zaghi. Tapi lebih banyak yang berlari kearah ku untuk bermain dengan ku. Ternyata gini ya jadi seorang ibu itu. Repot sama anak-anaknya.


"Mama, mama umurnya berapa?"

"16 tahun sayang. Kenapa?"

"Gak kenapa-kenapa kok ma," sumpah ini sebenernya mau ngakak pada manggil aku pake 'mama' hahahaha.

"Ma, gambarin rumah dong maaa," kata anak lainnya sambil menyodorkan kertas hvs dan pensil. Aku mengambilnya dan menuruti kemauannya. Membuat rumah. Hft udah lama banget gak gambar rumah. Terakhir kali mungkin sd. Udah lama banget? Iya ahhahaha. Jadi kangen masa-masa kecil.

"Ma, foto-foto yuk maaa. Tapi aku gak punya kameraa," kata anak lainnya. Yaampun lucu banget haha.

"Ih kamu kerjaannya foto-foto mulu deh Ren!" Kata anak lainnya. Oke dari tadi aku emang gak nanyain nama mereka. Lagian juga percuma. Sebanyak ini gak mungkin aku ingat.

"Yaudah gak apa-apa kok sayang, pake handphone ma.... Pake handphone aku aja." Aneh banget mau nyebut diri sendiri pake 'mama' hahahaha. Please.

Aku merogoh tas ku untuk yang kedua kalinya. Mana sih tuh handphone. Nah ini dia. Keselip buku coba ternyata, haha. Eh? Ada fisheye? Kayaknya aku gak pernah nyimpen fisheye disini. Yaudahlah ya. Tuhan emang lagi baik, jadi gampang kan fotonya.

"Ayo semuanya senyum yaaa."

Tak ada yang menyahut. Mungkin pada sibuk bikin senyum terimoet. Ahahahaha.


CLICK!!


"Lagi kak lagi!!" Kata anak yang tadi protes karna temannya minta foto.

"Ih kamu tadi gak mau foto! Tapi mau lagi!" Astaga lucu banget. Jadi inget waktu kecil. Berantem cuma gara-gara hal sepele. Haha.

"Iya lagi ya, lagi."


CLICK!


Aku melihat hasilnya. Bagus. Aku menswipe untuk melihat foto yang kedua. Loh ada Zaghi? Aku menoleh dan mendapatkan Zaghi yang sudah duduk disampingku.

"Cie udah akrab aja,"

"Merekanya lucu sih, hahaha."

"Iya mereka emang lucu."

"Ma, aku laperrr." Kata anak yang tadi minta foto. Banyak maunya juga ternyata bocah ini. Hahaha.

"Iya, bentar ya mama masak dulu." Kataku sambil beranjak dari duduk dan hendak berjalan ke ibu yang tadi itu. Kebetulan emang dianya lagi nyiram tanaman.

Tapi Zaghi mala menahan lenganku. Aku menoleh.

"Emang nya bisa masak?" Errrr,

"Bisa," dicoba dulu deh. Kemaren kan si Al sempet ngajarin cara bikin nasi goreng. Gak masalah kali ya cuma masakin nasi goreng doang.

Zaghi tersenyum dan melepaskan genggamannya. Aku kembali berjalan ke ibu yang tadi itu. Masih belom tau juga namanya duh.

"Bu,"

"Eh iya kenapa Dill?"

"Itu anak-anak pada mau makan, daput dimana ya bu?"

"Oh biar ibu aja yang masak, kamu balik aja."

"Gak apa-apa bu. Kan sekali-kali masakin buat mereka, hehe."

"Yaudah, ayo ikut ibu." Kata ibu itu sambil berjalan memasuki rumah dan aku hanya mengikutinya saja.

"Ini dapurnya, kalau butuh bantuan, bilang ibu aja ya."

"Oh iya bu, makasih." Kataku sambil tersenyum padanya. Baik banget ya ibu ini pantesan aja anak-anak pada betah.

Aku mengambil nasi, kecap, mentega, cabai dan bahan-bahan lainnya.

Aku mulai menyalakan kompor dan memanaskan mentega. Lalu aku memasukkan bumbu-bumbu dan cabai merah. Setelah itu aku langsung memasukkan nasi, ayam dan udang, aku mengaduk-aduk apa yang sudah ada di atas kompor hingga rata. Setelah selesai mengaduknya aku mematikan kompor dan mengambil piring besar untuk menaruh masakkanku ini. Semoga berhasil. Aku mencobanya dan pas. Tinggal nunggu tanggepan dari pemilik lidah diluar sana.

Aku membawa piring yang sudah penuh dengan nasi goreng ke meja makan. Aku berjalan ke luar rumah dan menghampiri anak-anak yang ada di taman.

"Ayo makan, makanannya udah siappp." Tanpa hitungan menit anak-anak langsung berlari ke dalam rumah. Pastinya untuk menghampiri meja makan. Apa lagi? Muka mereka emang keliatan muka-muka lagi laper. Hahaha.

"Masak apa Dill?"

Aku menoleh dan ternyata Zaghi udah disampingku. Kami sedang berjalan ke meja makan.

"Nasi goreng,"

"Enak gak?"

"Coba aja."



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Ih mama masakan nya enakkk!!! Dari pada masakannya bu Elen enakan masakan mamaaaa!!!" Kata satu anak yang sudah menghabiskan makanan yang ada dipiringnya.

"Iyaaa!!! Bener tuhh!!!"

"Iya iya!! Mama besok masakin kita lagi yaaa!!"

"Yah besok aku belom tentu ke sinii,"

"Yahhh," raut wajah mereka langsung memelas. Segitunya. Hahahaha. Lucu banget.

"Yaudah deh, sekarang udah sore. Papa sama mama harus pulang." PAPA DAN MAMA OMG OMG HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHA.

"Yah, nanti aja pa pulangnyaaaa."

"Nanti mama diomelin sama abangnya, kalian mau tanggung? Heh?"

"Emang abangnya kak Dilla galak ya bang?" HAHAHAHA. Al dibilang galak. Hahaha.

"Kalau abangnya marah sama mama kan itu tandanya dia sayang mama," kata Zaghi lagi.

"Oh gitu ya pa, kalau papa? Papa sayang gak sama mama?" Astaga anak ini...............

"Ya sayang lah, masa enggak. Yaudah, papa sama mama pulang dulu yaaa."

"Nanti kesini lagi ya maa, paaa,"

"Iya sayangg." Kata Zaghi sambil menggandengku berjalan ke parkiran.

"Bu, kita pulang dulu ya," kataku sambil menyalimi punggung tangan ibu ini. Okay. Kayaknya ibu ini bernama Elen. Soalnya tadi ada yang bilang 'daripada masakannya bu Elen.' Kan pengasuh mereka cuma ibu ini. Atau ada lagi? Entahlah.

"Iya, hati-hati ya sayang. Kalau ada waktu luang, kesini aja ya."

"Iya bu, permisi."


Zaghi membukakan pintu untukku dan aku memasuki mobilnya. Zaghi berjalan ke arah pintu pengemudi dan membuka pintunya.

Aku membuka jendela mobil yang ada disampingku dan melambaikan tangan kepada anak-anak.

"Kak, nanti kesini lagi yaaa." Kata Hazelyn setengah berteriak kepada ku.

Aku menjawabnya dengan anggukan kecil.

Setelah mobil Zaghi ini dilajukan ke luar yayasan ini aku menutup jendela nya.

"Kamu suka anak kecil ya ternyata," kata Zaghi.

"Iya, haha. Kamu sejak kapan suka kesitu?"

"Udah lama. Dari aku sd mungkin."

"Wah udah lama juga ya,"

"Iya,"

"Kamu tau Hazelyn?"

"Iya tau. Kenapa?"

"Enggak kesian aja sama dia,"

"Dia cerita sama kamu?"

"Iya,"

"Padahal dia biasanya tuh dingin sama orang baru. Tapi sama kamu malah kebuka gitu, aneh banget."

"Iyakah?"

"Iya. Emang dia ceritanya kayak gimana?"

"Iya, jadi tadi kan aku nyamperin dia. Kebetulan dianya lagi gambar. Nah terus aku tanya lagi gambar apa, dia jawab gak tau lagi gambar apa, eh terus dia bilang lagi kalau dia baru tau dia lagi gambar apa. Aku tanya aja lagi gambar apa, yang ada dipikiran aku tuh dia gambar ibu, dua anak, papa. Dan ternyata enggak. Dia bilang dia gambar aku, kamu, dia, sama adeknya,"

"Terus?"

"Aku tanya aja 'kamu punga adek?' Dia jawab iya. Terus aku tanya namanya, kalau gak salah Hazelina ya. Nah aku tanya Hazelina itu ada dimana. Eh dia malah meluk aku. Tiba-tiba nangis gitu dipelukan aku."

"Lah?"

"Nah yang aku gak abis pikir itu dia ngomong 'aku kangen mereka' aku tanya aja siapa. Dia jawab yang dia kangenin itu papa, mama, adeknya. Aku tanya aja mereka kemana, eh dia jawab 'kata bu Elen, papa, mama, Hazelina pergi ke surga terus gak balik balik lagi karna banyak urusan' pokoknya intinya kayak gitu deh. Terus aku kasih tau dia aja untuk terus doa. Kesian banget ya dia," kataku panjang lebar.


Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Aku meliriknya dan ternyata Zani menelponku.

"Halo?"

"Kenapa Zan?"

"TADI KENAPA GAK MASUK SEKOLAH?"

"Santai cinta. Tadi telat dan gak boleh ikutan pelajaran sama teman tercinta kita, Agnes."

"Gila. Sekarang lo dimana?"

"Bandung."

"HAH?! NGAPAIN?!"

"Abis dari yayasan,"

"Yayasan mana?"

"Anak bangsa."

"LO KOK GAK BILANG?! AAAAA MAU IKUTTTTT."

"Tadi juga mendadak Zaghi ngajak nya."

"Abis final test nginep disana yukk."

"Liat nanti aja ya,"

"Yaudah deh ya Dill, bye."

"Bye." Aku langsung memutuskan sambungan telponnya.


"Siapa?"

"Zani."

"Kenapa dia?"

"Nanya ada dimana,"

"Oh, kamu latihan jam 4 kan ya?"

"Iyaa, kenapa?"

"Udah jam 3.30"

"Yaudah gak apa-apa."

"Okay,"



------------------------------------------------------


"Ada bocah terunyu gak menurut lo? Hahaha." Kata Zani. Yap sekarang aku ada dikamarnya.

"Disana surganya bocah unyu,"

"Emang. Apalagi ada tuh yang namanya Hazelyn. Gila itu anak lucu banget," pas. Sehati emang kita Zan, lafya.

"Iya Hazelyn yang paling unyu. Tapi lo tau cerita tentang dia gak?"

"Tau tau. Kesian banget emang,"

"Iya. Masih kecil aja nasib nya udah begitu ya,"

"Iya. Eh tadi diajak main dong sama anak-anak? Hehe."

"Ah iya,"

"Seru?"

"Seru-seru."

"Main apaan?"

"Mama-mama-an. Gue jadi flashback waktu masih kecil gitu, yaampun hahaha."

"Pasti yang jadi mamanya lo dan yang jadi papanya Zaghi."

"Kok tau? Hih."

"How cutee. Iya waktu itu gue sekeluarga lagi kesana, terus ada anak yang nanya ke Zaghi dia udah punya pacar atau belum, Zaghi bilang belum, terus kata anak itu kalau udah punya pacar harus dibawa kesana, Zaghi ngeiyain. Eh ada anak lainnya lagi bilang 'kalau pacarnya bang Zaghi dateng kita main mama-mama-an yaaaa.' Anak-anak lainnya teriak-teriak iya-iya gitu lah. Zaghi nya janji deh,"

"Lagian berani-beraninya janji sama anak kecil. Kalau janji sama anak kecil tuh emang pasti ditagih-in."

"Tapi seneng kann, hahaha."

"Yayayaya. Terserahlo."

"Lo disuruh masak gak sama mereka? Gue pernah tuh ada yang minta makan ke gue. Dan seperti yang lo tau gue gak bisa masak, jadinya delivery order deh. Anak-anak tuh ya bener-bener."

"Hahaha. Iya gue juga disuruh masak, untungnya Al sempet ngajarin gue cara masak nasi goreng. Berhasil sih hahaha."

"Wih masakin gue kali,"

"Kalau buat lo gue tambahin racun,"

"Anjir"

"Hahahahahah"



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Maaf kependekan yakkk. Maaf juga gak ada yang wah di chapter ini-_- yaudahlahya. BTW THANKS FOR VOTE💝💝😘😘 makasih banget yang udah nge vote, dijawab juga ya question of the day nya. Sepi banget itu yang jawab huhu.



Baca juga cerita baru ku judulnya Truth or Dare. Vote and comment! Thanks yaaapp😘

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang