Chapter 8

1.2K 28 2
                                    

Haiii ketemu lagi di chapter 8!!

Enjoy yaaa💝

--------------------------------------------------------------------------------------------

Dilla POV

"Ya, kalian boleh keluar ruangan. Kertas jawaban dan kertas soal tetap di letakkan di meja."

Gila. Susah banget ulangan. Guru yang ngawas guru killer banget lagi. Lirik samping dikit juga udah kesebut nama kita. Tadi aja aku ks -kerja sama- dengan Zani. Nengok dikit aja tiba tiba nama kesebut. Gila kali nih guru. Matanya tajem bener. Aku dan Zani emang udah biasa ks kalau pelajarannya susah banget. Tapi tergantung gurunya juga sih.

Kalau guru pemales yang ngawasnya sambil ngorok ya santai aja ks nya. Kadang ada yang sampe kelas berisik pun dianya biasa aja, bestie ini sih. Guru tercinta. Gak akan dilupain sampe lulus nanti, muah.

Kalau guru yang ngawasnya termasuk guru yang asik, suka bercanda gak jelas gitulah sama muridnya, biasanya aku dan Zani memulai ks saat guru ini sedang asik ngelawak atau ketawa ketawa gak jelas. Jujur aja jarak mejaku dan Zani lumayan jauh. Tapi jarak tak dapat membatalkan rencana ks kami yang telah kami rencanakan sebelumnya. Oke bahasa gue menjijikan.

Kalau guru killer, aku dan Zani bisa memulai ks kita hanya saat dia ketoilet. Itupun kalau dianya ketoilet, kalau enggak? Ya mau gak mau 'cap-cip-cup'. Cara paling jitu. Kalau bener ya lagi hoki, kalau salah ya nasib lo lagi jelek. Dan gue saranin jangan memulai ks disaat guru sial ini keliling kelas. Itu membahayakan hidup lo. Taruhannya nyawa lo! Nyawa! Oke lebay banget, bye.

Oke sebenernya tiga paragraf diatas ini tips buat para cheaters. Okegak penting. Tapi mungkin aja penting kan? Okay lah. Tapi bukan berarti gue bener bener suka nyontek ya, gini gini masuk 3 besar mulu. Sombong? Enggak kok enggak. DAN BUKAN KARNA NYONTEK. Kalau ada yang nyontek paling beberapa pelajaran aja sih. Iya. Hahahaha.

"Dil, pulang sama siapa?" Kata Zani yang sudah ada disamping ku sejak tadi.

"Telpon Al aja lah."

"Okay, gue duluan ya ke parkiran."

"Sip. Byee." Aku duduk di kursi yang ada di lorong kelas 11. Masih lumayan ramai. Pasti lagi pada ngomongin soal tadi. Pasti salah satu dari kumpulan kumpulan itu semua ada yang ngomong 'eh tadi nomor ..... Lo jawaban nya apa?' Atau 'eh anjrit tadi susah banget.' Atau 'lo tadi bisa atau enggak?' Atau 'tadi yang ngasal ada berapa nomor?' Atau juga 'lo banyakan ngasalnya atau bisanya?' Dan masih banyak lagi. Sotoy banget gue. Tapi pasti ada yang ngomong kayak gitu kok. Kenapa bisa tau? Pas smp hal ini selalu aku dan teman temanku lakukan setelah ulangan. Pasti.

Aku mengalihkan pandanganku dari para manusia yang gak pede sama jawaban sendiri. Tapi aku termasuk yang gak pede sama jawaban sendiri bukan sih? Nyontek termasuk gak pede sama jawaban sendiri bukan? Semoga aja bukan.

Aku mengeluarkan handphoneku dari tas dan mencari nomor Al.

Setelah mencari nomor Al aku menekan tombol call.

"Hallo? Kenapa Dill?"

"Jemputt."

"Gue lagi reunian sama temen smp,"

"Yaudah gue dijemput supir aja lah."

"Supir pulang kampung sampe bulan depan."

"Anjrit lama amattt."

"Iya. Jadi lo bareng siapa?"

"Cari taxi aja lahh."

"Okay,"

Aku langsung memutuskan sambungan telponku dengan Al dan mencari nomor Zani. Tak lama aku menemukannya dan menekan tombol call.

"Hallo?"

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang