Chapter 17

858 37 8
                                    

Dilla POV

"Halo Salva? Lo besok kerumah Dilla jam 7 ya. Kita berangkat ke bandara sekitar jam 7.30-an."

"Okay."

"Lo yakin gak ada yang ketinggalan?" Kata Zani. Malam ini Zani menginap dirumahku. Sekarang ia sedang membantuku mempacking barang untuk ku bawa besok ke Singapore. Ya sesuai plan mendadak Zaghi itu. Besok aku, Zani, Zaghi, Zylan akan terbang ke Singapore. Dan jangan lupa, SALVA IKUTT!! Yeay!

Aku kembali mencheck barang-barang bawaan ku.

"Lo bawa powerbank dong Zan, powerbank gue rusakk." Kataku.

"Iya udah kok, tapi chargeranlo juga soalnya kan 4s beda chargernya sama 5."

"Pastinyalah gue bawa chargeran. Udah nih kayaknya,"

"Hm kay. Eh itu si Al gak mau diajak aja? Lebih rame kan lebih seruu." Kata Zani. Kemarin aku sudah menghubungi Al untuk menanyakan apakah dia ingin ikut liburan kami atau enggak, tapi sayangnya dia udah ada plan ke London bareng temen-temennya. Sebelumnya juga Al sempat mengajak ke London, hanya berdua. Bukan karna takut atau apa, entahlah apa yang membuatku menolak ajakan itu. Sebenarnya kalau aku menolak ajakan Al dengan alasan takut juga gak masuk akal karna di sana aku memiliki penthouse, di London juga ada cabang butik mama jadi karyawannya bisa menemaniku. Bodoh sekali kan aku menolak ajakan itu? Hm ya aku akui.

"Holiday ini dia mau ke London,"

"Kalau tau gitu kenapa kita gak ke London juga aja ya.. Singapore bosen gue,"

"NAH!"

"Udah nanti aja pas liburan tahun depan, haha."

"Fix ya? Okayy."

Tiba-tiba iphone milik Zani berdering. Zani meraihnya dan melirikku.

"Siapa?"

"Leo."

"Angkat dong?"

"Males ah,"

"Yah kenapa? Angkatttttttt."

Zani menggeleng. Ya kemaren ia sempet menceritakan masalahnya dengan Leo kepada ku. Masalah sepele. Hanya karna Leo jalan sama temen lamanya yang katanya mantan Leo. Hm ya itu bukan masalah sepele. Aku pun juga akan marah dengan Zaghi jika ia melakukan itu.

"OKAY." Kata Zani sambil menerima telpon dari Leo lalu ia men-loudspeaker kan sambungan telponnya itu. Entahlah untuk apa akupin tak memintanya. Hah

"Hallo?" Kata Leo lewat telpon.

"Iya." Kata Zani. Zani tuh emang kalau lagi marah jutek begini.

"Kamu dimana? Aku didepan rumah kamu," kata Leo. Zani langsung melotot kearah ku. Mulutnya terbuka dan mengucapkan jawab-apaan tanpa suara. Aku hanya mengernyitkan dahi ku.

"Mau ngapain?"

"Keluar dulu aja, aku mau ketemu," kata Leo lagi.

"Gue lagi gak dirumah." Kata Zani dengan kata gue nya itu. Sumpah ini Zani marah banget kayaknya. Tapi emang sih waktu dia ceritain tuh sambil nangis-nangis gitu.

"Kamu masih marah ya?" Kata Leo. Aku melirik Zani yang masih membisu. Ia tak menjawab pertanyaan Leo sama sekali. Matanya mulai memerah. Ya inilah Zani. Kalau dia punya masalah atau ada sesuatu yang bikin dia kesel, terus ada yang nanya-nanya tentang masalah itu, pasti dia malah makin pengen nangis karna teringat masalah itu lagi.

"...Zan.." Kata Leo dengan nada memohon.

Zani masih diam. Bulir-bulir air dari matanya sebentar lagi akan keluar. Tapi aku masih melihat Zani menahan air matanya itu. Zani menggigit bibir bawahnya itu.

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang