15. Rumah Pohon KinNuts

26K 2.2K 185
                                    

18 Juni

Hmm, gue rada malu sih nyeritain ini. Karna, hari ini gue nepatin janji gue. Janji yang gue ucapin waktu itu. Gue ngungkapin perasaan gue hari ini...

***

(Namakamu) memetik gitarnya dengan pelan. Memainkan melodi lagu yang akan ia nyanyikan di pensi hari ini. Beberapa kali, (namakamu) terlihat tersenyum ketika menyanyikan bait demi bait lagu yang sudah ia persiapkan.

"Serius amat latihannya..."

(Namakamu) menengadahkan kepalanya dan mendapati Ari yang baru saja menarik kursi untuk duduk di hadapan (namakamu). Seketika itu pula, ekspresi wajah (namakamu) yang semula ceria, berubah muram. Ia benar-benar tidak suka ada Ari di hadapannya.

"Kenapa sih? Selalu nggak enak gitu mukanya kalo ketemu gue, masih marah sama gue?" tanya Ari.

(Namakamu) menghela napas. "Males jawabnya, udah berapa kali di jawab masih nanya aja," jawab (namakamu) datar dan kembali fokus memainkan gitarnya.

"Kan gue nanya karna lo nggak ngasih kepastian. Lo beneran maafin gue apa enggak, kalo udah, kenapa selalu ngehindar dan masang tampang bete gitu setiap ketemu gue?" Ari menatap (namakamu) serius, berharap (namakamu) akan kembali bersikap manis padanya seperti dulu.

"Gue udah jawab berkali-kali kan? Jadi, sebenernya lo nuntut apa sama gue?" kali ini (namakamu) mengajukan pertanyaan dengan nada sinis. Sedikit kesal karna latihannya terganggu kehadiran Ari.

"Gue itu sayang sama lo. Kenapa sih lo nggak bisa ngerti itu? Gue cuma mau lo tau perasaan gue, gue nggak mau lo milih orang yang salah kayak Iqbaal-"

"Stop ya, lo bawa-bawa Iqbaal! Lo kayaknya dendam banget sama dia." potong (namakamu) sinis.

"Lo kenapa selalu belain dia? Lo bahkan jadi benci sama gue gara-gara dia. Kenapa? Lo suka sama Iqbaal?!"

"Iya! Gue suka sama Iqbaal! Kenapa? Masalah buat lo? Lo emang baik, tapi saat kedua mata gue belum kebuka. Dan sekarang gue tau, Iqbaal lebih baik dan lebih pantas dari lo!" (namakamu) segera beranjak dari duduknya. Ia muak berada di depan Ari yang terus berusaha menjelekkan Iqbaal dan membuatnya kembali membenci Iqbaal.

Ari menggertakkan giginya kesal. Tatapannya seolah tak terima dengan apa yang baru saja ia dengar. (Namakamu) mengaku dengan lantang kalau ia memilih Iqbaal. Tentu saja Ari tidak terima. Gadis yang sudah ia incar sejak pertama kali gadis itu masuk ke sekolah ini gagal ia dapatkan dan gadis itu memilih orang lain.

***

(Namakamu) meletakkan gitarnya dan meraih air mineral, lalu menenggaknya sampai sisa setengah. Setelah meletakkan kembali botol air mineralnya, ia menghela napas, lalu memejamkan mata.

(Namakamu) terlonjak kaget saat seseorang menarik ikat rambutnya dan membuat rambutnya yang semula terikat, kini tergerai. (Namakamu) menoleh ke belakang dan mendapati Iqbaal bediri di belakangnya dengan senyum dan alis yang sesekali terangkat.

"Cantikan nggak di iket," ujar Iqbaal ketika (namakamu) mencoba meraih kembali ikat rambutnya.

(Namakamu) menghela napas. "Lagi nggak mood buat ribut, Baal."

"Siapa yang ngajakin ribut? Gue cuma mau buang iket rambut lo biar lo tetep kayak gini." Iqbaal mendekat dan membisikkan sesuatu. "Cantik," bisik Iqbaal.

Seketika, semburat merah terlihat di kedua pipi (namakamu). Senyumnya tak tertahan dan memaksa (namakamu) untuk menunduk. Tapi, ia kembali menengadahkan kepalanya saat Iqbaal memeluk pinggangnya dan merapatkan jarak di antara dirinya dan Iqbaal.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang