28. Long Distance Relationship

19.1K 1.9K 288
                                    

06 Agustus

Kenapa harus hari ini? Kenapa harus kayak gini? Kenapa harus lo?

***

(Namakamu) melangkahkan kakinya dengan lemas di koridor sekolah. Tadi pagi, Fakhri baru saja mengirim pesan untuk mengingatkan dirinya kalau Fakhri akan pulang nanti siang. Pesan itu langsung meruntuhkan semangatnya pagi ini.

"Cie, di tinggalin sama si kacang goreng." Ari berbicara tepat di samping (namakamu) dan membuat gadis itu menatapnya.

(Namakamu) memilih diam. Ia sedang tidak berminat meladeni Ari yang selalu saja memancing amarahnya dan mencoba untuk menghasutnya.

"(Namakamu), gue kasih tau, ya, Iq-Fakhri itu nggak serius sama lo. Iya, bisa aja 'kan dia pulang ke Bandung itu bukan karna orang tuanya yang minta balik? Siapa tau aja ada bidadarinya di sana." Ari tersenyum remeh menatap (namakamu) yang masih bergeming seolah tidak mendengarnya berbicara.

"Siapa tau aja di sana dia punya cewek lain? Ya, namanya juga cowok, hatinya bisa nemplok sana-sini. Apalagi, Fakhri tampangnya playboy gitu, yakin lo masih mau LDR sama dia? Yakin dia setia?"

"Lo itu berisik banget sih! Kayak emak-emak rumpi! Ribet! Hubungan gue sama Fakhri cuma gue sama dia yang tau. Lo nggak usah ikut campur. Kalo lo nggak bisa move on dari gue, ya nggak usah hasut gue buat curiga sama Fakhri. Lebih baik, lo urusin aja ujian lo biar lo lulus, jangan ribet ngurusin orang lain!" nada suara (namakamu) meninggi seiring dengan emosi yang meluap. Ia tidak suka ada yang menjelek-jelekkan Fakhri seperti yang Ari lakukan.

Ari menghela napas, menarik kembali tangan (namakamu) dan menatap (namakamu) datar. Gadis itu selalu saja menolaknya sejak Iqbaal berubah menjadi Fakhri. Sikap (namakamu) tidak bisa ia terima. (Namakamu) sudah terlalu sering mempermalukannya di depan semua orang dengan secara terang-terangan memilih Fakhri di banding dirinya.

"Apa hebatnya Fakhri sampe lo sesayang itu sama dia? Gue tau, lo itu sebenernya sayang sama Iqbaal bukan Fakhri. Ngapain lo bohong sama semua orang dan hati lo dengan bilang lo sayang sama Fakhri, padahal yang lo sayang itu Iqbaal-"

"Lo nggak tau apa-apa tentang perasaan gue!" (namakamu) menepis tangan Ari dengan kasar. "Nggak usah sok tau tentang hati gue! Dulu gue emang sayang sama Iqbaal, tapi sekarang cuma gue yang tau siapa yang gue sayang!"

(Namakamu) melangkahkan kakinya lebih cepat untuk menghindari Ari. (Namakamu) menggenggam kuat cincin yang di berikan Fakhri kemarin sore dengan mata yang sesekali terpejam. Dalam hatinya, (namakamu) terus mengatakan kalau ia menyayangi Fakhri, bukan yang lain.

***

Aldi melintas diantara meja Salsha dan Steffi, dengan sengaja ia menjatuhkan satu bungkus cokelat silverqueen di atas meja Salsha. Lalu, setelah itu langkahnya berubah menjadi cepat dan kembali ke tempat duduknya.

Jantung Aldi berdegup kencang saat melihat Salsha masuk ke dalam kelas bersama Steffi. Matanya sesekali melirik ke meja Salsha dengan harapan Salsha melihat cokelat darinya.

"Wiih, ada cokelat!" bukan suara Salsha yang terdengar. Tapi, suara Steffi.

"Dari siapa, Steff?" tanya Salsha.

"Nggak tau, ada di meja lo." Steffi membuka bungkus cokelat itu sedikit. "Buat gue boleh, ya? Kebetulan gue belum sarapan, 'kan lumayan sarapan cokelat."

Aldi hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Jelas-jelas ia meletakkan cokelat itu di atas meja Salsha. Tapi, kenapa malah Steffi yang memakannya.

Aldi menatap Salsha yang ikut mencicipi cokelat darinya. Bahkan, Salsha sempat menawarinya juga. Aldi tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Bodohnya, cokelat itu tidak ia beri surat agar tidak salah alamat. Aldi hanya merasa tindakan itu alay untuk di lakukan.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang