22. Egois?

21K 2.1K 247
                                    

19 Juli

Apa menurut lo gue egois? Apa keputusan gue salah? Kalau lo ada di posisi gue, gue yakin lo bakal lakuin hal yang sama.

***

(Namakamu) membuka gorden kamarnya sesaat setelah shalat subuh. Dengan masih mengenakan mukena, ia melihat keluar jendela. Berharap Iqbaal, Fakhri. Ck, siapapun namanya, yang pasti dia Peanuts. Sudah pulang dan tidak membuatnya merasa bersalah.

(Namakamu) menghela napas lega saat melihat Fakhri tidak lagi duduk dan menunggunya. Biar bagaimanapun juga, ia dan Fakhri memiliki sebuah status. Kemarin, ia ataupun Fakhri tidak mengucapkan kata-kata putus untuk hubungannya dan Fakhri.

Dan ia masih menyayangi laki-laki itu.

Kling! (Namakamu) melirik kearah nakas dan melihat ponselnya menyala. Salah satu tangannya menjinjing mukena yang masih melekat di tubuhnya. Dan meraih ponselnya.

Eh, si Ari koar-koar disosmed ngumumin lo putus sama Iqbaal. Emang bener lo berdua putus?
Steffi 04.57

(Namakamu) menautkan alisnya. Ari menyebarkan berita putusnya dia dengan Fakhri?

Gue belum putus sama Peanuts
04.58

(Namakamu) membuka akun facebooknya dan membuka profil Ari. Tanpa perlu stalk lebih jauh. (Namakamu) sudah menemukan status yang Steffi maksud.

Ari Nurahman
Couple P yang lo semua bangga-banggain akhirnya putus! Sha, Steff, liat kan? Mereka nggak bakal lama😏 #(namakamu)jomblolagi💪

(Namakamu) segera melepaskan mukenanya dan merapikannya kembali. Ia akan menemui Ari dan meminta penjelasan dari laki-laki itu tentang apa maksud dari tindakannya itu.

***

Iqbaal duduk bersama Ayahnya dan Ibunya menemani Fakhri. Suasana dingin di lorong rumah sakit yang sepi membuat jantung Iqbaal semakin berdebar kencang. Rasa takut itu muncul lagi. Rasa takut yang ia rasakan saat ia kecil. Kini, kembali ia rasakan.

"Fakhri dapetin apa yang dia mau, kan, selama setahun tinggal sama kamu?" tanya Ayah Iqbaal.

Iqbaal mengangguk lemas. Ia masih memain-mainkan jemarinya sama seperti tadi malam. Ia melakukan hal itu untuk menutupi rasa takutnya di depan Ayahnya.

"Dia bahagia?" Ayahnya kembali bertanya.

Dan Iqbaal kembali mengangguk.

"Bener kalau ada gadis yang dia suka?" dan lagi-lagi Ayahnya bertanya.

Iqbaal, lagi-lagi menjawabnya dengan anggukan tanpa suara. Sampai, ia merasakan tangan Ayahnya merangkulnya dan menepuk-nepuk bahunya untuk menenangkan perasaannya. Ayahnya tahu kalau ia merasakan takut yang luar biasa. Rasa takut yang terus menggelayuti hidupnya sejak kecil bersama Fakhri.

"Kamu udah jadi kakak yang terbaik. Harusnya, Ayah sama Bunda nggak ngizinin kamu ikut Oma di jakarta dan misahin kamu sama Fakhri. Biar gimanapun juga, kamu sama Fakhri saudara kembar. Dan kamu sama Fakhri nggak seharusnya pisah jauh dan hidup masing-masing. Maafin Ayah, ya?"

Iqbaal menatap Ayahnya yang terlihat berkaca. Laki-laki paruh baya itu tampak tersenyum dengan arti 'maaf' untuknya. Iqbaal tidak pernah melihat Ayahnya sesedih ini sebelumnya. Seberat apapun masalah yang datang. Ayahnya tidak pernah menangis di hadapannya.

"Iqbaal cuma pengen yang terbaik buat Fakhri. Iqbaal cuma pengen Fakhri ngerasain apa yang Iqbaal rasain, Yah. Itu kan gunanya seorang kakak?" ucap Iqbaal lirih.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang